Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN

KASUS

disusun oleh:
Patrecia Tjuanda -406192052
Steven Kirana -406192053
Maria Olivia -406192098
Pembimbing :
dr. Luh Putu E Santi M, Sp. Rad
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI KANDUNG
EMPEDU
FISIOLOGI KANDUNG EMPEDU
• Mempunyai peranan penting dalam pencernaan lemak
• Dapat menampung kurang lebih 50 ml empedu
• Dalam keadaan puasa setengah dari empedu secara terus men
erus dialirkan kedalam kandung empedu untuk disimpan
• Selama empedu berada dalam kandung empedu, maka akan te
rjadi peningkatan konsentrasi empedu oleh karena terjadinya pr
oses reabsorpsi ion-ion natrium, kalsium, klorida, dan bikarbona
t, diikuti oleh difusi air sehingga terjadi penurunan pH intrasistik.

PAPDI EDISI VI
CHOLECYSTITIS
Kolesistitis didefinisikan sebag
ai inflamasi pada dinding kandu
ng empedu yang paling sering
disebabkan oleh obstruksi dukt
us sistikus akibat adanya kolelit
iasis, yang umumnya disertai k
eluhan nyeri perut kanan atas,
nyeri tekan dan demam

http://emedicine.medscape.com/article/171886-overview
EPIDEMIOLOGI
Dari orang yang dirawat di rumah sakit karena penyakit saluran e
mpedu, 20% menderita kolesistitis akut. Sampai usia 50 tahun, k
olesistitis akut tiga kali lebih sering terjadi pada wanita dibanding
kan pada pria, dan sekitar 1,5 kali lebih sering terjadi pada wanit
a dibandingkan pada pria setelahnya. 95% orang dengan kolesist
itis akut memiliki batu empedu.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2907986/
CHOLECYSTITIS

• calcullous cholecystitis
90%

• acalcullous cholecystitis
10%
ETIOLOGI
- Batu kandung empedu (90%) yang terletak di duktus sistikus meny
ebabkan stasis cairan empedu ( Faktor yang berpengaruh seperti ke
pekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin dan prostaglandin yang
merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti oleh reaksi
inflamasi dan supurasi )

- Timbul tanpa adanya batu ( kolesisitits akut akalkulus) --> dapat tim
bul pada pasien yang dirawat cukup lama dan mendapat nutrisi pare
nteral, pada sumbatan karena keganasan kandung empedu, batu di
saluran empedu, atau sebagai komplikasi dari penyakit lain seperti d
emam tifoid dan diabetes melitus)
PAPDI EDISI VI
KLASIFIKASI
• Acute cholecystitis
• Acalculous cholecystitis
• Gangrenous cholecystitis
• Perforated gallbladder
• Emphysematous cholecystitis  is a rare form of acute cholecystitis wh
ere gallbladder wall necrosis causes gas formation in the lumen or wall.
• Hemorrhagic cholecystitis

• Chronic cholecystitis
MANIFESTASI KLINIS
Acute cholecystitis :
• Constant right upper quadrant pain that can radiate to the right
shoulder for more than 60 minutes
• Pain typically persists for more than six hours.
• in contradistinction to the intermittent right upper quadrant pain
of biliary colic. Nausea, vomiting, and fever are also often report
ed.
MANIFESTASI KLINIS
Chronic cholecystitis :
• Patients may have a history of recurrent acute cholecystitis or bi
liary colic, although some may be asymptomatic.
PEMERIKSAAN FISIS
• Inspeksi : ikterus pada 20% kasus
• Palpasi : Inspirasi dalam atau batuk sewaktu palpasi subkosta k
uadran kanan atas biasanya nyeri ( Murphy sign + )
LABORATORIUM KLINIS
• Leukositosis
• Serum transaminase dan fosfatase alkali ↑
• Bilirubin ↑
DIAGNOSIS  ACUTE CHOLECYSTITI
S
• Both gallbladder wall thickening (>3 mm) and pericholecystic flu
id are secondary findings. 
GANGRENOUS CHOLECYSTITIS
• Intraluminal membranes
• Asymmetrical wall thickness
• with possible wall disruption and/or ulceration
EMPHYSEMATOUS CHOLECYSTITIS
• Champagne sign
CHRONIC CHOLECYSTITIS
Diagnosis Banding

Kolesistitis
• Perforasi ulkus peptikum
• Pielonefritis
• Aneurisma aorta abdominal
• Iskemia mesenterik

Pridady. Kolesistitis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Edisi keempat. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. Hal 477-478.
Tatalaksana
• Umum : istirahat total, perbaiki status hidrasi pasien, pemberian
nutrisi parenteral, diet ringan, koreksi elektrolit, obat penghilang
rasa nyeri seperti petidin dan antispasmodik.
• Antibiotik : untuk mencegah komplikasi seperti peritonitis, kolan
gitis dan septisemia. Golongan ampisilin, sefalosporin dan metr
onidazol cukup memadai untuk mematikan kuman yang umum t
erdapat pada kolesistitis akut seperti E. Coli, Strep. faecalis dan
Klebsiela, namun pada pasien diabetes dan pada pasien yang
memperlihatkan tanda sepsis gram negatif, lebih dianjurkan pe
mberian antibiotik kombinasi.
Hunter JG. Gallstones Diseases. In : Schwart’s Principles of Surgery 8th edition. 2007. US : McGraw-Hill Companies.826-42.
Pridady. Kolesistitis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Edisi keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2006. Hal 477-478.
Tatalaksana
• Operatif : Kolesistektomi konvensional/ kolesistektomi laparosk
opik
Komplikasi
• Kolesistitis akut :
-Perikolesistitis
-Peradangan pankreas
-Perforasi
• Kolesistitis Kronis:
-Hidrop Kandung empedu
-Empiema kandung empedu
-Fistel Kolisistoenterik
-Ileus batu empedu (gallstone ileus)
Prognosis
• Sembuh spontan : 85%
• Kolesistitis rekuren
• Kolesistitis akut bisa berubah menjadi gangren, perforasi kandu
ng empedu, fistel, abses hati, dan peritonitis umum
PENDAHULUAN
Pleura tediri atas pleura viseral dan pleura parietal dengan rongg
a yang berisi sedikit cairan yang berfungsi sebagai pelumas dala
m pergerakan pernapasan. Dalam keadaan normal, pada foto tor
aks tidak dapat diperlihatkan lapisan pleura.

RADIOLOGI DIAGNOSTIK FK UI EDISI 2


EFUSI PLEURA
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan di dalam rongga pleura
akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan
pleura

RADIOLOGI DIAGNOSTIK FK UI EDISI 2


ETIOLOGI
- Kelainan dalam paru
infeksi(bakteri,virus,jamur), tumor paru, tumor mediastinum, meta
stasis
- Kelainan sistemik
Penyakit yang mengakibatkan hambatan getah bening, hipoprote
inemia pada penyakit ginjal, hati, dan kegagalan jantung
- Trauma kecelakaan
- Tindakan Pembedahan

RADIOLOGI DIAGNOSTIK FK UI EDISI 2


Harrison’s Principles of Internal Medicine
PATOFISIOLOGI
Cairan pleura terakumulasi ketika pembentukan cairan pleura me
lebihi absorpsi cairan pleura. Biasanya, cairan memasuki ruang p
leura dari kapiler di pleura parietal dan dikeluarkan melalui limfati
k di pleura parietal. Cairan juga dapat memasuki rongga pleura d
ari rongga interstisial paru melalui pleura viseral atau dari rongga
peritoneum melalui lubang kecil di diafragma. Limfatik memiliki k
apasitas untuk menyerap cairan 20 kali lebih banyak daripada ya
ng biasanya terbentuk. Dengan demikian, efusi pleura dapat terja
di bila ada pembentukan cairan pleura berlebih (dari ruang interst
isial paru, pleura parietal, atau rongga peritoneum) atau bila ada
penurunan pengeluaran cairan oleh limfatik.

Harrison’s Principles of Internal Medicine


KLASIFIKASI
Efusi Transudat  gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom n
efrotik, dialisi peritoneum, keganasan, dll

Efusi Eksudat mikobakterium tuberkulosis, infeksi ( bakteri, viru


s, jamur)

Harrison’s Principles of Internal Medicine


MANIFESTASI KLINIS
• A small amount of fluid is completely asymptomatic. In fact, dep
ending on the respiratory reserve of the patient, even large amo
unts of fluid can accumulate within the pleural space before any
symptoms are recognized.
• Eventually as the volume of fluid increases, with resulting 
passive (relaxation) atelectasis of the adjacent lung, the patient
will experience reduced exercise tolerance and breathlessness.
Diagnosis-Foto Thorax
• Tampak perselubungan homogen pada hemithorax yang
menutupi sinus, diagfragma, dan batas jantung.
Diagnosis-USG
• Gambaran anekoik antara pleura visceral dan pleura parietal
Diagnosis- CT SCAN
• Tampak hipodens di bagian hemitoraks yang terkena
Diagnosis- Torakosentesis
• Warna Cairan  kuning kehijauan, kuning kekuningan, merah
• Biokimia
• Sitologi
• Bakteriologi
• Biopsi pleura
Diagnosis- Biokimia
Tatalaksana
• 1. Torakosentesis
: Tindakan mengambil cairan pleura dengan
menggunakan jarum
Dapat sebagai diagnostik/ terapeutik

1. Pasien posisi duduk dengan lengan memeluk/diatas


bantal
2. Tempat penusukan jarum tergantun dari hasil foto
thorax/ di daerah sedikit medial dari ujung skapula/
pada linea aksilaris media di bawah batas suara sonor
dan redup
3. Anestesi  tusuk dengan jarum ukuran 18
4. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi
1000-1500 cc pada setiap aspirasi. Untuk mencegah
terjadinya edema paru akibat pengembangan paru
secara mendadak

Halim, Hadi. Penyakit Penyakit Pleura. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 2007. Balai Penerbit FK UI Jakarta.
• 2. WSD

Halim, Hadi. Penyakit Penyakit Pleura. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 2007. Balai Penerbit FK UI Jakarta.
3.Pleurodesis

Tindakan melengketkan pleura


visceralis dengan pleura
parietalis dengan
menggunakan zat kimia
(tetrasiklin, bleomisin, thiotepa,
corynebacterium, parfum, talk)
atau tindakan pembedahan.
Tindakan dilakukan bila cairan
sangat banyak dan selalu
terakumulasi kembali.
Komplikasi

Kelainan ventilasi

Pleuritis Komplikasi

Fibrosis paru
Prognosis
•   Prognosis bervariasi sesuai dengan etiologi yang mendasari k
ondisinya, namun pasien yang memperoleh diagnosis dan peng
obatan lebih dini akan lebih jauh terhindar dari komplikasi darip
ada pasien yang tidak mendapatkan pengobatan dini
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien

Nama : Ny. S Alamat : Semarang

Usia : 57 tahun Pekerjaan : Tidak Bekerja

Tanggal lahir : 24 Maret 1963 Agama : Islam


Keluhan Utama: Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di bangsal Nakula 2 p
Sesak napas, nyeri per ada hari Rabu tanggal 9 September 2020 pukul 14.00.
ut kanan atas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dibawa keluarganya ke IGD RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang p
ada tanggal 8 september 2020 dengan keluhan sesak napas dan nyeri perut kanan atas.
Keluhan sudah dirasakan semenjak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri terjadi b
eberapa jam yang kemudian berangsur-angsur menghilang. Keluhan mual dan muntah
disangkal. Keluhan disertai tangan dan kaki bengkak.
Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit
Riwayat Kebiasaan
Dahulu Keluarga

tidak pernah mengalami keluhan tidak memiliki kebiasaan


serupa sebelumnya keluhan serupa berolahraga
disangkal

belum mengonsumsi obat apapun


untuk mengatasi keluhannya sering makan berbagai jenis
gorengan, makan masakan Padang
riwayat penyakit sekali-kali dan sering makan ayam
darah goreng
Riwayat darah tinggi, kencing tinggi,kencing
manis, dan penyakit lainnya manis, asma, dan
disangkal alergi pada orang
tua pasien
disangkal konsumsi cairan: sehari-hari
menyangkal riwayat alergi dan minum air putih namun jumlahnya
riwayat trauma tidak terlalu banyak
KU: Tampak sakit sedang
PHYSICAL EXAMINATION
GCS: 15, Compos mentis
Anthropometric Status
IMT = 19,72 kg/m2(normal)

1.5 m

50 kg

Intepretation : normal
VITAL SIGN

Body Temperature Respiration Rate


20 kali/menit
37oC
reguler

150/90 mmHg
78 kali/menit
Blood Pressure
, reguler,isi dan tegangan cukup
Pulse Rate

Intepretation : Hipertensi grade II


Pemeriksaan Sistem
 Kepala: Bentuk normal (normocephali), rambut putih terdistribusi merata, tidak a
da benjolan
 Mata : palpebral simetris, cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
, pupil bulat isokor D 3 mm, reflex cahaya pupil normal
 Telinga : Serumen (-/-), tidak nyeri, tidak bengkak
 Hidung : Simetris, secret (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
 Mulut : bentuk simetris, perioral sianosis (-), mukosa rongga mulut warna merah
muda, mukosa lidah normal. Arkus faring anterior/posterior normal, tonsil palatin
a ukuran T1-T1 warna merah muda, kripta tonsil normal, detritus tonsil (-/-), dindi
ng posterior faring normal, warna mukosa merah muda.
 Leher: Trakea ditengah, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, tidak teraba benjola
n
Pemeriksaan Sistem
 Toraks:
• Pulmo:
• Inspeksi : Bentuk normal, simetris dalam keadaan diam dan perge
rakan nafas, tidak ada retraksi otot-otot pernafasan
• Palpasi : Penurunan Stem fremitus kanan kiri
• Perkusi : Redup pada kedua lapang paru
• Auskultasi : Suara vesikuler melemah pada kedua lapang par
u, Wh (-/-), Rh (-/-)
Pemeriksaan Sistem
 Toraks:
• Jantung:
• Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS, tidak kuat angkat
• Perkusi : Batas jantung bagian kanan ICS IV parasternal line
dextra
Batas jantung bagian kiri ICS V 2 cm medial midclav
icula line sinistra
Batas jantung bagian atas ICS II parasternal line sinistra
• Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada bunyi jantung
tambahan
Pemeriksaan Sistem

 Abdomen:
Inspeksi : Perut tampak datar, striae (-), caput medusa (-), spider
naevi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Terdengar timpani di seluruh kuadran abdomen
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) RUQ, defans muskular (-)
Pemeriksaan Sistem

 Ekstremitas: Edema pada tangan dan kaki, akral hangat, CRT >2 detik, nadi ter
aba sama kuat kanan dan kiri
 Tulang belakang: Tidak ada kelainan
 Kulit: Tidak ada kelainan
 Kelenjar Getah Bening: Tidak ada pembesaran KGB di preaurikular, postaurikular
, submental, submandibular, servikal, supraklavikula dan inguinal
 Anus dan genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
 Neurologis: tidak dilakukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG

DARAH NORMAL HASIL (09/9/2020)

Hemoglobin 11,7-15,5 g/dL 11 g/dL

Hematokrit 35-47% 34,5%

Leukosit 4.000-11.000/L 7.100/L (H)

Trombosit 150.000-400.000/L 140.000/L


PEMERIKSAAN PENUNJAN
G
KIMIA KLINIK NORMAL HASIL (08-9-2020)

Ureum 17,0-40,0 mg/dL 104 mg/dL

Kreatinin 0,5-0,8 mg/dL 1,9 mg/dL

Asam Urat 1,4-5,8 mg/dL 8,6 mg/dL

Kolesterol Total < 200 mg/dL 281 md/dL

Trigliserida <=150 mg/dL 254 mg/dL

SGOT 0-25 U/L 20 U/L

SGPT 0-35 U/L 23 U/L

Albumin 3,4-4,8 g/dL 2,5 g/dL

Natrium 135-147 mmol/L 128 mmol/L

Kalium 3,5-5 mmol/L 4,9 mmol/L

Kalsium 1,00-1,15 mmol/L 1,14 mmol/L (H)


PEMERIKSAAN PENUNJAN
G

Imunologi NORMAL HASIL (08-09-


2020)

Ig G SARS-CoV-2 Non Reaktif Non Reaktif

Ig M SARS-CoV-2 Non Reaktif Non Reaktif


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Gambaran USG Ginjal Kanan-Kiri Gambaran USG Lien, VU, Uterus


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Gambaran USG Ginjal Kanan-Kiri Gambaran USG Lien, VU, Uterus


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Gambaran USG Hepar Gambaran USG Aorta dan Gallbladder


PEMERIKSAAN PENUNJANG

INTERPRETASI USG:
 HEPAR ukuran dan bentuk normal, parenkim homogen, eksogenisitas norma
l, tepi rata, sudut tajam, tak tampak nodul, V. Porta dan V. Hepatika tak meleb
ar. Duktus biliaris intra-ekstrahepatal tak melebar.
 VESIKA FELEA tidak membesar, dinding tampak menebal (3,4 mm), tak
tampak batu, tak tampak sludge.
 LIEN ukuran normal, parenkim homogen, V. Lienalis tidak melebar, tidak ta
mpak nodul.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

INTERPRETASI USG:
 PANKREAS ukuran normal, parenkim homogen, duktus pankreatikus tidak
melebar.
 GINJAL KANAN ukuran dan bentuk normal, batas kortikomeduler jelas, PC
S tidak melebar, tidak tampak batu, tidak tampak massa. Ekogenisitas korte
ks meningkat lebih dari hepar.
 GINJAL KIRI ukuran dan bentuk normal, batas kortikomeduler jelas, PCS ti
dak melebar, tak tampak batu, tak tampak massa. Ekogenisitas korteks meni
ngkat lebih dari hepar.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

INTERPRETASI USG:
 AORTA tak tampak melebar. Tidak tampak pembesaran limfonodi paraaorta.
 VESIKA URINARIA dinding tidak menebal, permukaan reguler, tidak tamp
ak batu/massa.
 UTERUS ukuran normal, posisi antefleksi, parenkim homogen, tak tampak
massa, endometrial line baik.
 Tampak efusi pleura dupleks. Tampak cairan bebas di paravesika.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

INTERPRETASI USG:
 KESAN:
• Gambaran Kolesistitis
• Peningkatan ekogenisitas korteks pada kedua ginjal (sesuai Brenbridge 2)
--> Gambaran proses kronis kedua ginjal
• Ascites
• Efusi pleura dupleks
Diagnosa Kerja

Kolesistitis

Efusi Pleura Dupleks


Tatalaksana

Cefixime 2 x 200 mg
Asam Mefenamat 3x 500 mg
Furosemide 1x40 mg

Recana Terapi :
WSD
Rencana Evaluasi
Keadaan umum
Hasil
dan tanda-tanda
laboratorium
vital

Awasi timbulnya
komplikasi
Edukasi
• Penjelasan mengenai kemungkinan penyebab dan mekanisme penyaki
t yang diderita
• Penjelasan mengenai tatalaksana
• Penjelasan mengenai kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi
Prognosis

Ad vitam : dubia
ad bonam

Ad functionam: Ad sanationam :
dubia ad bonam dubia ad bonam
PEMBAHASAN

Berdasarkan kasus, pasien mengeluhkan sesak napas dan nyeri per


ut kanan atas yang terjadi beberapa jam yang kemudian berangsur-a
ngsur menghilang. Pasien juga mengeluh tangan dan kaki bengkak.
Pemeriksaan fisik didapatkan Penurunan Stem fremitus kanan kiri, P
erkusi redup pada kedua lapang paru , Auskultasi suara vesikuler me
lemah pada kedua lapang paru, nyeri tekan (+) RUQ.
PEMBAHASAN

dilakukan pemeriksaan USG pada pasien sebagai pilihan pertama b


erdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari pemeriksaan US
G abdomen, tampak dinding vesica felea menebal (3,4 mm) . Tem
uan ini sesuai dengan teori yang menggambarkan tampak penebala
n vesica felea > 3mm merupakan tanda cholecystitis. Pada pemeriks
aan USG juga didapatkan gambaran anekoik antara pleura visceral
dan pleura parietal yang merupakan tanda efusi pleura
Thank you

Anda mungkin juga menyukai