Pendidikan Pancasila Materi Pertemuan Ke 3
Pendidikan Pancasila Materi Pertemuan Ke 3
PENDIDIKAN PANCASILA
-Konsep, Esensi & Urgensi Pendidikan
Pancasila
- Sumber Historis, Sosiologis, Yuridis & Politik
Pendidikan Pancasila Dosen :
- Dinamika dan Tantangan
FAUZI RIZKY, SH., Pendidikan
MH.
E-mail: Fauzirizky.lawyer@gmail.com
Pancasila Kontak. 0852 6476 7494
1. Konsep, Esensi & Urgensi
Pendidikan Pancasila
Didalam jati diri tersebut tersimpul ciri khas, sifat dan karakter bangsa yang berbeda
dengan bangsa lain, yang oleh para pendiri negara kita dirumuskan dalam suatu
rumusan yang sederhana namun mendalam, yang meliputi lima prinsip yang disebut
Pancasila.
Dalam masa reformasi, bangsa indonesia harus memiliki visi serta pandangan hidup
yang kuat. Dengan kata lain, bangsa Indonesia harus memiliki nasionalisme serta
rasa kebangsaan yang kuat. Hal ini dapat terlaksana bukan melalui suatu kekuasaan
atau hegemoni ideologi melainkan suatu kesadaran berbangsa dan bernegara
yang berakar pada sejarah bangsa.
Secara historis bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila
pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara
Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia
sendiri, atau dengan kata lain bangsa Indonesia sebagai materialis
Pancasila.
Makna penting lainnya dari pernyataan Bung Karno tersebut adalah Pancasila
sebagai dasar negara merupakan pemberian atau ilham dari Tuhan Yang Maha
Kuasa. Apabila dikaitkan dengan teori kausalitas dari Notonegoro bahwa
Pancasila merupakan penyebab lahirnya (kemerdekaan) bangsa Indonesia,
maka kemerdekaan berasal dari Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan
dengan makna Alinea III Pembukaan UUD 1945. Sebagai makhluk Tuhan,
sebaiknya segala pemberian Tuhan, termasuk kemerdekaan Bangsa
Indonesia ini wajib untuk disyukuri. Salah satu bentuk wujud konkret
mensyukuri nikmat karunia kemerdekaan adalah dengan memberikan
kontribusi pemikiran terhadap pembaharuan dalam masyarakat.
Bentuk lain mensyukuri kemerdekaan adalah dengan memberikan kontribusi
konkret bagi pembangunan negara melalui kewajiban membayar pajak,
karena dengan dana pajak itulah pembangunan dapat dilangsungkan secara
optimal.
BACA.........
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003
TENTANG
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Negara
Pengambilan
Kekuasaan
Keputusan
POLITIK
Pembagian
Kebijakan serta
Pengalokasian
Salah satu sumber pengayaan materi pendidikan Pancasila adalah berasal dari
fenomena kehidupan politik bangsa Indonesia. Pola pikir untuk membangun
kehidupan berpolitik yang murni dan jernih mutlak dilakukan sesuai dengan
kelima sila yang mana dalam berpolitik harus bertumpu pada Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyarawatan/Perwakilan dan dengan penuh Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia tanpa pandang bulu. Etika politik Pancasila dapat digunakan
sebagai alat untuk menelaah perilaku politik Negara, terutama sebagai metode
kritis untuk memutuskan benar atau salah sebuah kebijakan dan tindakan
pemerintah dengan cara menelaah kesesuaian dan tindakan pemerintah itu
dengan makna sila-sila Pancasila.
Etika politik harus direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat secara
konkrit dalam pelaksanaan pemerintahan negara. Para pejabat eksekutif,
legislatif, yudikatif, para pelaksana dan penegak hukum harus menyadari
bahwa legitimasi hukum dan legitimasi demokratis juga harus berdasarkan pada
legitimasi moral. Nilai-nilai Pancasila mutlak harus dimiliki oleh setiap penguasa
yang berkuasa mengatur pemerintahan, agar tidak menyebabkan berbagai
penyimpangan seperti yang sering terjadi dewasa ini. Seperti tindak pidana
korupsi, kolusi dan nepotisme, penyuapan, pembunuhan, terorisme, dan
penyalahgunaan narkotika sampai perselingkuhan dikalangan elit politik yang
menjadi momok masyarakat.
3. Dinamika & Tantangan
Pendidikan Pancasila
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa
negara Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa negara
harus tunduk kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh
perundang-undangan. menurut Ernest Renan: kehendak untuk bersatu (le desir
d’etre ensemble) dan memahami Pancasila dari sejarahnya dapat diketahui bahwa
Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus nasional karena memuat
nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua golongan dan lapisan masyarakat
Indonesia. . Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan
perbedaan (indifferentism), tetapi merangkum semuanya dalam satu semboyan
empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam seloka “Bhinneka Tunggal Ika”.
Maka Pancasila merupakan intelligent choice karena mengatasi keanekaragaman
dalam masyarakat Indonesia dengan tetap toleran terhadap adanya perbedaan
Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dengan sikap dan perilaku :
Polemik banyak timbul dari masih adanya sederet fakta empiris yang
menunjukkan betapa Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
kini tak lebih bagaikan macan kertas. Nilai-nilai ekonomi kerakyatan,
misalnya, sudah mulai ditinggalkan pelan-pelan digantikan sistem ekonomi
pro-”kapital”. Pasar-pasar tradisional digusur digantikan dengan
supermarket. Semuanya dilakukan seolah-olah sebagai hal wajar dan tidak
memiliki dampak jangka panjang Akibatnya, rakyat mulai kehilangan mata
pencarian di satu sisi dan di sisi lain bangsa ini mulai kehilangan daya
kritisnya karena bekerja dalam bidang apa pun berada di bawah tekanan
global. Nasib buruh semakin ternistakan karena keserakahan juragannya
dan kebijakan pemerintah yang membiarkan praktik outsourcing yang kerap
tak manusiawi.
Elite politik tampak
membiarkan dirinya tercebur
dalam pusaran arus global
tanpa proteksi. Kebanggaan
diri sebagai bangsa bukan
lagi menjadi acuan.
Orientasi hidup hanya
mencari popularitas, maka
munculnya fenomena
”mengiklankan diri sendiri”
tanpa memerhatikan aspek
penderitaan rakyat.
Pemerintah sulit menjadikan
rasa empati sebagai bahan
pertimbangan utama
merancang kebijakan, yang
di luar terlihat populis tetapi
substansinya sebenarnya
menindas.
Pancasila kita sedang menghadapi krisis
multidimensional. Pancasila kita sedang
berhadapan dengan pola perilaku elite yang
tidak lagi peka terhadap rakyatnya. Pancasila
kita juga sedang menghadapi tantangan
bagaimana membuat orang-orang beragama
lebih toleran terhadap lainnya. Sila Ketuhanan
Yang Maha Esa harus dimaknai bersama-sama
dengan sila-sila lainnya. Sebagai bangsa yang
bertuhan, meyakini kebenaran Tuhan tidak
boleh dilakukan dengan cara menegasikan
kemanusiaan. Kemanusiaan harus tetap
dijunjung sehingga tercipta suasana adil dan
beradab. Untuk bisa menciptakan kemanusiaan
yang adil dan beradab, kebijakan sosial-politik-
ekonomi harus berlandaskan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Jika kita gagal
menerapkan Pancasila dalam makna
sesungguhnya, sebenarnya Pancasila tak sakti
lagi.
Telah bertahun-tahun tahun kita hidup hanya
sebagai bangsa yang dipaksa untuk menghafal
sila-sila Pancasila demi kekuasaan, bukan
manifestasinya dalam kehidupan nyata.
Banyak Tantangan Lainnya Tehadap
Pendidikan Pancasila
Kedepan.............
APA YANG
AKAN AKU ADALAH
TERJADI ESTAFET
JIKA
DASAR BERIKUTNYAA !!!!!!!
NEGARAKU
PANCASI
LA AKAN
HILANG
OLEH
WAKTU ???
Sekian,
Terima Kasih.........
MATERI PERTEMUAN KE – 4 . . .