Anda di halaman 1dari 21

Mata Kuliah

PENDIDIKAN PANCASILA
-Konsep, Esensi & Urgensi Pendidikan
Pancasila
- Sumber Historis, Sosiologis, Yuridis & Politik
Pendidikan Pancasila Dosen :
- Dinamika dan Tantangan
FAUZI RIZKY, SH., Pendidikan
MH.
E-mail: Fauzirizky.lawyer@gmail.com
Pancasila Kontak. 0852 6476 7494
1. Konsep, Esensi & Urgensi
Pendidikan Pancasila

Pancasila yang dijadikan sebagai dasar negara sebagaimana


tercantum dalam alinea ke empat Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, disahkan tanggal
18 Agustus 1945, diumumkan melalui Berita RI tahun II No. 7
bersama-sama Batang Tubuh UUD 1945. dalam perjalanan sejarah
pancasila banyak mengalami interpretasi dan manipulasi sesuai
kepentingan penguasa pada masa itu yang berlindung dibalik
legitimasi pancasila, sesuai dengan periodesasi perkembangan dan
perubahan pemerintahan indonesia sejak awal kemerdekaan
hingga zaman reformasi ( Orde Lama, Orde Baru, dan Orde
Reformasi)
Berdasarkan hakikat kedudukannya pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara yang
fundamental (staats fundamental norm) dengan memuat didalamnya Dasar Negara Pancasila, maka
pembukaan UUD 1945 memiliki hakikat kedudukan hukum yang kuat bahkan secara yuridis tidak dapat
diubah. Karena merubah pembukaan UUD 1945 akan mengubah pondasi dasar dan ketatanegaraan NKRI.

UUD NRI TAHUN 1945


PEMBUKAAN
 "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.“
 "Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur." 
 "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.“
 “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :Ketuhanan Yang Maha Esa,kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia." 
Dampak perkembangan perubahan pancasila yang terjadi pada masa lalu menimbulkan
image di masyarakat dan elit politik bahwa pancasila adalah label orde baru, dan
pengkajian pancasila dianggap mengembalikan kewibawaan orde baru. Pandangan
tersebut dapat menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap ideologi pancasila
sehingga akan merongrong persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat. Hal inilah
yang selalu dikhawatirkan oleh pendiri bangsa akan hilangnya rasa persatuan dan
kesatuan ditengah masyarakat yang majemuk diseluruh aspek kehidupan, sehingga
memudahakan pihak-pihak tertentu yang akan memanfaatkan situasi tersebut dan
mengambil keuntungan
Perjalanan darinya.
Reformasi yang telah bergulir semenjak tahun tahun 1998
belum menampakkan hasil sebagaimana yang diinginkan para tokohnya
ketika reformasi digulirkan. Saat wacana reformasi diusung dengan
ditandai tumbangnya rezim suharto, setidaknya terdapat enam agenda
yang harus dikerjakan dan dikebut untuk mengembalikan indonesia pada
jalurnya. Agenda reformasi tersebut adalah :
Penegakan supremasi hukum
Pemberantasan KKN
Pemberian otonomi daerah seluas - luasnya
Pencabutan dwifungsi TNI/POLRI
Amandemen Konstitusi;
Pengadilan mantan Presiden Soeharto dan
kroninya
Kondisi tersebut bahkan menimbulkan rasa nasionalisme dikalangan para
generasi muda rendah, hal ini terlihat berbagai penyimpangan dan peningkatan
kejahatan dalam berbagai bentuk, misalnya demonstrasi yang anarkis dengan
penghancuran fasilitas umum, isu terorisme yang menghambat pertumbuhan
ekonomi akibat enggannya investor menanamkan modalnya di indonesia,
pelanggaran HAM ringan dan berat baik terjadi pada masa lalu maupun pada
masa sekarang dalam motif yang berbeda, penegakan hukum yang lemah
terbukti rendahnya tingkat kepercayaan akan kinerja aparat hukum (Polisi,
Jaksa, Hakim dan Advokat), sehingga dalam pergaulan internasional bangsa
indonesia dipandang rendah, nahkan sering dilecehkan dalam bentuk
memasuki wilayah tanpa izin, penyelesaian kasus-kasus TKI yang tidak jelas
dan berbagai bentuk intervensi dan campur tangan asing dalam beberapa
bidang kehidupan masyarakat. Berkaitan dengan kondisi objektif
sebagaimana yang dimaksud diatas tentu
muncul pertanyaan, SIAPA YANG
BERTANGGUNG JAWAB
MEMPERBAIKI KEADAAN INI ??
Oleh karena itu untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan
rasa memiliki oleh anak bangsa salah satunya melalui
PENDIDIKAN PANCASILA.
2. Sumber Historis, Sosiologis, Yuridis &
Politik Pendidikan Pancasila.
 Sumber Historis
Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak
zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit samapi dengan datangnya bangsa lain
yang menjajah serta menguasai bangsa Indonesia. Beratus-ratus tahun bangsa
Indonesia dalam perjalanan hidupnya berjuang untuk menemukan jati dirinya
sebagai suatu bangsa yang merdeka, mandiri serta memiliki suatu prinsip yang
tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafah hidup bangsa . Setelah melalui
proses yang panjang dalam sejarah bangsa Indonesia menemukan jati dirinya.

Didalam jati diri tersebut tersimpul ciri khas, sifat dan karakter bangsa yang berbeda
dengan bangsa lain, yang oleh para pendiri negara kita dirumuskan dalam suatu
rumusan yang sederhana namun mendalam, yang meliputi lima prinsip yang disebut
Pancasila.

Dalam masa reformasi, bangsa indonesia harus memiliki visi serta pandangan hidup
yang kuat. Dengan kata lain, bangsa Indonesia harus memiliki nasionalisme serta
rasa kebangsaan yang kuat. Hal ini dapat terlaksana bukan melalui suatu kekuasaan
atau hegemoni ideologi melainkan suatu kesadaran berbangsa dan bernegara
yang berakar pada sejarah bangsa.
Secara historis bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila
pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara
Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia
sendiri, atau dengan kata lain bangsa Indonesia sebagai materialis
Pancasila.

Secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan


nilai-nilai Pancasila. Atas dasar pengertian dan alasan historis inilah, maka
SANGAT PENTING bagi para generasi penerus bangsa terutama kalangan
intelektual kampus untuk mengkaji , memahami dan mengembangkan
berdasarkan pendekatan ilmiah, yang pada gilirannya akan memiliki suatu
kesadaran serta wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-nilai
yang dimilikinya sendiri
 Sumber Sosiologis

Sosiologi adalah ilmu tentang kehidupan antar manusia. Didalamnya


mengkaji, antara lain latar belakang, susunan dan pola kehidupan
sosial dari berbagai golongan dan kelompok masyarakat, disamping juga
mengkaji masalah-masalah sosial, perubahan dan pembaharuan dalam
masyarakat.

Melalui pendekatan sosiologis ini pula, diharapkan dapat


mengkaji struktur sosial, proses sosial, termasuk perubahan-perubahan
sosial, dan masalah-masalah sosial yang patut disikapi secara arif dengan
menggunakan standar nilai-nilai yang mengacu kepada nilai-nilai Pancasila.
Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan
pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada
suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri.

Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila


Pancasila bukan hanya hasil konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil
karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis
para pendiri negara.
Bung Karno menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila digali dari bumi pertiwi
Indonesia. Dengan kata lain, nilai-nilai Pancasila berasal dari kehidupan
sosiologis masyarakat Indonesia. Pernyataan ini tidak diragukan lagi karena
dikemukakan oleh Bung Karno sebagai penggali Pancasila, meskipun beliau
dengan rendah hati membantah apabila disebut sebagai pencipta Pancasila,
sebagaimana dikemukakan Beliau dalam paparan sebagai berikut:

Makna penting lainnya dari pernyataan Bung Karno tersebut adalah Pancasila
sebagai dasar negara merupakan pemberian atau ilham dari Tuhan Yang Maha
Kuasa. Apabila dikaitkan dengan teori kausalitas dari Notonegoro bahwa
Pancasila merupakan penyebab lahirnya (kemerdekaan) bangsa Indonesia,
maka kemerdekaan berasal dari Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan
dengan makna Alinea III Pembukaan UUD 1945. Sebagai makhluk Tuhan,
sebaiknya segala pemberian Tuhan, termasuk kemerdekaan Bangsa
Indonesia ini wajib untuk disyukuri. Salah satu bentuk wujud konkret
mensyukuri nikmat karunia kemerdekaan adalah dengan memberikan
kontribusi pemikiran terhadap pembaharuan dalam masyarakat.
Bentuk lain mensyukuri kemerdekaan adalah dengan memberikan kontribusi
konkret bagi pembangunan negara melalui kewajiban membayar pajak,
karena dengan dana pajak itulah pembangunan dapat dilangsungkan secara
optimal.

Sejalan dengan hal itu, diharapkan dapat berpartisipasi dalam


meningkatkan fungsi-fungsi lembaga pengendalian sosial (agent of social
control) yang mengacu kepada nilai-nilai Pancasila.
 Sumber Yuridis
Negara Republik Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat) dan salah satu
cirinya atau istilah yang bernuansa bersinonim, yaitu pemerintahan
berdasarkan hukum (rule of law). Pancasila sebagai dasar negara merupakan
landasan dan sumber dalam membentuk dan menyelenggarakan negara
hukum tersebut. Hal tersebut berarti pendekatan yuridis (hukum) merupakan
salah satu pendekatan utama dalam pengembangan atau pengayaan materi
mata kuliah pendidikan Pancasila. Urgensi pendekatan yuridis ini adalah dalam
rangka menegakkan Undang-Undang (law enforcement) yang merupakan
salah satu kewajiban negara yang penting. Penegakan hukum ini hanya akan
efektif, apabila didukung oleh kesadaran hukum warga negara terutama dari
kalangan intelektualnya.
Dengan demikian, pada gilirannya melalui
pendekatan yuridis tersebut mahasiswa dapat berperan serta dalam
mewujudkan negara hukum formal dan sekaligus negara hukum material
sehingga dapat diwujudkan keteraturan sosial dan sekaligus
terbangun suatu kondisi bagi terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat
sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa. Kesadaran hukum
tidak semata-mata mencakup hukum perdata dan pidana,
tetapi juga hukum tata negara. Ketiganya membutuhkan sosialisasi yang
seimbang di seluruh kalangan masyarakat, sehingga setiap warga negara
mengetahui hak dan kewajibannya.
Selama ini sebagian masyarakat masih
lebih banyak menuntut haknya, namun melalaikan kewajibannya.
Keseimbangan antara hak dan kewajiban akan melahirkan kehidupan yang
harmonis sebagai bentuk tujuan negera mencapai masyarakat adil dan
makmur.

BACA.........
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003
TENTANG
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012


TENTANG SISTEM PENDIDIKAN TINGGI
 Politik Pendidikan Pancasila

Politik merupakan bermacam-macamkegiatan dalam suatu sistem politik atau negara,


yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan
pelaksanaan tujuan-tujuan itu. Untuk melaksanakan tujuan diperlukan kebijakan umum
yang menyangkut pengaturan dan pembagian dari sumber-sumber yang ada. Untuk
melaksanakan kebijakan itu diperlukan kekuasaaan dan kewenangan, baik untuk
membina kerjasama maupun untuk menyelesaikan konflik yang muncul dalam proses
itu. Dapat secara persuasif dan paksaaan.

Negara

Pengambilan
Kekuasaan
Keputusan
POLITIK

Pembagian
Kebijakan serta
Pengalokasian
Salah satu sumber pengayaan materi pendidikan Pancasila adalah berasal dari
fenomena kehidupan politik bangsa Indonesia. Pola pikir untuk membangun
kehidupan berpolitik yang murni dan jernih mutlak dilakukan sesuai dengan
kelima sila yang mana dalam berpolitik harus bertumpu pada Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyarawatan/Perwakilan dan dengan penuh Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia tanpa pandang bulu. Etika politik Pancasila dapat digunakan
sebagai alat untuk menelaah perilaku politik Negara, terutama sebagai metode
kritis untuk memutuskan benar atau salah sebuah kebijakan dan tindakan
pemerintah dengan cara menelaah kesesuaian dan tindakan pemerintah itu
dengan makna sila-sila Pancasila.

Etika politik harus direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat secara
konkrit dalam pelaksanaan pemerintahan negara. Para pejabat eksekutif,
legislatif,  yudikatif, para pelaksana dan penegak hukum harus menyadari
bahwa legitimasi hukum dan legitimasi demokratis juga harus berdasarkan pada
legitimasi moral. Nilai-nilai Pancasila mutlak harus dimiliki oleh setiap penguasa
yang berkuasa mengatur pemerintahan, agar tidak menyebabkan berbagai
penyimpangan seperti yang sering terjadi dewasa ini. Seperti tindak pidana
korupsi, kolusi dan nepotisme, penyuapan, pembunuhan, terorisme, dan
penyalahgunaan narkotika sampai perselingkuhan dikalangan elit politik yang
menjadi momok masyarakat.
3. Dinamika & Tantangan
Pendidikan Pancasila
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa
negara Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa negara
harus tunduk kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh
perundang-undangan. menurut Ernest Renan: kehendak untuk bersatu (le desir
d’etre ensemble) dan memahami Pancasila dari sejarahnya dapat diketahui bahwa
Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus nasional karena memuat
nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua golongan dan lapisan masyarakat
Indonesia. . Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan
perbedaan (indifferentism), tetapi merangkum semuanya dalam satu semboyan
empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam seloka “Bhinneka Tunggal Ika”.
Maka Pancasila merupakan intelligent choice karena mengatasi keanekaragaman
dalam masyarakat Indonesia dengan tetap toleran terhadap adanya perbedaan
Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dengan sikap dan perilaku :

1. Memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggung


jawabsesuai dengan hati nurani;

2. Memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan


serta cara-cara pemecahannya;

3. Memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai


budaya bangsa untuk menggalang persatuan indonesia.

Negara Pancasila adalah suatu negara yang didirikan, dipertahankan dan


dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan
martabat dan hak-hak asasi semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan
yang adil dan beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai
manusia, mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir
batin selengkap mungkin, memajukan kesejahteraan umum, yaitu
kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Tantangan.....
.

Polemik banyak timbul dari masih adanya sederet fakta empiris yang
menunjukkan betapa Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
kini tak lebih bagaikan macan kertas. Nilai-nilai ekonomi kerakyatan,
misalnya, sudah mulai ditinggalkan pelan-pelan digantikan sistem ekonomi
pro-”kapital”. Pasar-pasar tradisional digusur digantikan dengan
supermarket. Semuanya dilakukan seolah-olah sebagai hal wajar dan tidak
memiliki dampak jangka panjang Akibatnya, rakyat mulai kehilangan mata
pencarian di satu sisi dan di sisi lain bangsa ini mulai kehilangan daya
kritisnya karena bekerja dalam bidang apa pun berada di bawah tekanan
global. Nasib buruh semakin ternistakan karena keserakahan juragannya
dan kebijakan pemerintah yang membiarkan praktik outsourcing yang kerap
tak manusiawi.
Elite politik tampak
membiarkan dirinya tercebur
dalam pusaran arus global
tanpa proteksi. Kebanggaan
diri sebagai bangsa bukan
lagi menjadi acuan.
Orientasi hidup hanya
mencari popularitas, maka
munculnya fenomena
”mengiklankan diri sendiri”
tanpa memerhatikan aspek
penderitaan rakyat.
Pemerintah sulit menjadikan
rasa empati sebagai bahan
pertimbangan utama
merancang kebijakan, yang
di luar terlihat populis tetapi
substansinya sebenarnya
menindas.
Pancasila kita sedang menghadapi krisis
multidimensional. Pancasila kita sedang
berhadapan dengan pola perilaku elite yang
tidak lagi peka terhadap rakyatnya. Pancasila
kita juga sedang menghadapi tantangan
bagaimana membuat orang-orang beragama
lebih toleran terhadap lainnya. Sila Ketuhanan
Yang Maha Esa harus dimaknai bersama-sama
dengan sila-sila lainnya. Sebagai bangsa yang
bertuhan, meyakini kebenaran Tuhan tidak
boleh dilakukan dengan cara menegasikan
kemanusiaan. Kemanusiaan harus tetap
dijunjung sehingga tercipta suasana adil dan
beradab. Untuk bisa menciptakan kemanusiaan
yang adil dan beradab, kebijakan sosial-politik-
ekonomi harus berlandaskan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Jika kita gagal
menerapkan Pancasila dalam makna
sesungguhnya, sebenarnya Pancasila tak sakti
lagi.
Telah bertahun-tahun tahun  kita hidup hanya
sebagai bangsa yang dipaksa untuk menghafal
sila-sila Pancasila demi kekuasaan, bukan
manifestasinya dalam kehidupan nyata.
Banyak Tantangan Lainnya Tehadap
Pendidikan Pancasila
Kedepan.............
APA YANG
AKAN AKU ADALAH
TERJADI ESTAFET
JIKA
DASAR BERIKUTNYAA !!!!!!!
NEGARAKU
PANCASI
LA AKAN
HILANG
OLEH
WAKTU ???
Sekian,
Terima Kasih.........
MATERI PERTEMUAN KE – 4 . . .

1. Konsep dan Urgensi Pancasila dalam


Arus Sejarah Bangsa Indonesia

2. Alasan diperlukannya Pancasila dalam


Kajian Sejarah Bangsa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai