Anda di halaman 1dari 152

Pemicu 3

Susahnya Ibu Hamil


Stephen Wijayanto
405110198
V. Learning Objective
1. MM malpresentasi dan malposisi janin, serta
management persalinan patologis
2. MM faktor resiko kelainan kehamilan(rokok, alkohol,
usia, jarak)
3. MM Pre-eklampsia dan eklampsia
4. MM DM pada kehamilan dan tiroid
5. MM Ketuban Pecah Dini
6. MM Anemia pada Kehamilan
7. MM kehamilan dan persalinan patologis
8. MM HELLP syndrome
LO1
Malpresentasi dan Malposisi Janin,
serta Management Persalinan Patologis
Malpresentasi dan Malposisi
• Malpresentasi adalah semua presentasi janin
selain presentasi belakang kepala
• Malposisi adalah posisi abnormal ubun-ubun
kecil relatif terhadap panggul ibu
Presentasi Dahi
• Terjadi manakala kepala janin dalam sikap
ekstensi sedang
• Bila menetap, bayi tidak dapat dilahirkan
karena besarnya diameter oksipitomental
• Diagnosis :
– Pada pemeriksaan vagina teraba pangkal hidung,
tepi atas orbita, sutura frontalis, dan ubun-ubun
besar, tetapi tidak dapat meraba dagu atau mulut
janin
– Pada palpasi abdomen teraba oksiput dan dagu
janin di atas simfisis dengan mudah
Presentasi Dahi
Presentasi Muka
• Terjadi apabila sikap janin ekstensi maksimal
sehingga oksiput mendekat ke arah punggung
janin dan dagu menjadi bagian presentasinya
• Janin masih dapat dilahirkan vaginal apabila
posisi dagunya di anterior
• Diagnosis :
– Pada pemeriksaan vagina dapat diraba mulut,
hidung, tepi orbita, dan dagu
Presentasi Muka
Presentasi Majemuk
• Adalah terjadinya prolaps satu atau lebih
ekstremitas pada presentasi kepala ataupun
bokong
• Diagnosis :
– Pada pemeriksaan vagina teraba kepala,
tangan/lengan dan/atau kaki
– Pada presentasi bokong teraba juga lengan/tangan
Presentasi Majemuk
Presentasi Bokong
• Adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi
keduanya
• Diagnosis :
– Pemeriksaan palpasi abdomen
– Pemeriksaan dalam vagina
– Pemeriksaan USG
Presentasi Bokong
Persalinan Buatan
• Vakum
• C-sectio
Ekstrasi Vakum
• Definisi : suatu persalinan dimana janin
dilahirkan dengan ekstrasi tenaga negatif
(vakum) pada kepalanya.

• Alat : ekstraktor vakum / ventouse


Bagian2 Ekstraktor Vakum
1. Mangkok
- Dipakai untuk membuat kaput suksedanum artifisialis (untuk ekstrasi kepala)
- Diameter mangkok : 3-6 cm
- Pada dinding belakang mangkok terdapat tonjolan untuk letak denominator
2. Botol
- Tempat membuat tenaga –
- Pada tutupnya terdapat manometer saluran menuju pompa penghisap &
saluran menuju ke mangkuk yg disertai dengan pentil
3. Karet penghubung
4. Rantai penghubung antara mangkok dg pemegang
5. Pemegang (extraction handle)
6. Pompa penghisap (vacum pump)
Bagian2 Ekstraktor Vakum
Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi Kontra Indikasi
IBU IBU
• Ruptura uteri
• Untuk memperpendek kala II
• Penyakit dimana ibu tdk boleh
pada :
mengejan ( payah jantung,
– Penyakit jantung preeklampsia berat)
kompensata
– Penyakit paru fibrotik
• Waktu : kala II yg memanjang
JANIN
• Letak muka
JANIN • After coming head
• Gawat janin • Janin preterm
(masih kontroversi)
Syarat Vakum
• Pembukaan > 7cm (pada multigravida)
• Penurunan kepala janin boleh pada hodge II
• Harus ada kontraksi uterus
• Harus ada tenaga mengejan
Prosedur Vakum
• Ibu dalam posisi litotomi
• Beri anestesi bila ibu nyeri saat dipasang mangkuk, pada
dasarnya tidak dibutuhkan narkosis umum
• Pilih mangkuk yg sesuai dg pembukaan (pada pembukaan
lengkap => no 5)
• Pasang mangkuk ke dalam vagina dengan posisi miring di
bagian terendah kepala menjauhi ubun2 besar
• Pasang denominator sesuai tonjolan mangkuk
• Dilakukan penghisapan dengan pompa dengan tenaga
0,2kg/cm2 dengan interval 2 menit
( tekanan yg diperlukan 0,7-0,8 kg/cm2 dg waktu 6-8menit)
• Dengan adanya tekanan -, terbentuk kaput suksedanum
artifisialis pada mangkuk
• Sebelum melakukan traksi, priksa ulang apakah ada bagian
jalan lahir yg ikut terjepit
• Bersamaan dg his, suruh ibu mengejan dan manguk ditarik
searah sumbu panggul
• Ibu jari dan telunjuk tangan kiri menahan mangkuk dan
tangan kanan melakukan tarikan dengan memegang pada
pemegang
• Lakukan traksi selama ad his dan mengikuti putaran paksi
dalam. Bila his berhenti, hentikan traksi
• Kepala janin dilahirkan dg menarik mangkuk ke arah atas
sehingga kepala janin lahir sebagaimana lazimnya
• Saat kepala mengadakan defleksi, tangan penolong menahan
perineum
• Setelah kepala lahir pentil dilepas => udara masuk ke botol =>
tekanan – hilang => mangkok dilepas
• Bila perlu melakukan episiotomi maka dilakukan sebelum
pemasangan mangkuk / pd waktu kepala membuka vulva
Kriteria Ekstrasi Vakum Gagal
• Waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 x
– Tenaga vakum terlalu rendah
– Tekanan – dibuat terlalu cepat => ≠ kaput suksedanum
sempurna yg mengisi seluruh mangkuk
– Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dg mangkuk
– Bagian jalan lahir ada yg terjepit
– Tangan kiri & kanan penolong tidak bekeja sama dengan
baik
– Defect pada alat , ex: kebocoran karet selubung
– Adanya disporposi sefalo-pelvik
• Dalam waktu ½ jam setelah traksi janin tidak lahir
Komplikasi Vakum
IBU
• Pendarahan
• Trauma jalan lahir
• Infeksi
JANIN
• Ekskoriasi kulit kepala
• Sefalohematoma
• Subgaleal hematoma => dpt cepat diabsorbsi,
bisa menimbulkan ikterus neonatorum
• Nekrosis kulit kepala => alopesia
Keunggulan & Kerugian Vakum dibanding
Cunam
Keunggulan Kerugian
• Pemasangan mudah : • Persalinan memerlukan
mengurangi bahaya trauma & waktu yg lebih lama
infeksi • Tenaga traksi tidak sekuat
• Tidak diperlukan narkosis umum cunam
• Mangkuk tidk menambah besar • Pemeliharaannya lebih
ukuran kepala yg harus melalui sukar, karena bagiannya
jalan lahir banyak terbuat dari karet
• Dapat digunakan pada kepala yg dan harus selalu kedap
masih tinggi dan pembukaan udara
serviks yg belu lengkap
• Trauma kepala janin >ringan
Sectio Sesarea
• Definisi :
persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh dan BB janin > 500gr

• Jenis :
– Seksio secara klasik : pembedahan secara sanger
– Seksio secara transperitoneal profunda
(lower segmen caesarean section)
– Caesarean hysteroctomy
– Seksio sesaria ektraperitoneal
– Seksio sesarea vaginal
Cesarean Sectio

(A) Classic (B) low vertical (C) transverse incisions


Indikasi C-section
Indikasi Ibu Indikasi Janin
• Panggul sempit absolut • Kelainan letak
• Tumor jalan lahir • Gawat janin
• Stenosis serviks / vagina
• Plasenta previa TIDAK Dilakukan Pada :
• Disporposi sefalopelvik • Janin mati
• Ruptura uteri • Syok, anemia berat sebelum
diatasi
• Kelainan kongenital berat
Teknik C-section Klasik
• Desinfeksi dinding perut dan lapangan operasi
dipersempit dengan duk steril
• Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas
simfisis sepanjang 12 cm sampai dibawah umbilikus lapis
demi lapis sampai kavum peritoneal
• Dalam rongga perut di sekitar rahim dilingkarai dengan
kasa laparotomi
• Dibuat insisi secara tajam dengan pisau pd SAR dan
diperlebar secara sagital dengan gunting
• Setelah kavum uteri terbuka, selput ketuban dipecahkan
• Janin dilahirkan dengan meluksir kepala dan mendorong
fundus uteri
Teknik C-section Klasik
• Pemotongan servix di korpus uteri-horisontal
• Setelah janin dilahirkan seluruhnya, tali pusat dijepit dan
dipotong diantara kedua penjepit
• Plasenta dilahirkan secara manual, disuntikan 10 U
oksitosisn ke dalam rahim secara intra mural
• Luka insisi SAR dijahit kembali
– Lap I : endometrium & miometrium dijahit jelujur
– Lap II : miometrium saja dijahit simpul
– Lap III : perimetrium saja dijahit simpul
• Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa di
eksplorasi
• Rongga perut dibersihkan dari sisa2 darah
• Menjahit luka dinding perut
lower segmen
caesarean section
Indikasi C-section Klasik
• Bila terjadi kesukaran dalam memisahkan
blader untuk mencapai segmen bawah rahim
misalnya karena perlekatan akibat
pembedahan c-section yg lalu / adanya tumor
di segmen bawah rahim
• Janin besar dalam letak lintang
• Plasenta previa dengan insersi plasenta di
dinding depan segman bawah rahim
Komplikasi
a) infeksi puerperalis/nifas bisa terjadi dari
– infeksi ringan yaitu kenaikan suhu beberapa hari saja,
– sedang yaitu kenikan suhu lebih tinggi disertai dehidrasi
dan perut sedikit kembung,
– berat yaitu dengan peritonitis dan ileus paralitik.

b) Perdarahan akibat atonia uteri (uteri ga punya tonus


sehingga ga bisa kontraksi) atau banyak pembuluh
darah yang terputus dan terluka pada saat operasi.

c) Trauma kandung kemih akibat kandung kemih yang


terpotong saat melakukan seksio sesaria.
d) Resiko ruptura uteri pada kehamilan berikutnya
karena jika pernah mengalami pembedahan pada
dinding rahim insisi yang dibuat menciptakan
garis kelemahan yang sangat beresiko untuk
ruptur pada persalinan berikutnya.

e) Endometritis yaitu infeksi atau peradangan pada


endometrium
LO2
Faktor Resiko Kelainan Kehamilan
Effects of Smoking
During Pregnancy
• Ibu hamil yang merokok lebih dari 10
batang/hari  insidensi abortus, kematian
perinatal dan retardasi pertumbuhan intra
uterine yang lebih tinggi.
• Nikotin yang terkandung dalam rokok  efek
vasokontriksi kuat dan meningkatkan tekanan
darah, frekuensi jantung, peningkatan
epinefrin dan CO2 (meningkatkan resiko kasus
terjadinya abortus spontan, plasenta
abnormal, pre eklampsia, eklampsia, BBLR)
• Kafein
peningkatan frekuensi dan ritme jantung,
sulit tidur, iritabilitas, gugup dan ansietas
(kecemasan).
Pada janin  dapat menyebabkan takikardi
(denyut jantung janin melebihi batas
normal/terlalu cepat)
Dangers of Smoking During
Pregnancy
• Cigarette smoke contains more than
2,500 chemicals
• Nicotine, tar, and carbon monoxide
are thought to be the most
dangerous to the baby.
Maternal Cigarette Smoking

Nicotine in Fetus Maternal-Fetal Unit


Effects on Fetal Brain Hypoxia/Ischemia
General Development CO, HCN
Anorexia

Risky Behaviors:
Other drugs/alcohol
Perinatal Morbidity/Mortality Prenatal Care
Growth Retardation Socioeconomic
Behavioral Anomalies
Nicotine is a Neuroteratogen

• Cell damage and deficits in cell number


• Impaired synaptic activity
• Receptor-Mediated, therefore low threshold
• Affects Cell Replication/Differentiation Switchover
• Initiates the Program for Cell Death
• Morphological changes subtle but detectable in adulthood

Does altered neurochemistry account for functional deficits?


How Prenatal Nicotine Exposure Predisposes the Brain
to Nicotine Addiction in Adolescence
Mood
ACh/Serotonin Dysfunction
Prenatal Nicotine Reward
Emerging in Adolescence
Learning & Memory
Reproduction
Higher Susceptibility
of Adolescent Brain
Permanent Change?
Effects Relieved
by Nicotine Intake
CNS Damage BUT
Profound Loss of
to Pathways Mediating Relatively Insensitive
Synaptic Activity
Mood, Reward, High Doses Required
on Withdrawal -
Learning & Memory
cognitive deficits,
depression make
quitting difficult
Adolescent smoking is the “cause”
of smoking during pregnancy
The sooner a mother quits
smoking, the better it will be for
both her and her baby.
Smoking While Pregnant:

• Lowers the amount of oxygen


available to you and your growing
baby.
• Increases your baby’s heart rate
INCREASES:
• The chances of miscarriage and still
birth
• The risk that your baby is born
premature
INCREASES:
• Chances of your baby dying from
SIDS (sudden infant death
syndrome).
INCREASES:
• The chances of your baby being
born low birth weight.
• Your baby’s risk of developing lung
problems
INCREASES:
• The likelihood of certain birth
defects, including cleft lip and/or
cleft palate

Cleft Lip Cleft Palate


INCREASES:
• Risk of diabetes. The more the
mother smokes the higher the risk
• The chance of lasting problems like
asthma, and learning disabilities
AFTER BABY IS BORN
• It is important to stay smoke-free
after you bring your baby home
• No one should be allowed to smoke
in the house
Children exposed to second-
hand smoke are also at risk
• Increased risk of SIDS
• Suffer from more respiratory
illnesses, ear infections, and
tonsillitis
If a woman who smokes becomes
pregnant, she should try to quit or
at least cut back on smoking to
decrease risk to her and her baby.
Minum alkohol
• menekan sistem syaraf pusat, abortus
spontan, kekurangan nutrisi dan terjadinya
fetal alkohol syndrome
LO3
Pre-eklampsia dan Eklampsia
Hipertensi Dalam
Kehamilan
Klasifikasi

• Hipertensi kronik

• Preeklampsia – eklampsia
• Hipertensi kronik dengn superimposed preeklampsia
• Hipertensi gestasional
Faktor resiko
• Primigravida, primipaternitas
• Hiperplasentosis (molahidatidosa, kehamilan
multipel, DM, hidrops fetalis, bayi besar)
• Umur yang ekstrim
• Riwayat keluarga pernah preeklampsia / eklampsia
• Penyakit ginjal dan hipertensi yg sudah ada sebelum
hamil
• Obesitas
• Patofisiologi
– Teori kelainan vaskular plasenta
• Invasi trofoblas ke dalam lapisan otot  dilatasi
a.spiralis. penurunan tek darah peningkatan aliran
darah pada uroplasenta darah cukup banyak
remodeling arteri spiralis
• Pada hipertensi, tidak terjadi invasi trofoblas, sehingga
kegagalan remodeling hipoksia dan iskemi plasenta
– Teori iskemia plasenta, radikal bebas, disfungsi
endotel:
• Iskemi dan hipoksia menghasilkan oksidan hidroksil
yang sangat toksis.merusak membran sel yang
mengandung banyak asam lemak tak jenuh menjadi
peroksida lemak.merusak nukleus, protein sel
endotel
• Produksi oksidan yang bersifat toksis dapat diimbangi
dengan antioksidan
– Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi.
• Antioksidan spt vit E pada hipertensi kehamilan
menurun  dominasi kadar oksidan peroksida lemak
yang tinggi  merusak sel endotel
– Disfungsi endotel
• Sel endotel terpapar peroksida lemak kerusakan sel
endotel  gangguan fungsi endotel (disfungsi endotel).
Pada kerusakan ini akan terjadi:
– Gangguan metabolisme prostaglandin  prostaglandin
menurun
– Agregasi sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami
kerusakan
– Perubahan khas pada glomerular endotheliosis
– Peningkatan permeabilitas kapiler
– Peningkatan faktor koagulasi
– Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
• Primigravida memiliki resiko lebih besar terjadi
hipertensi dibanding multigravida
• Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai
resiko lebih besar dibandingkan dengan suami
sebelumnya
• Seks oral mempunyai resiko lebih rendah terjadinya
hipertensi dalam kehamilan
• Teori adaptasi kardiovaskular
• Teori genetik
– Genotip ibu lebih menentukan terjadinya
hipertensi dalam kehamilan secara familial jika
dibandingkan dengan genotip janin
• Teori defisiensi gizi
– Diberikan banyak minyak ikan dan kalsium untuk
pencegahan hipertensi
• Teori stimulus inflamasi
– Lepasnya debris trofoblas dalam sirkulasi darah
merupakan rangsangan utama terjadinya inflamasi
– Adanya debris trofoblas berlebihan
mengakibatkan aktivitas leukosit yang tinggi pada
sirkulasi ibu
Hipertensi Kronik
Definisi

• Hipertensi yang didapatkan sebelum


timbulnya kehamilan
• Timbul apabila tekanan darah sistolik ≥ 140
mmHg, diastolik ≥ 90 mmHg sebelum umur
kehamilan 20 minggu
Etiologi

• Primer
– Idiopatik : 90%

• Sekunder
– 10%, berhubungan dengan penyakit ginjal,
vaskular kolagen, endokrin dan pembuluh darah
Diagnosis
• Bila didapatkan hipertensi yang telah timbul sebelum
kehamilan atau < 20 minggu
• Ciri-ciri :
– Umur ibu > 35 tahun
– TD sangat tinggi
– Umumnya multipara
– Umumnya ditemukan penyakit DM, kelainan jantung, ginjal
– Obesitas
– Penggunaan obat-obat antihipertensi sebelum kehamilan
– Hipertensi yang menetap pasca kehamilan
Dampak Hipertensi Kronik
• Bagi ibu
– Bila pasien mendapat terapi dan hipertensi terkendali  tidak
berpengaruh buruk pada kehamilan
– Tapi punya risiko terjadinya solusio plasenta, superimposed
pre-eklamsia
– Hipertensi kronik yang diperberat oleh kehamilan akan
memberi tanda :
• Kenaikan mendadak TD kemudian proteinuria
• Tekanan darah > 200 mmhg/ > 130 mmhg dengan akibat segera
terjadi oliguria dan gangguan ginjal
– Penyulit :
• Solutio plasenta : risiko terjadinya 2-3x
• Superimposed preeklamsia
Dampak Hipertensi Kronik
• Bagi janin :
– Pertumbuhan terhambat atau fetal growth
restriction, intrauterine growth restriction (IUGR)
– Insiden fetal growth restriction berbanding
langsung dengan derajat hipertensi yang
disebabkan ↓ perfusi uteroplasenta  insufisiensi
plasenta
– Risiko pe↑ persalinan preterm
Pemeriksaan Penunjang
• ECG (ekokardiograf)
• Pemeriksaan mata
• Usg ginjal
• Fungsi ginjal
• Fungsi hepar
• Hb
• Hematokrit
• Trombosit
Pemeriksaan Pada Janin

• USG

• Bila dicurigai IUGR : (intrauterine growth


retardation)
– NST
– Profil biofisik
Penatalaksanaan
– Untuk mencegah hipertensi yang ringan menjadi berat dapat
dilakukan dengan :
• Perubahan pola hidup :
– Diet, Merokok, alkohol, Substance abuse
• Antihipertensi
– Pada hipertensi kronik berat umumnya hanya memperhatikan
keselamatan ibu dibanding status kehamilan guna mencegah :
• CVA
• Infark miokard
• Disfungsi jantung & ginjal
– Antihipertensi diberikan :
• Sedini mungkin pada batas hipertensi stage 1 yaitu ≥140 mmhg/
≥ 90 mmhg
• Jika terjadi disfungsi end organ
Antihipertensi
• α-metildopa
– Suatu α2 – reseptor agonis ]
– Dosis awal 500 mg 3x/hari, maks 3gr/hari
• Calsium channel blockers
– Nifedipin : dosis bervariasi antara 30-90 mg/hari
• Diuretik tiazid
– Tidak diberikan karena akan menggangu volume
plasma  ganggu aliran darah uteroplasenta
Preeklampsia
Definisi
• Hipertensi yang timbul > 20 minggu kehamilan
dan proteinuria
• Dibagi menjadi preeklampsia ringan dan
preeklampsia berat
• Urutan gejala pada preeklamsia -> edema,
hipertensi dan proteinuria. Bila gejala-gejala
ini timbul tidak dalam urutan diatas, dianggap
bukan preeklampsia
Preeklampsia Ringan
Definisi
• Suatu sindroma spesifik dengan menurunnya
perfusi organ yang berakibat terjadinya
vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel
Diagnosis
• Ditegakkan berdasar timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan/edema setelah kehamilan 20
minggu
– Hipertensi ≥ 140/90 mmHg
– Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1 + dipstik
– Edema: edema lokal tidak dimasukkan dalam
kriteria preeklampsia, kecuali edema pada
lengan, muka dan perut, edema generalisata
Preeklampsia Berat

Definisi
• Preeklampsia dengan TD sistolik ≥ 160 mmHg
dan diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria
> 5g/24 jam
Diagnosis
• TD sistolik ≥160 mmHg & diastolik ≥110 mmHg. TD tdk turun meskipun
ibu sdh dirawat di RS & sdh menjalani tirah baring.
• Proteinuria > 5g/24 jam atau 4 + dlm pemeriksaan kualitatif.
• Oligouria, produksi urin < 500 cc/24 jam.
• Kenaikan kadar kreatinin plasma
• Ggg visus & serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skomata &
pandangan kabur.
• Nyeri epigastrium atau nyeri pd kuadran kanan atas abdomen.
• Edema paru2 & sianosis
• Hemolisis mikrangiopati
• Trombositopenia berat < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dg
cepat.
• Ggg fx hepar (kerusakan hepatoseluler): peningkatan kadar alanin &
aspartate aminotransferase
• Pertumbuhan janin intrauterine yg terhambat.
• Sindrom HELLP
Pembagian Preeklampsia Berat

• Preeklampsia berat tanpa impending eclampsia

• Preeklampsia berat dengan impending eclampsia


(preeklampsia berat disertai gejala2 subjektif berupa
nyeri kepala hebat, ggg visus, muntah2 neri epigastrium
& kenaikan progresif TD)
Pencegahan Preeklampsia
Pencegahan nonmedical
• Tirah baring
• Diet suplemen yg mengandung:
– Minyak ikan yg kaya dg asam lemak tdk jenuh
(omega-3 PUFA)
– Antioksidan (vit C, E, β-karoten, CoQ10 N-
Asetilsistein, as.lipoik)
– Elemen logam berat (zinc, magnesium, kalsium)
Pencegahan Preeklampsia
Pencegahan medikal
• Kalsium 1500-2000 mg/hari -> sbg suplemen
pd resiko tinggi preeklampsia
• Zinc 200 mg/hari, magnesium 365 mg/hari.
• Obat antitrombik (aspirin dosis rendah
dibawah 100 mg/ hari atau dipiridamole)
• Obat antioksidan
Eklampsia
Definisi
• Adalah preeklampsia yang disertai dengan
kejang-kejang atau koma
Gambaran Klinik
• Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang
kepala dan peningkatan tekanan darah yang abnormal
• Gangguan penglihatan : melihat kilatan-kilatan cahaya,
pandangan kabur, dan terkadang bisa terjadi kebutaan
sementara
• Iritabel : merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi
dengan suara berisik atau gangguan lainnya
• Nyeri perut : bagian ulu hati yang kadang disertai
dengan muntah
• Tanda-tanda umum pre eklampsia (hipertensi, edema,
dan proteinuria)
• Kejang-kejang dan atau koma
Diagnosis Banding
• Pendarahan otak
• Hipertensi
• Lesi otak
• Kelainan metabolik
• Meningitis
• Epilepsis iatrogenik
Penatalaksanaan
• Airway – Breathing – Circulation
• Mengatasi dan mengobati kejang
– Magnesium sulfat, triopental, diazepam
• Perawatan pada waktu kejang :
– Dirawat yang cukup terang, dibaringkan di tempat
tidur yang lebar dan rail tempat tidur dipasang
kuat, masukkan sudap lidah, kepala dirandahkan
dan daerah orofaring dihisap, bila penderita
selesai kejang segera beri oksigen
Penatalaksanaan
• Perawatan koma :
– Diusahakan jalan napas agar tetap terbuka
– Semua benda yang ada di dalam rongga mulut dan
tenggorakan, baik berupa lendir maupun sisa makanan
harus diisap secara intermiten
– Melakukan pencegahan dekubitus
– Pemberian makanan dapat melalui NGT
• Perawatan edema paru :
– Dirawat di ICU karena membutuhkan animasi dengan
respirator
Penatalaksanaan
• Pengobatan obstetrik
– Semua kehamilan dengan eklampsia harus
diakhiri
– Persalinan diakhiri bila sudah mencapai
stabilisasi hemodinamika dan metabolisme
ibu
Prognosis
• Bila tidak telambat dalam pengobatan, maka gejala
perbaikan akan tampak jelas setelah kehamilan diakhiri
• Diuresis akan terjadi 12 jam setelah persalinan
• Tekanan darah kembali normal dalam beberapa jam
kemudian
• Eklampsia tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya,
kecuali pada ibu yang sudah mempunyai hipertensi
kronik
• Prognosis janin buruk
Hipertensi Gestational
Hipertensi Gestasional
• Hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai
proteinuria
• Menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau
kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa
proteinuria
• Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg untuk pertama kali dalam
kehamilan di atas 20 minggu
• Terjadi karena peningkatan tekan darah selama kehamilan
atau hilangnya hipertensi kronik yang pernah ada
sebelumnya dan tanda preeklampsia lainnya pada 24
pertama setelah melahirkan. (Harrison, 2007 : 33)
Penatalaksanaan
• Jika kehamilan < 37 minggu, tangani secara rawat jalan:
– Pantau tekanan darah, proteinuria dan kondisi janin setiap
minggu.
– Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai
preeklampsia.
– Jika kondisi janin memburuk atau pertumbuhan janin
terhambat, rawat dan pertimbangkan terminasi kehamilan.
– Beritahu klien dan keluarga tanda bahaya dan gejala
preeklampsia atau eklampsia.
– Jika tekanan darah stabil janin dapat dilahirkan secara
normal.
LO4
DM dan Tiroid pada Kehamilan
Diabetes Gestational
Klasifikasi
• Kebanyakan ibu mengetahui mereka diabetes gestational
setelah di test antara minggu ke 24 – 28 masa kehamilan
• Klas I : Diabetes gestasional  timbul pada waktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan
• Klas II : PreGestasional diabetes  diabetes mulai sejak
sebelum hamil dan berlanjut setelah hamil
• Klas III : Pregestasional diabetes dengan komplikasi
penyakit pembuluh darah seperti retinopati, nefropati,
penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah
perifer
Faktor Risiko
1. Hamil Umur > 30 tahun 8.Riwayat bayi lahir mati
2. Obesitas dengan indeks 9. Riwayat keguguran
massa tubuh 30 kg/m2 10. Riwayat infertilitas
3. Riwayat DM pada keluarga
11. Hipertensi
(ibu atau ayah)
12. Mengidap Syndrome
4. Pernah menderita DM
Polycystic ovarium
gestasional sebelumnya
13. Memakai Kortikostreoid
5. Pernah melahirkan anak
besar > 4.000 gram
6. Adanya glukosuria
7. Riwayat bayi cacat bawaan
Patofisiologi
Ibu Perubahan hormonal /Fungsi insulin tidak
hamil (HPL, progesteron, optimal  perubahan
kortisol, prolaktin   kinetika insulin dan
puncak T III) resistensi insulin

Komposisi sumber energi dalam plasma ibu  (kadar gula darah


tinggi, kadar insulin tetap tinggi)

Difusi terfasilitasi Hiperinsulinemia  janin 


membran plasenta, gangguan metabolik
dimana sirkulasi janin juga (hipoglikemia, hipomagnesemia,
ikut terjadi komposisi hipokalsemia, hiperbilirubinemia,
sumber energi abnormal dan sebagainya)
• Human Placental Lactogen (HPL)
– Produced by syncytiotrophoblasts of placenta
– Acts to promote lipolysis  increased FFA and to decrease
maternal glucose uptake and gluconeogenesis. “Anti-insulin”
• Estrogen and Progesterone
– Interfere with insulin-glucose relationship
• Insulinase
– Placental product that may play a minor role
Pengaruh Pengaruh diabetes terhadap
kehamilan,persalinan, dan nifas kehamilan
terhadap Diabetes
• Abortus dan partus
• Kehamilan dapat prematurus
menyebabkan status pre • Hidroamnion
diabetik  manifes (diabetik)
• Pre-eklamsia
• Kehamilan  diabetes mejadi
• Kesalahan letak janin
> berat
• Insufisiensi plasenta
• Persalinan  tenaga kerja ibu
dan kerja rahim akan
memerlukan glukosa  Pengaruh diabetes terhadap
hipoglikemia / koma nifas
• Laktasi  keperluan insulin  • Resiko perdarahan & infeksi
puerperal 
• Luka jalan lahir sulit/ lambat
sembuh
Pengaruh diabetes terhadap Pengaruh diabetes terhadap
persalinan janin/ bayi
• Inersia uteri & antonia uteri
• Resiko abortus 
• Distosia karena janin (anak
besar, bahu lebar) • Kematian janin dalam
• Kelahiran mati kandungan setelah 36
• Persalinan sering ditolong minggu
oleh tindakan operatif • Cacat bawaan
• Resiko perdarahan & infeksi  • Dismaturitas
• Morbiditas & mortilitas ibu • Janin besar (bayi kingkong/
tinggi makrosomia)
• Kematian neonatal 
• Kelainan neurologik dan
psikologik
Diagnosis American Diabetes Association
Wanita hamil

Glukosa 50 gr

<140mg% >140mg%

TTGO 3/2 jam 100 (75) gr glukosa


N

N DMG
Penatalaksanaan
• Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
• Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
• Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
• Mencegah episode hipoglikemia
• Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik
• Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan
normal
• Perencanaan makan
• Insulin
• Obat hipoglikemik oral tidak dipakai saat hamil & menyusui 
efek teratogenik & dikeluarkan melalui ASI
Penanganan Obstetrik
• Penyakit tidak berat dan pengobatan/ diet dapat mengontrol
baik  persalinan normal
• Diabetes agal berat dan memerlukan insulin  induksi
persalinan dini minggu ke 36-38
• Diabetes agak berat, riwayat kematian janin dalam kandungan
 Seksio sesarea  minggu ke 37
• Diabetes berat dengan komplikasi, riwayat persalinan buruk
 induksi persalinan dini / seksio sesarea
• Pengawasan persalinan : monitor janin dengan baik (DJJ,
elektro toko kardio gram, USG)
• Tubektomi  ibu yang sudah mempunyai anak dan pada
setiap kehamilan dan persalinan mengancam nyawa ibu dan
bayi
Prognosis
• Bila penyakit ditangani oleh ahli penyakit dalam serta kehamilan
& persalinan diawasi & ditolong oleh ahli kebidanan 
prognosis baik
• Diabetes berat, lama, komplikasi  prognosis buruk
• Prognosis bayi jelek; Faktor resiko morbiditas & mortilitas bayi
– Berat & lamanya sakit, adanya asetonuri
– Insufisiensi plasenta
– Komplikasi & disatosia persalinan
– Respiratory stress syndrome
– Prematuritas & cacat bawaan
– Angka kematian perinatal  10 – 15 %
Pencegahan
• Kontrol berat badan normal atau mendekati level
normal dengan makan yang sehat, rendah lemak, tinggi
serat
• Olahraga teratur
• Tidak mengkonsumsi alkohol
• Tidak merokok
• Modifikasi gaya hidup dan / atau obat-obatan tertentu
dapat digunakan pada orang dengan pradiabetes untuk
mencegah perkembangan diabetes
Tiroid
Hipertiroid
• Insiden : 1/2000 kehamilan
• Susah terdeteksi jika stadium ringan
• Gejala :
– Takikardi, nadi rata-rata waktu tidur meningkat,
tiromegali, eksoftalmus, BB tidak bertambah
meskipun cukup makan
• Gambaran lab
– Kadar serum T4 bebas meningkat, tiroptropin
menurun
Etiologi
• Penyakit graves (tersering)
• Proses autoimun

Terapi
• Tirotoksisitas selama kehamilan dapat di
kontrol dengan obat jenis thiomide
• PTU
• Tiroidektomi
Hasil Akhir Kehamilan
• Bergantung pada tercapai atau tidaknya
penontrolan metabolik
• Tiroksin yg berlebihan mengakibatkan
keguguran spontan
• Meningkatkan resiko untuk preeklampsia,
gagal jantung, keadaan perinatal yang buruk
Efek pada Janin dan Neonatus
• Janin bisa dalam keadaan eutiroid, hiper atau
hipotiriod
• Terlihatnya gambaran goiter tirotoksikosis pada janin
atau bayi baru lahir, biasa dalam keadaan nonimmune
hydrops atau meninggal
• Dapat terjadi goiter hipotiroid pada janin dengan ibu
pengkonsumsi obat thiomide
• Bisa terjadi hipotiroidism tanpa adanya goiter karena
masuknya tirotropin-receptor blocking antibodies ibu
melalui plasenta
Hipotiroid
• Diagnosis ditegakkan bila kadar tiroksin bebas
rendah dan kadar tirotropin tinggi
• Keadaan hipotiroid dihubungkan dengan
infertilitas
• Defisiensi kelenjar tiroid klinik Ditemukan
pada 1,3/1000 orang, sedangkan subklinis
23/1000 orang
Hipotiroid Subklinis
• Pada wanita 18-45 tahun sekitar 5% dan
sekitar 2-3% menjadi kegagalan tiroid secara
klinis
• Keturunan merupakan faktor resiko
• DM tipe 1 dan antibodi anti mikosomal
merupakan faktor resiko lainnya
Efek Hipotiroid Subklinis pada Hasil
Kehamilan
• Tergantung asupan iodin
• Hipotiroid dengan gambaran klinis yang jelas
berhubungan dengan keadaan perinatal yang
buruk
• Anak2 yang dilahirkan oleh ibu yang kadar T4 < 10
persentil beresiko mengalami ketidak seimbangan
perkembangan psikomotor
• Hipotiroid subklinis meningkatkan persalinan
prematur, solutio plasenta, perawatan bayi di NICU
Defisiensi Iodin
• Iodin dibutuhkan pada saat konsepsi untuk
perkembangan neurologik janin (220 g/ hari)
• Defisiensi iodin mempengaruhi gagguan
neurologik janin
• Berefek sedang pada fungsi intelektual dan
psikomotor
• Kretinisme endemik bila kasus berat
• Pemberian tambahan iodin sebelum kehamilan
bisa mencegah kerusakan neurologik yang berat
Hipotiroid Kongenital
• 1/ 4000-7000 bayi
• 75% bayi hipotiroid memiliki kondisi agenesis
kelenjar tiroid atau dishormogenesis, 10%
lainnya hipotiroid transiedn
• Pemberian terapi pengganti tiroksin secara
dini dan agresif sangat penting untuk bayi-bayi
ini, kecuali pada yang menderita hipotiroid
kongenital yang bera
LO5
Ketuban Pecah Dini
Ketuban Pecah Dini
(preterm rupture of the membrane)
• Ketuban Pecah Dini (PROM) :pecahnya selaput
chorioamniotik sebelum terjadi proses persalinan.
• Diagnosa KPD :seorang ibu hamil mengalami pecah
selaput ketuban dan dalam waktu 1 jam kemudian
tidak terdapat tanda awal persalinan.
• Bila terjadi pada kehamilan < 37 minggu disebut KPD
Preterm
Fungsi Selaput Amnion
• Kantung amnion merupakan tempat yg baik
untuk gerak dan perkembangan
muskuloskeletal janin
• Gerak pernapasan yg disertai aliran cairan
amnion ke dalam sal pernapasan janin penting
bagi perkembangan saccus alveolaris paru
• Selaput ketuban penghalang masuknya
polimikrobial flora vagina ke dalam kantung
amnion
Arti Klinis KPD
• Bila bagian terendah janin belum masuk 
prolapsus atau kompresi talipusat akibat
berkurangnya cairan amnion.
• KPD sering diikuti dengan adanya tanda
persalinan.
• Peristiwa KPD > 24 jam seringkali disertai
infeksi intrauterine.
Angka Kejadian
• Merupakan komplikasi pada 10% kehamilan
aterm dan 4% kehamilan preterm

• KPD preterm menyebabkan 1/3 kehamilan


preterm dan merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas perinatal
Etiologi
• Inkompetensi serviks
• Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
• Riwayat KPD sebelumya
• Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
• Kehamilan kembar
• Trauma
• Serviks yang pendek (<25mm) pada usia
kehamilan 23 minggu
• Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
Inkompetensi serviks
Faktor Resiko
• Golongan sosio ekonomi rendah
• Ibu hamil tidak menikah
• Kehamilan remaja
• Merokok
• PMS
• Vaginosis bakterial
• Riwayat KPD
• Perdarahan antenatal
Patofisiologi
• Kolagen terdapat pada lapisan kompakta
amnion,fibroblas,jaringan retikuler korion. sintesis
atau degenerasi kolagen diatur interleukin 1 dan
prostaglandin
• Bila infeksiaktivitas iL 1 dan prostaglandin
meningkatkolagenase jaringandepolimerisasi
kolagen pada selaput korion/amnionketuban tipis
mudah pecah.
Tanda dan gejala
• keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina.  
• Aroma air ketuban berbau amis berasa manis dan
tidak seperti bau amoniak
• Demam
• bercak vagina yang banyak
• nyeri perut
• denyut jantung janin bertambah cepat tanda
infeksi
Komplikasi
• KPD preterm seringkali menyebabkan :
1.Persalinan preterm
2.Chorioamnionitis
3.Endometritis
4.Gawat janin atau asfiksia intrauterin
• Asfiksia intrauterin terjadi akibat kompresi
talipusat akibat kurangnya cairan amnion.
Pemeriksaan Diagnostik
• Tujuan umum diagnostik awal :
- Konfirmasi diagnosa selaput ketuban sudah
pecah.
- Menilai keadaan janin.
- Menentukan apakah pasien dalam keadaan
inpartu aktif.
- Menyingkirkan infeksi.
Pemeriksaan penunjang
• Kertas nitrazine,
– pH normal vagina (4-4,7)
– pH cairan ketuban (7,1-7,3)
– False positif jika terdapat keterlibatan trikomonas,
darah, semen, lendir leher rahim, dan air seni.
• USG
– digunakan untuk mengkonfirmasi jumlah air
ketuban yang terdapat di dalam rahim
Pentalaksanaan
Penanganan khusus
Penanganan Umum
Konfirmasi diagnosis :
• Bau cairan ketuban yang khas.
• Konfirmasi usia kehamilan • Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-
• Lakukan pemeriksaan inspekulo sedikit, tampung cairan yang keluar dan
nilai 1 jam kemudian.
untuk menilai cairan yang kurang • Dengan speculum DTT, lakukan
(jumlah, warna dan bau) dan pemeriksaan inspekulo. Nilai apakah
cairan keluar melalui ostium uteri atau
membedakannya dengan urin. terkumpul di forniks posterior.
• Pemeriksaan dalam secara digital.
Penaganan konservatif :
• Tentukan ada tidaknya infeksi. • Rawat di rumah sakit
• Tentukan tanda-tanda inpartu. • Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 ganti
eritromisin bila tak tahan ampisilin) dan
metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
• Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu,
dirawat selama air ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
Penatalaksanaan
Kehamilan yang disertai Amnionitis
• Bila KPD disertai adanya tanda infeksi
chorioamnionitis harus dilakukan terminasi
kehamilan tanpa memperhatikan usia
kehamilan.
• Sebelum terminasi kehamilan diberikan
antibiotika spektrum luas untuk terapi
amnionitis.
LO6
Anemia pada Kehamilan
Klasifikasi
• Anemia Defisiensi Besi
– akibat kekurangan zat besi dalam darah
• Anemia Megaloblastik
– karena kekurangan asam folik
• Anemia Hipoplastik
– disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk
sel darah merah baru
• Anemia Hemolitik
– disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah
merah yang lebih cepat dari pembuatannya.
Gejala dan Tanda
Lemah
Pucat
Mudah pingsan
Cepat lelah
Sering pusing
Mata berkunang-kunang
Malaise
Lidah luka
Nafsu makan turun (anoreksia)
Konsentrasi hilang
Nafas pendek (pada anemia parah)
Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda
Kebutuhan Fe selama kehamilan
• 300 gr ➔ janin dan plasenta
• 500 gr ➔ penambahan eritrosit ibu
• Kebutuhan total 800 gr

➔ Membutuhkan tambahan ± 2-3 mg besi/hari

Diagnosa
Pemeriksaan kadar Hb
Pemeriksaan sel darah tepi
Akibat Anemia Kehamilan
Trimester I Trimester II
• Abortus • Persalinan prematus
• Missed Abortus • Perdarahan antepartum
• Kelainan kongenital • Gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim
• Asfiksia intrauterin sampai
kematian
• BBL rendah
• Gestosis dan mudah terkena
infeksi
• IQ rendah
• Dekompensasio kodis –
kematian ibu
Akibat Anemia Kehamilan
Saat inpartu Pascapartus
• Gangguan his • Atonia uteri ➔ perdarahan
• Janin lahir dengan anemia • Retensio plasenta
• Ibu cepat lelah • Perlukaan sukar sembuh
• Gangguan perjalanan • Mudah terjadi frbris
persalinan perlu tindakan puerperalis
operatif • Gangguan involusi uteri
• Kematian ibu tinggi
LO7
Kehamilan dan Persalinan Patologis
Ruptura Uteri
• Definisi
– Separasi komplit dinding uterus pada kehamilan dengan atau tanpa
ekspulsi janin yang membahayakan ibu dan janin.
• Prinsip Dasar
– Insiden 0.7% dalam persalinan
– Faktor risiko, termasuk riwayat pembedahan uterus, hiperstimulasi
uterus, multiparitas versi internal atau ekstraksi, persalinan operatif,
CPD, pemakai kokain.
• Klasifikasi:
o Inkomplit, tidak termasuk peritoneum
o Komplit, termasuk peritoneum visceral
o Dehisens, terpisahnya skar pada segmen bawah uterus tidak
mencapai serosa dan jarang menimbulkan perdarahan banyak.
• Diagnosis
– Identifikasi faktor risiko, parut operasi,
multiparitas, stimulasi uterus, persalinan operatif,
CPD
– Hipoksia atau gawat janin, perdarahan vaginal,
nyeri abdominal dan perubahan kontraktilitas
uterus
– Eksplorasi uterus
LO8
HELLP Syndrome
Definisi
• Preeklampsia-eklampsia disertai timbulnya
hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi
hepar, dan trombositopenia
• H : Hemolysis
• EL : Elevated Liver Enzyme
• LP : Low platelet count
Diagnosis
• Tidak khas : malaise, lemah, nyeri kepala,
mual, muntah
• Ada tanda dan gejala preeklampsia
• Tanda hemolisis intravaskular (kenaikan LDH,
AST, dan bilirubin indirek)
• Tanda kerusakan/disfungsi sel hepatosit hepar
(kenaikan ALT, AST, LDH)
• Trombositopenia
Klasifikasi
• Berdasarkan kadar trombosit (Klasifikasi
Mississippi)
Klas I Klas II Klas III
Kadar trombosit (/ml) ≤ 50000 > 50000 ≤ 100000 > 100000 ≤ 150000

LDH (IU/l) ≥ 600 ≥ 600 ≥ 600

AST dan/atau ALT (IU/l) ≥ 40 ≥ 40 ≥ 40


Terapi Medikamentosa
• Mengikuti terapi preeklampsia-eklampsia + monitor ketat
trombosit tiap 12 jam
– Trombosit < 50000/ml atau ada tanda koagulopati
konsumtif => periksa waktu protombin, waktu
tromboplastin parsial, dan fibrinogen
– Trombosit < 100000/ml atau 100000 – 150000/ml + tanda2
eklampsia, hipertensi berat, nyeri epigastrium => diberi
dexamethason 10 mg i.v. / 12 jam
– Trombosit > 100000/ml + penurunan LDH + perbaikan
gejala2 => terapi deksametason dihentikan
– Trombosit < 50000/ml => tranfusi trombosit
Prognosis
• Kematian ibu bersalin cukup tinggi yaitu 24%
• Penyebab : kegagalan kardiopulmonar,
gangguan pembekuan darah, perdarahan
otak, ruptur hepar, dan kegagalan organ
multipel
• Kematian perinatal cukup tinggi, terutama
karena persalinan preterm

Anda mungkin juga menyukai