Anda di halaman 1dari 75

KONSEP ELIMINASI

Diana N. Sinurat, S.Kep,Ns


Keperawatan Dasar
T.A 2015/2016
TIK :
Setelah mengikuti kuliah, mahasiswa diharapkan mampu :
1) Menjelaskan tentang Konsep Eliminasi Urine

2) Menjelaskan tentang Konsep Eliminasi Alvi

3) Menguraikan pengkajian kebutuhan eliminasi : Urine


dan Fekal
4) Mengidentifikasi Diagnosa Keperawatan pada
gangguan pemenuhan kebutuhan Eliminasi : Urine dan
Fekal
5) Merumuskan Rencana Keperawatan dalam pemenuhan
Kebutuhan Eliminasi : Urine dan Fekal
TIK :

6) Mampu melakukan tindakan keperawatan membantu


pasien eliminasi BAK diatas tempat tidur
7) Mampu melakukan tindakan keperawatan membantu
pasien eliminasi BAB diatas tempat tidur
8) Mampu melakukan tindakan keperawatan memasang
Diapers/Popok
9) Mampu melakukan tindakan keperawtan memasang
dan merawat kateter
KONSEP ELIMINASI

 Eliminasi mer/ KDM yang esensial dan berperan penting


dalam menentukan kelangsungan hidup Mc
 Eliminasi untuk mempertahankan Homeostasis melalui
pembuangan sisa-sisa metabolisme
 Eliminasi dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
- Eliminasi Fekal (BAB / Alvi)
- Eliminasi Urine (BAK / Buang Air Kecil)
CONT,,,

 Urine adalah produk sampah cair dari tubuh


 Urinasi, mikturisi atau berkemih adalah pengeluaran
urine dari tubuh.
 Feses, bowel movement (BM) atau kotoran (Stool)
adalah produk sampah padat dari tubuh
 Defekasi adalah pengeluaran feses
 Urine dan feses indikator disfungsi selama
terjadi penyakit.
ELIMINASI URINE

Sistem Tubuh yang berperan dalam terjadinya


Proses Eliminasi Urine adalah :
a. Ginjal 2 ginjal yang menghasilkan urine
b. Ureter 2 ureter yang membawa urin
dari ginjal ke vesika urinaria
c. Kandung Kemih (Vesika Urinaria/VU)
1 VU tempat urine dikumpulkan
d. Uretra 1 Uretra, urine dikeluarkan dari
VU .
A. GINJAL

o Ginjal (Renal) terletak pada Retroperitoneal (dibelakang


selaput perut), terutama di daerah lumbal
o Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
ginjal kiri Hati
o Bentuk ginjal seperti kacang merah
o Unit fungsional ginjal adalah nefron (berjumlah ± 1 jt
nefron)
o Tiap nefron terdiri atas Glomerulus dan Tubulus.
o Nefron bertugas menyaring darah dan membuang limbah
metabolik
o Glomerulus dikelilingi oleh Kapsula Bowman’s.
FUNGSI GINJAL :

 Pengaturan volume cairan


 Pengaturan jumlah elektrolit tubuh
 Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh
 Ekskresi sisa-sisa metabolisme
 Reabsopsi bahan yang bersifat vital untuk tubuh
 Fungsi hormonal dan metabolisme
B. URETER
 Ad/ tabung / saluran yang menghubungkan ginjal dengan
kandung kemih terdiri dari 2 pipa (kanan dan kiri)
 Panjang ± 25 – 30 cm, Diameter 1,25 cm
 Urine didorong melewati ureter dengan gelombang peristalsis
sekitar 1-4x/mnt
 Pada pertemuan antara ureter dan kandung kemih, terdapat
lipatan membran mukosa sebagai katup untuk mencegah
refluks urine kembali ke ureter sehingga mencegah
penyebaran infeksi dari KK ke atas.
C. KANDUNG KEMIH

 Disebut juga Bladder / Kandung Kemih


 Berbentuk seperti buah pir / kendi
 Kapasitas maksimal 300 – 450 ml
 Terletak dalam panggul dibelakang simphisis pubis
 Terdapat beberapa jaringan otot yg paling dalam,
memanjang ditengah dan melingkar yang disebut
sebagai Detrusor,
 Organ muskuler berongga yang berfungsi menampung
urine sementara
 Berfungsi untuk mengeluarkan urine bila terjadi
kontraksi
D. URETRA

• Mer/ organ yang berfungsi menyalurkan urin ke bagian luar


• Uretra membentang dari kandung kemih sampai meatus
uretra.
• Panjang uretra Pria sekitar 15 - 20 cm membentang dari
KK sampai ujung penis.
• Uretra pria terdiri atas 3 bagian, yi : uretra pars prostatika,
uretra pars membranosa, dan uretra pars spongiosa
• Pada Wanita panjang uretra 3 - 4 cm, membentang dari KK
sampai lubang diantara labia minora 2,5 cm di belakang
klitoris,
• Krn ukurannya yang pendek, wanita lebih rentan mengalami
infeksi saluran kemih.
Pembentukan Urine melalui 3 tahap, yaitu Filtrasi,
Reabsorpsi dan sekresi.
1) Filtrasi glomerulus
 ± 25% dari jumlah keseluruhan darah yang
dipompakan dari ventrikel kiri pada setiap siklus
jantung dialirkan ke ginjal melalui arteri renalis
untuk proses filtrasi
 Proses filtrasi ini terjadi Kapsula Bowman’s atau di
Glomerulus
 Semua plasma darah dan komponen lainnya
difiltrasi, kecuali molekul yang berukuran besar
seperti protein dan sel darah.
CONT,,,,

2) Reabsorpsi
 Cairan yang telah di filtrasi (filtrate glomerulus) kemudian
mengalir ke tubulus renalis.
 Bahan-bahan yang diperlukan oleh tubuh diserap kembali,

 Sehingga yang tersisa adalah bahan-bahan yang tidak


diperlukan oleh tubuh
 Sel-sel tubulus proksimal menyekresi urea, kreatinin,
hidrogen dan amonia ke dalam urine
3) Sekresi Tubulus
 Melalui sekresi tubulus, zat-zat tertentu pada plasma yang
tidak berhasil di saring di kapiler tubulus dapat lebih cepat
di eliminasi.
CIRI – CIRI URINE NORMAL
a. Jumlah dalam 24 jam ± 1.500 cc, bergantung pada
banyaknya asupan cairan
b. Kejernihan
jernih/bening dan bila lama dibiarkan akan menjadi
keruh
c. Warna
Berwarna oranye bening, pucat, tanpa endapan
d. Bau
bau khas urine disebut aromatik, bila dibiarkan terlalu
lama akan berbau seperti amonia
e. Berat jenis
berat jenis urine ± 1,015 – 1,020.
PROSES BERKEMIH

 Berkemih (miksi) ad/ proses pengosongan VU/KK.


 VU dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi ±
250-400 cc (dewasa) dan 200-250 cc (anak-anak)
 Mekanisme berkemih jika VU berisi urine yang dapat
menimbulkan rangsangsan, melalui medulla spinalis diantarkan
ke pusat pengontrol berkemih yang terdapat di kortek serebral,
 Selanjutnya, otak memberikan impuls melalui medula spinalis
ke neuromotorik di daerah sakral,
 Terjadi koneksasi otot detrusor dan relaksasi otot spincter
internal.
CONT,,,,,,

 Urine dliepaskan dari VU, tetapi masih tertahan


sphincter eksternal.
 Jika waktu dan tempat memungkinkan, akan
menyebabkan relaksasi spincter eksternal dan urine
dikeluarkan (berkemih).
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI URINE

1) Usia
2) Diet
3) Cairan
4) Latihan fisik
5) Stres psikologis
6) Temperatur
7) Kondisi penyakit
8) Pengobatan
MASALAH ELIMINASI URINE
A. Retensi Urine
ad/ kondisi tertahannya urine di kandung kemih akibat
terganggunya proses pengosongan kandung kemih
sehingga KK menjadi regang.
kondisi ini disebabkan oleh obstruksi (mis, hipertrofi
Prostat), pembedahan, otot spincter yang kuat,
peningkatan tekanan uretra akibat otot detrusor yang
lemah.
CONT,,,,,

B. Enuresis
mer/ ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol)
yang diakibatkan tidak mampu mengontrol spincter
eksterna. Enuresis biasanya terjadi pada anak atau orang
jompo, umumnya pada malam hari.
C. INKONTINENSIA URINE

Ad/ ketidakmampuan otot spincter eksternal sementara


atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine
Inkontinensia urine terdiri atas :
1) Inkontinensia Fungsional

2) Inkontinensia Stres

3) Inkontinensia Total
1) INKONTINENSIA FUNGSIONAL

Ad/ keadaan seseorang yang mengalami pengeluaran urine


secara tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan.
2) INKONTINENSIA STRES

 Terjadi saat tekanan intraabdomen meningkat dan


menyebabkan kompresi kandung kemih.
 Kondisi ini biasanya terjadi ketika seseorang batuk
atau tertawa.
 Penyebabnya antara lain peningkatan tekanan intra
abdomen, perubahan degenerative terkait usia, dll.
CONT,,,,,,

3) Inkontinensia Total
mer/ keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urine yang terus-menerus dan
tidak dapat diperkirakan.
D. FREKUENSI
 Sering berkemih (frekuensi) ad/ meningkatnya
frekuensi berkemih tanpa disertai peningkatan
asupan cairan.
 Kondisi ini biasanya terjadi pada wanita hamil
(tekanan rahim pada KK), kondisi stres, dan infeksi
saluran kemih.

E. DISURIA
Ad/ rasa sakit dan kesulitan saat berkemih

F. Urgensi
ad/ perasaan yang sangat kuat untuk berkemih,
biasanya terjadi pada anak-anak karena kemampuan
kontrol sfingter yang lemah.
PERUBAHAN PRODUKSI URINE
1) Poliuria
 Ad/ produksi urine yang melebihi batas normal
tanpa disertai peningkatan asupan cairan.
 Dapat menyebabkan kehilangan cairan yang
berlebihan yang mengarah pada dehidrasi.
2) Urinary Suppression

Keadaan dimana ginjal tidak memproduksi urine secara


tiba-tiba, terdiri dari :
 Oliguria ad/ produksi urine yang rendah, yakni 100-
500 ml/24 jam
 Anuria ad/ produksi urine kurang dari 100 ml/24
jam.
ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU DENGAN GANGGUAN
ELIMINASI URINE

Pengkajian
Riwayat Keperawatan :
Tanyakan pada klien secara cermat dan menyeluruh tentang hal-hal
berikut :
1. Kebiasaan berkemih
o Pengkajian ini meliputi bagaimana kebiasaan berkemih serta

hambatannya.
o Frekuensi berkemih bergantung pada kebiasaan dan

kesempatan.
o Banyak orang berkemih setiap hari pada waktu bangun tidur

dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam


hari.
2. Pola berkemih, meliputi frekuensi, urgency, dysuria, polyuria,
 Frekuensi berkemih menentukan berapa kali individu
berkemih dalam 24 jam.
 5x/hari, tergantung kebiasaan seseorang.
 70% miksi pada siang hari, sedangkan sisanya dilakukan
pada malam hari, menjelang dan sesudah bangun tidur.
 Berkemih dilakukan saat bangun tidur dan sebelum tidur.
3. VOLUME BERKEMIH
Kaji perubahan volume berkemih untuk
mengetahui adanya ketidakseimbangan cairan
dengan membandingkannya dengan volume
berkemih normal pada tabel berikut :
CONT,,,,,,,,

No Usia Jumlah/hari
1 1 - 2 hari 15 – 60 ml
2 3 - 10 hari 100 – 300 ml
3 10 - 2 bulan 250 – 400 ml
4 2 bulan – 1 tahun 400 – 500 ml
5 1 – 3 tahun 500 – 600 ml
6 3 – 5 tahun 600 – 700 ml
7 5 – 8 tahun 700 – 1000 ml
8 8 – 14 tahun 800 – 1400 ml
9 14 tahun – dewasa 1500 ml
10 Dewasa tua ≤ 1500 ml
4. ASUPAN DAN HALUARAN CAIRAN
 Catat haluaran urine selama 24 jam
 Kaji kebiasaan minum klien setiap hari (jenis dan
jumlah cairan yang diminum).
 Catat asupan cairan per oral, lewat makanan, lewat
cairan infus, atau NGT (jika ada).

5. Faktor yang mempengaruhi kebiasaan BAK antar


lain : diet dan intake, gaya hidup, stres psikologis,
dll.
6. KEADAAN URINE, MELIPUTI :
N0 Keadaan Normal Interpretasi
1 Warna Kekuning- Urine berwarna orange gelap
kuningan menunjukkan adanya pengaruh
obat, sedangkan warna merah
dan kuning kecoklatan
mengindikasikan adanya
penyakit.
2 Bau Aromatik Bau menyengat merupakan
indikasi adanya masalah seperti
infekdi atau penggunaan obat
tertentu.
3 Berat jenis 1,010 – 1,030 Menunjukkan adanya konsentrasi
urine.
4 Kejernihan Terang dan Adanya kekeruhan karena mukus
transparan atau pus.
N0 Keadaan Normal Interpretasi

5 pH Sedikit asam (4,7 – 7,5) Menunjukkan keseimbangan


asam-basa; bila bersifat
alkali menunjukkan adanya
aktivitas bakteri.
6 Protein Molekul protein yang besar Pada kondisi kerusakan
seperti albumin, fibrinogen, ginjal, molekul tersebut dapat
atau globulin tidak dapat di melewati saringan masuk ke
saring melalui ginjal – urine. urine.
7 Darah Tak tampak jelas Hameturia menunjukkan
trauma atau penyakit pada
saluran kemih bagian bawah.

8 Glukosa Adanya sejumlah glukosa Apabila menetap terjadi pada


dalam urine tidak berarti bila pasien DM.
hanya bersifat sementara,
misalnya pada seseorang
yang makan gula banyak.
PEMERIKSAAN FISIK :

Pemeriksaan fisik perkemihan meliputi :


1). Abdomen
o Kaji dengan cermat adanya pembesaran, distensi kandung
kemih, pembesaran ginjal, nyeri tekan pada kandung kemih.
2). Genitalia
 Kaji kebersihan daerah genetalia.
 Amati adanya bengkak, rabbas atau radang pada meatus
uretra.
 Pada laki-laki, kaji adanya lesi, nodul, dan adanya radang
pada labia minora maupun mayora.
3). Urine
o Kaji karakteristik urine klien, bandingkan dengan
karakteristik urine normal.
PEMERIKSAAN DIAGNOTIK :

 Pemeriksaan Urine (Urinalisis) :


 Warna ( normal : jernih kekuningan )
 Penampilan ( normal : Jernih )
 Bau ( normal : beraroma )
 PH ( normal : 4,5 – 8,0 )
 Berat Jenis ( normal : 1,005 – 1,030 )
 Glukosa ( normal ; negatif )
 Keton ( normal : negatif )
 Kultur Urine (normal : kuman patogen negatif)
 Masalah eliminasi urine sering dikaitkan dengan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, maka perlu
dikaji mengenai turgor kulit dan mukosa mulut.
 Kaji adanya nyeri :

 Nyeri kandung kemih : nyeri di atas area


suprapubik.
 Nyeri ginjal atau panggul : nyeri di antara tulang
rusuk dan ileum yang dapat menyebar ke abdomen
dan dapat disertai dengan mual dan muntah. Atau
 Nyeri pada sudut kostovertebra, yang dapat
menyebar ke umbilikus.
PENETAPAN DIAGNOSIS

Menurut NANDA (2003), masalah keperawatan untuk


eliminasi urine meliputi satu masalah umum dan beberapa
masalah khusus. Masalah umum adalah gangguan eliminasi
urine, sedangkan masalah khususnya meliputi :
 Inkontinensia urine fungsional

 Inkontinensia urine refleks

 Inkontinensia urine stress

 Inkontinensia urine total

 Inkontinensia urine urgensi

 Retensi urine
CONT,,,,

Gangguan pola eliminasi : Inkontinensia Urine yang


berhubungan dengan ………………….
ditandai oleh …….
Definisi : kondisi dimana seseorang tidak mampu
mengendalikan pengeluaran urine.
Kemungkinan berhubungan dengan :
 Gangguan neuromuskular

 Spasme kandung kemih

 Trauma Pelvis

 Infeksi saluran kemih

 Trauma medula spinalis


CONT,,,,

Kemungkinan Data yang ditemukan :


 Inkontinensia urine

 Keinginan berkemih yang segera

 Sering ke toilet

 Menghindari minum

 Spasme kandung kemih

 Setiap berkemih < 100 ml, atau > 550 ml.


PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
Tujuan intervensi keperawatan untuk klien
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
eliminasi urine adalah
o Mempertahankan atau mengembalikan pola

berkemih yang normal, mencapai haluaran urine


yang normal,
o Mencegah munculnya risiko terkait (mis,

infeksi, kerusakan kulit, ketidakseimbangan


cairan dan elektrolit, harga diri rendah), serta
o Mampu berkemih secara mandiri atau berkemih

tanpa menggunakan alat bantu apapun.


KONSEP ELIMINASI ALVI

o Kebutuhan eliminasi alvi mer/ kebutuhan dasar untuk BAB.


o Diatur oleh sistem gastrointestinal bawah yang meliputi :
a. Usus Halus/ Intestinum Minor :
- Duodenum (usus 12 jari)
- Jejunum, dan
- Ileum
b. Usus Besar/ Intestinum Mayor :
- Sekum
- Kolon Asenden
- Kolon Trasversum
- Kolon Desenden
- Kolon Sigmoid
c. Rektum
1. USUS HALUS
 Mer/ bagian terpanjang saluran cerna
 Panjang ± 6 meter, dengan Diameter 2,5 cm.
 Usus merupakan lumen muskular yang dilapisi membran
mukosa yang terletak di antara lambung dan usus besar.
 Serat ototnya berbentuk sirkuler dan longitudinal,
terjadinya segmentasi (motilitas usus dalam mencampur
dan mendorong kimus).
 Sebagian besar proses pencernaan dan penyerapan makanan
berlangsung disini.
A. DUODENUM
 Duodenum adalah saluran berbentuk C dengan panjang
sekitar 25 cm yang terletak di bagian belakang abdomen,
mengitari kaput pancreas.
 Duodenum digambarkan dalam 4 bagian, yaitu :

 Bagian 1, mengarah ke kanan

 Bagian 2, mengarah ke bawah

 Bagian 3, mendatar ke kiri dan ke depan vena kava


inferior dan aorta
 Bagian 4, mengarah ke atas dan bersambungan dengan
jejenum.
B. JEJUNUM DAN ILEUM
 Setelah duodenum, bagian usus halus berikutnya adalah
jejenum yang diikuti dengan ileum
 Panjang keduanya bervariasi antara 300 dan 900 cm.

 Jejenum berukuran agak besar, memiliki dinding yang tebal,


lipatan membran mukosa yang lebih banyak, dan plak peyeri
yang lebih sedikit.
 Jejenum dan ileum terletak didalam rongga peritoneum,
kecuali sepanjang garis perlekatannya.
 Usus halus diperdarahi oleh percabangan arteri mesentrika
superior (cabang dari aorta).
Fungsi usus adalah
• untuk menyekresi cairan usus,
• menerima getah empedu dan getah pancreas,
• mencerna makanan,
• mengabsorpsi air, garam dan mineral, serta
• menggerakkan isi usus melalui kontraksi segmen
pendek dan peristaltic rush (peristaltic usus yang kuat)
yang menggerakkan isi usus lebih cepat.
2. USUS BESAR
 Panjang kolon pada orang dewasa ± 1,5 meter, dan diameter 5-6
cm.
 Batas antara usus besar dan ujung usus halus adalah katup
ileocaecal.
 Katup ini biasanya mencegah zat yang masuk ke usus besar
sebelum waktunya, dan mencegah produk buangan untuk
kembali ke usus halus.
 Produk buangannya berupa cairan, setiap saluran anus menyerap
± 800-1000 ml cairan
 Penyerapan menyebabkan feses mempunyai bentuk dan berwujud
setengah padat
 Jika penyerapan tidak baik, produk buangan cepat, feses lunak
dan berair
 Jika feses terlalu lama dalam usus besar, maka akan terlalu
banyak air yang diserap sehingga feses menjadi kering dan keras.
KOLON BERGERAK DALAM 3 CARA,
YAITU

1. Haustral shuffling, yaitu gerakan mencampur zat


makanan dalam bentuk padat (kimus) untuk membantu
absorpsi air.

2. Kontraksi Haustral, yakni gerakan mendorong materi


cair dan semi padat di sepanjang kolon.

3. Gerakan peristaltik, yakni gerakan berupa gelombang


menuju anus.
PROSES ELIMINASI
1. Eliminasi fekal adalah sampah produk pencernaan
tubuh ,dengan hasil feses.
2. Defekasi adalah keluarnya feses dari anus dan rektum
Rectum :
 Dewasa 15-20 cm (2,5- 5 cm bagian distal = anal)
 Terdapat jaringan yang bersilangan dan vertikal berisi
vena dan artery sehingga membantu menahan feses
dalam rectum  hemoroid
Anus :
 Anus terdiri dari spincter Internal dan spincter
Ekternal
 Spincter Internal : Kontrol tidak sadar, Innervasi
nervous autonom
 Spincter Ekternal : Kontrol sadar, M . Levator Ani,
innervasi nervous somatic.
FISIOLOGI DEFEKASI
 Defekasi adalah proses pengosongan usus (BAB).
 Eliminasi fekal bergantung pada gerakan kolon dan dilatasi
sphinter ani. Kedua faktor tersebut dikontrol oleh sistem
saraf parasimpatis.
 Terdapat dua pusat yang menguasai reflex untuk defekasi,
yaitu terletak di medula dan sumsum tulang belakang.
 Sewaktu makanan masuk ke lambung, terjadi gerakan
massa di kolon yang disebabkan oleh refleks gastrokolon.
CONT,,,,,,

 Refleks ini disebabkan oleh peregangan lambung dan


duodenum, refleks dihantarkan oleh melalui sistem saraf
autonom.
 Ketika gerakan massa di kolon mendorong isi kolon ke
dalam rektum, terjadi peregangan rektum yang memicu
refleks defekasi.
 Begitu ada feses yang sampai direktum, maka ujung
saraf sensoris yang berada pada rektum menjadi regang
dan terangsang. Kemudian impuls ini diteruskan ke
medulla spinalis.
CONT,,,,,

 Setelah itu, impuls dikirim ke dua bagian yaitu korteks


serebri serta sacral II dan IV.
 Impuls dikirim ke korteks serebri agar individu
menyadari keinginan BAB.
 Impuls dikirim ke sacral II dan IV, yang selanjutnya
dikirim pada system saraf simpatis untuk mangatur
membuka sphinter ani interna.
 Terbukanya sphinter ani tersebut menyebabkan banyak
feses yang masuk ke dalam rektum.
CONT,,,,

 Kemudian terjadi proses defekasi dengan


mengendornya sphinter ani eksterna dan tekanan yang
mendesak feses bergerak oleh kontraksi otot perut dan
diafragma.
 Sphinter ani eksterna ini merupakan otot rangka,
bukan otot polos yang diatur oleh korteks serebri,
keberadaan otot rangka menyebabkan individu dapat
mengatur kapan sphinter akan dibuka.
DALAM PROSES DEFEKASI TERJADI 2 JENIS
REFLEKS, YAITU :

1. Refleks Defekasi Intrinsik


2. Refleks Defekasi Parasimpatis
1. Refleks Defekasi Intrinsik

Feses masuk ke rektum Distensi dinding rektum

Impuls sampai ke flexus mesenterikus

Gelombang peristaltik di dalam kolon desending & sigmoid


dalam rectum

Mendorong feses ke anus

Spinkter internal relaksasi

Defekasi
2. Refleks Defekasi Parasimpatis

Saraf di rektum terstimulasi oleh feses

Sinyal ditransfer ke spinal cord

Colon desenden,sigmoid dan rektum.

Signal parasymphatic gelombang peristaltik.

Relaksasi spinkter internal

Defekasi
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES DEFEKASI

1) Usia
2) Diet
3) Intake cairan
4) Aktivitas
5) Pengobatan
6) Gaya hidup
7) Penyakit
8) Nyeri
9) Kerusakan sensoris dan motoris
MASALAH ELIMINASI ALVI

1. Konstipasi
 Mer/ gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya
feses yang kering dan keras melalui usus besar
 Susah buang air besar atau sembelit.
2. Fecal Impaction (Impaksi Feses)
• Masa feses yang keras dilipatan rektum yang
diakibatkann oleh retensi dan akumulasi material
feses yang berkepanjangan.
• Penyebab konstipasi, intake cairan yang kurang,
kurang aktivitas, diet rendah serat, dan kelemahan
tonus otot.
CONT,,,,,

3. Diare
 Mer/ keadaan individu mengalami atau beresiko sering
mengalami pengeluaran feses cair/tidak berbentuk atau
keluarnya tinja yang enecer terlalu banyak cairan,
 Ditandai dengan adanya frekuensi > 3x/hari, nyeri/kram
abdomen, bising usus meningkat.
4. Inkontinensia Alvi
 Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol
pengeluaran feses dan gas yang melalui sfingter anus
akibat kerusakan fungsi sfingter atau persarafan di daerah
anus.
 Penyebabnya karena penyakit neuromuskular, trauma
medula spinalis, tumor sfingter anus eksterna.
CONT,,,,

5. Flatulensi (kembung)
 Rasa kembung pada perut yang ditandai dengan
flatus yang berlebihan di daerah intestinal yang
dapat menyebabkan terjadinya distensi pada
intestinal,
 disebabkan karena konstipasi atau penggunaan
obat-obatan.
6. Hemorroid
 Mer/ keadaan terjadinya pelebaran pada vena di
daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di
daerah anus
 Disebabkan karena konstipasi, peregangan saat
defekasi, dll.
ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU
DENGAN GANGGUAN ELIMINASI ALVI
Pengkajian
Riwayat Keperawatan :
1. Pola defekasi
• Frekuensi (berapa kali /hari/minggu?)
• Apakah frekuensi tersebut pernah berubah?

• Apa penyebabnya?

2. Perilaku defekasi
o Apakah klien menggunakan laksatif?
o Bagaimana cara klien mempertahankan pola defekasi?
3. Deskripsi feses
o Warna

o Tekstur

o Bau
4. Diet
a). Makanan apa yang mempengaruhi perubahan pola defekasi
klien?
b). Makanan apa yang biasa klien makan?
c). Makanan apa yang klien hindari/pantang?
d). Apakah klien makan secara teratur?
5. Cairan
Jumlah dan jenis minuman yang dikonsumsi setiap hari.
6. Aktivitas
 Kegiatan sehari-hari (mis, olahraga)

 Kegiatan spesifik yang dilakukan klien (mis, penggunaan


laksatif, enema, atau kebiasaan mengonsumsi sesuatu
sebelum defekasi)
7. Penggunaan Medikasi
 Apakah klien bengantung pada obat-obatan yang dapat
mempengaruhi pola defekasinya?
8. Stres
 Apakah klien mengalami stres yang berkepanjangan?

 Koping apa yang klien gunakan dalam menghadapi stres?

 Bagaimana respons klien terhadap stres? Positif atau negatif?

9. Pembedahan atau penyakit menetap


 Apakah klien pernah menjalani pembedahan atau mengalami
penyakit yang mempengaruhi saluran usus? Adanya ostomi
harus diperiksa (mis, sebuah kolostomi atau ileostomi).
 Apakah klien pernah menjalani tindakan bedah yang dapat
mengganggu pola defekasinya?
 Apakah klien pernah menderita penyakit yang
mempengaruhi sistem gastrointestinalnya?
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan pada daerah abdomen,
rectum, anus dan feses.

1). Abdomen
 Pemeriksaan ini dilakukan pada posisi terlentang, hanya
bagian abdomen saja yang tampak.
 Inpeksi, amati abdomen untuk melihat bentuknya,
simetrisitas, adanya distensi atau gerak peristaltik. Distensi
akan tampak sebagai suatu tonjolan abdomen secara
menyeluruh dengan kulit tampak kencang dan tegang.
 Auskultasi. Dengarkan bising usus, lalu perhatikan intensitas,
frekuensi, dan kualitasnya.
 Bising usus : auskultasi keempat kuadran abdomen selama 5-
15 detik untuk menentukan derajat aktivitas atau frekuensi
bising usus.
 Perkusi. Lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui
adanya distensi berupa cairan, massa, atau udara. Mulailah
pada bagian kanan atas dan seterusnya.
 Palpasi. Lakukan palpasi untuk mengetahui konsistensi
abdomen serta adanya nyeri tekan atau massa di permukaan
abdomen. Jika distensi abdomen terasa keras.
2). Rektum dan anus, pemeriksaan dilakukan pada posisi litotomi
atau sims.
 Inspeksi. Amati daerah perianal untuk melihat adanya tanda-
tanda inflamasi, perubahan warna, lesi, lecet, fistula,
konsitensi, hemoroid.
 Palpasi. Palpasi dinding rektum dan rasakan adanya nodul,
massa, nyeri tekan. Tentukan lokasi dan ukurannya.
3). KEADAAN FESES
No Keadaan Normal Abnormal Penyebab

1. Warna Bayi : kuning Putih, hitam/tar, Kurangnya


Dewasa : coklat. atau merah. kadar empedu,
Pucat berlemak. perdarahan
saluran cerna
bagian bawah.
Malabsorbsi
lemak.

2. Bau Khas feses dan Amis dan Darah dan


dipengaruhi oleh perubahan bau. infeksi.
makanan.

3. Konsistensi Lunak dan berbentuk Cair padat Diare dan


absorpsi
kurang.
No Keadaan Normal Abnormal Penyebab
4. bentuk Menyerupai Kecil, Obstruksi
diameter bentuknya dan
rektum. seperti peristaltic
pensil. yang
cepat.
5. Konstituen Makanan yang Darah, pus, Internal
(unsur – tidak dicerna, materi bleeding,
unsur) bakteri yang asing, infeksi,
mati, lemak, lendir dan tertelan
pigmen empedu, cacing. benda,
sel-sel yang iritasi
melapisi mukosa atau
usus, air. inflamasi.
CONT,,,,

Penetapan Diagnosis
Menurut NANDA (2003), Masalah Keperawatan untuk
eliminasi alvi, meliputi:
 Inkontinensia alvi

 Konstipasi

 Risiko konstipasi

 Persepsi konstipasi

 Diare
CONT.,,,,

Gangguan Pola Eliminasi : Konstipasi (aktual/risiko) yang


berhubungan dengan …..
Ditandai oleh ……
Definisi : kondisi dimana seseorang mengalami perubahan
pola yang normal dalam berdefekasi dengan karakteristik
menurunnya frekuensi BAB dan feses yang keras.
Kemungkinan berhubungan dengan :
 Imobilisasi

 Menurunnya aktivitas fisik

 Ileus

 Stres

 Perubahan atau pembatasan diet


CONT,,,,,

Kemungkinan ditandai dengan :


 Menurunnya bising usus

 Mual

 Nyeri abdomen

 Adanya massa pada abdomen bagian kiri bawah

 Perubahan konsistensi feses, frekuensi BAB.


CONT,,,,

Gangguan Pola Eliminasi : Inkontinensia yang


berhubungan dengan ……
Ditandai dengan ……..
Definisi : kondisi dimana pasien mengalami perubahan
pola dalam BAB dengan karakteristik tidak
terkontrolnya pengeluaran feses.
Kemungkinan berhubungan dengan :
 Menurunnya tingkat kesadaran

 Gangguan sfingter ani

 Gangguan neuromuskular

 Fecal impaction
CONT,,,,

Kemungkinan data yang ditemukan :


 Tidak terkontrolnya pengeluaran feses

 Baju yang kotor oleh feses

Kondisi klinis yang mungkin ada :


- Trauma medula spinalis
 Pembedahan usus

 Strok

 Trauma pada daerah pelvis

 Usia tua
PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI

Tujuan intervensi keperawatan untuk klien dengan


gangguan eliminasi adalah mempertahankan atau
mengembalikan pola defekasi yang normal,
mempertahankan atau mengembalikan konsistensi
feses yang normal, serta mencegah risiko lain yang
menyertai seperti ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, kerusakan kulit, distensi abdomen, dan
nyeri.
TINDAKAN MENGATASI MASALAH ELIMINASI
ALVI (BUANG AIR BESAR)

1. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan


2. Membantu pasien buang air besar dengan pispot
3. Memberikan huknah rendah
4. Memberikan huknah tinggi
5. Memberikan gliserin
6. Mengeluarkan feses dengan jari
EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan eliminasi alvi dapat
dinilai dengan adanya kemampuan dalam :
 Memahami cara eliminasi yang normal
 Mempertahankan intake makanan dan minuman yang
cukup
 Mempertahankan defekasi secara normal yang
ditunjukkan dengan kemampuan klien dalam mengontrol
defekasi tanpa bantuan obat/enema, berpartisipasi dalam
program latihan secara teratur, defekasi tanpa harus
mengedan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai