EKONOMI PERPAJAKAN
PERPAJAKAN
Fungsi dari surat pemberitahuab disini adalah, bahwa wajib pajak dalam melaporkan perhitungan pajaknya atau
pembayaran pajaknya menggunakan SPT. Pasal 3 UU KUP juga mengeaskan kewajiban bagi setiap wajib pajak
untuk mengisi SPT dengan benar, lengkap dan jelas. Dan menyampaikan ke Direktorat Jenderal Pajak. Dengan ini,
akan lebih menegaskan fungsi SPT bagi wajib pajak. Fungsi SPT sendiri terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Berfungsi sebagai sarana melaporkan dan
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang
1. Bagi Pengusaha sebenarnya terutang, dll
3. Bagi Pemotong Atau Pemungut Berfungsi sebagai sarana melaporkan dan mempertanggungjawabkan
Pajak pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkanya
BENTUK ISI DAN KETERANGAN DOKUMEN SEBAGAI
SURAT PEMBERITAHUAN
Jumlah Pajak yang Terutang Jumlah Pajak Keluaran Jumlah Pajak yang Dipungut
Jumlah Pajak yang Dibayar Jumlah Pajak Masukan yang Jumlah Pajak yang Disetor
Dapat Dikreditkan
Tanggal Pembayaran atau Penyetoran Jumlah Kekurangan atau Tanggal Pmeungutan
Kelebihan Pajak
Data Lainya Yang Berkaitan Dengan
Tanggal Penyetoran Tanggal Penyetoran
Kegiatan Usaha Wajib Pajak
Data Lainya Yang Berkaitan Data Lainya Yang Berkaitan
Dengan Kegiatan Usaha Wajib Dengan Kegiatan Usaha Wajib
Pajak Pajak
PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN
Selanjutnya wajib pajak menyampaikan SPT tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak atau tempat lain yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Dapat dilakukan secara :
1. LANGSUNG
2. MELALUI POS DENGAN BUKTI PENGIRIM SURAT
3. CARA LAIN
SETIAP SPT YANG DISAMPAIKAN OLEH WAJIB PAJAK DIPERLUKAN TANDA PENERIMAAN
SURAT, TETAPI JUGA MENGIKUTI CARA PENYAMPAIAAN SPT YANG DISAMPAIKAN
Sekalipun batas waktu penyampaian SPT telah ditetapkan, tetapi Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka
waktu penyampaian SPT Tahunan dengan menyampaikan pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan.
Pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan ini wajib ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya yang harus
dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus. Bentuk pemberitahuan perpanjangan ini yaitu berbentuk formulir kertas
(hardcopy) atau dalam bentuk data elektronik. Data elektronik ini dihasilkan dari aplikasi yang dibuat
Direktorat Jenderal Pajak.
Dalam hal wajib pajak menyampaikan SPT tahunan perlu diketahui batas
waktu penyampaian SPT tahunan yaitu sebagai berikut :
SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi paling lama 3
bulan setelah akhir tahun pajak
• 1
SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan, paling lama 4 bulan
setelah akhir tahun pajak
• 2
Dalam hal Wajib Pajak tidak dapat memenuhi batas waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan,
maka Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan dengan cara menyampaikan
pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan. Pemberitahuan dimaksud dibuat secara tertulis dan disampaikan ke
Kantor Pelayanan pajak sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan berakhir dengan dilampiri beberapa
lampiran sebagai berikut:
1 3
2
Penghitungan sementara pajak Surat Setoran Pajak (SPP)
terutang 1 tahun pajak yang Laporan keuangan sementara sebagai bukti pelunasan
batas waktu penyampaiannya kekurangan pembayaran pajak
diperpanjang. yang terutang
Cara penyampaian pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan sama dengan cara penyampaian SPT pada
umumnya. Pemberitahuan perpanjangan SPT yang tidak memenuhi syarat dianggap bukan merupakan
pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan dan Direktur Jenderal Pajak wajib memberitahukan kepada Wajib
Pajak.
PENYAMPAIAN SPT MASA WAJIB PAJAK KRITERIA TERTENTU
Pasal 3 ayat (3b) Undang-Undang KUP memberikan kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk mengatur tata cara pelaporan SPT Masa
bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang dapat melaporkan beberapa masa pajak dalam satu SPT Masa. Dengan demikian, Wajib Pajak dapat
menyampaiakan SPT Masa tersebut yang meliputi beberapa masa pajak sekaligus. Wajib Pajak kriteria tertentu tersebut meliputi:
a. Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan kegiatan usaha atau melakukan pekerjaan bebas atau Wajib Pajak Badan. Wajib Pajak Orang
Pribadi tersebut harus memenuhi kriteria, yaitu :
- Menerima atau memperoleh peredaran usaha dari kegiatan usaha atau penerimaan bruto dari pekerjaan bebas dalam tahunan
pajak sebelumnya tidak lebih dari Rp 600.000.000,00.
- Menerima atau memperoleh peredaran usaha dalam tahun pajak sebelumnya tidak lebih dari Rp 900.000.000,00
2) Wajib Pajak di daerah tertentu :
yaitu Wajib Pajak yang tempat tnggal, tempat kedudukan, atau tempat kegiatan usahanya berlokasi
didaerah tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Wajib Pajak usaha kecil atau Wajib Pajak di daerah tertentu yang bermaksud melaporkan
beberapa masa pajak dalam satu SPT Masa harus menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada
Direktur Jenderal Pajak paling lama 2 bulan sebelum dimulainya masa pajak pertama yang oleh Wajib
Pajak akan disampaikan dalam SPT Masa dimaksud diatas. Dari pemberitahuan secara tertulis tersebut
selanjutnya dilakukan penelitian untuk menetapkan apakah Wajib Pajak memenuhi kriteria atau tidak.
Apabila tidak terpenuhi, maka Direktur Jenderal Pajak akan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis
kepada Wajib Pajak.
DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN
MENYAMPAIKAN SPT PAJAK PENGHASILAN
Walaupun setiap Wajib Pajak mengisi, menandatangani, dan menyampaikan SPT, tetapi terdapat Wajib
Pajak yang dikecualikan dari kewaiban menyampaikan SPT Pajak Penghasilan. Wajib Pajak yang dikecualikan
dari kewajiban menyampaikan SPT yaitu Wajib Pajak PPh tertentu yang memenuhi kriteria dan
pengecualiannya, adalah sebagai berikut:
Wajib Pajak Orang Pribadi yang dalam satu
tahun pajak menerima atau memperoleh
penghasilan neto tidak melebihi Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak
Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam menjalankan kegiatan usaha atau tidak
pasal 7 Undang-Undang Pajak Penghasilan. melakukan pekerjaan bebas. Wajib Pajak ini
Wajib Pajak ini dikecualikan dari kewajiban dikecualikan dari kewajiban menyampaikan
menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25.
Pasal 25 dan SPT Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Orang Pribadi
PENYAMPAIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK
Terdapat Wajib Pajak yang memang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar Amerika Serikat. Wajib Pajak tersebut wajib menyampaikan SPT
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan beserta lampirannnya dalam bahasa Indonesia kecuali lampiran
berupa laporan keuangan dan menggunakan satuan mata uang dolar Amerika Serikat. Apabila terdapat bukti
pembayaran atau pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dan 23 dengan menggunakan satuan mata uang rupiah
yang akan dikreditkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Wajib Pajak Badan, harus dikonversi kedalam
satuan mata uang dolar Amerika Serikat dengan menggunakan kurs yang ditetapkan dalam keputusan Menteri
Keuangan yang berlaku pada tanggal pembayaran atau pemotongan atau pemungutan pajak tersebut.
WAJIB PAJAK DIANGGAP TIDAK MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) APABILA:
WAJIB PAJAK DIANGGAP TIDAK MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) APABILA:
Surat
Pemberitahuan
tidak ditandatangani
Surat Pemberitahuan
tidak sepenuhnya
dilampiri keterangan
dan/atau dokumen Surat Pemberian yang
menyatakan lebih bayar
disampaikan setelah 3 tahun
sesudah berakhirnya masa pajak,
bagian tahun pajak atau tahun
pajak dan Wajib Pajak telah Surat Pemberitahuan
ditegur secara tertulis disampaikan setelah Direktur
Jenderal Pajak melakukan
pemeriksaan atau menerbitkan
surat ketetapan pajak.
LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN
1. Bagi Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan, SPT-nya harus dilampiri/dilengkapi dengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
serta keterangan-keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak. Laporan keuangan dimaksud yaitu laporan keuangan
masing-masing Wajib pajak. Sebagai contoh berupa laporan keuangan hasil kegiatan usaha masing-masing Wajib Pajak.
2. Bagi Wajib pajak yang mengguanakan norma perhitungan, dalam SPT-nya harus dilampiri/dilengkapi peredaran yang terjadi dalam tahun pajak yang
bersangkutan.
Berdasarkan saan pelaporannya, Surat Pemberitahuan (SPT) dibedakan menjadi 2 yaitu sebagai berikut:
3. SPT Masa adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak terutang dalam suatu masa pajak atau pada
suatu saat.
4. SPT Tahunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak
Sesuai Pasal 3 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajkan yang diikuti dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 80/PMK.03/2010 Tanggal 5 April 2010, bat waktu penyampaian SPT diatur:
5. Untuk SPT Masa, paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak
6. Untuk SPT Tahunan, paling lambat 3 bulan setelah akhir tahun pajak
PENYAMPAIAN SPT SECARA ELEKTRONIK
Dengan ini telah diterbitkannya peraturan Direktur Jendral Pajak Nomer Kep-05/Pj./2005 tanggal 12 Januari 2005 tentang
Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-filling) melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP), maka
beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan SE Nomer 10/Pj./2005, yaitu sebagai berikut:
1
1
• Wajib pajak mengajukan permohonan secara tertulis kepada kepala kantor Pelayanan
pajak tempat wajib pajak terdaftar sesuai dengan lampiran Peraturan Direktur Jendral
Pajak Nomor Kep-05/Pj./2005, dengan melampirkan fotokopi kartu Nomor pokok Wajib
pajak atau surat keterangan Terdaftar dan dalam hal Pengusaha kena pajak disertai
dengan surat pengakuhan pengusaha kena pajak
2,3
• Kepala Seksi Tata Usaha Perpajakan atau Kepala Pelayanan dalam hal KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar adalah KPP yang telah menerapkan sistem modern, memproses
permohonan Wajib Pajak apabila persyaratan dalam pengajuan permohonan tersebut
telah diterimasecara lengkap.
• Permohonan e.FIN harus diselesaikan paling lama 2 (dua) hari kerja sejak permohonan
Wajib Pajak telah diterima secara lengkap.
4,5
• Bentuk e.FIN
• e.FIN diberikan kepada Wajib Pajak setelah ditandatangani oleh Kepala Seksi Tata
Usaha Perpajakan atau kepala seksi pelayanan dalam hal KPP tempat Wajib Pajak
terdaftar adalah KPP yang telah menarapkan sistem modern, atas nama kepala kantor
3
Sarana wajib pajak dalam membayar dan menyetor pajak harus dilakukan dengan menggunakan surat setoran pajak (SSP) atau sarana administrasi lain
yang disamakan dengan surat setoran pajak (SSP) dimaksudkan sebagai surat oleh wajib pajak digunakan untuk pembayaran atau penyetoran pajak yang
terutang ke kas negara dilakukan dikantor pos atau sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh pejabat kantor penerima pembayaran yang
berwenang atau telah mendapatan validasi sebagai tanda sahnya SSP atau sarana administrasi lain yaitu telah divalidasi dengan Nomor Transaksi penerimaan
Negara (NTPN). Tata cara pembayaran setoran pajak melalui sistem pembayaran online dan penyampaian SPT dalam bentuk digital telah diatur dalam
keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor kep.383/Pj./2002 Tanggal 14 Agustus 2002. Pengaturan-pengaturan tersebut meliputi:
1. Pembayaran pajak umumnhya menggunakan sarana SSP, tetapi wajib pajak dapat melakukan pembayaran setoran pajak melalui sistem pembayaran online
terhitung mulai tanggal 1 juli 2002, wajib pajak melakukan pembayaran setoran pajak melalui sistem pembayaran online terhitung 1 januari 2003,
sedangkan tata cara disampaikan pada lampiran keputusan Direktur Jendral Pajak yang dimaksud ini (contoh pembayaran pajak teller, pembayaran pajak
menggunakan fasilitas alat transaksi bank seperti ATM, pembayaran pajak menggunakan fasilitas cash management service-CSM). Sistem pembayaran
online ini adalah pembayaran setoran pajak melalui PT.Pos Indonesia atau bank persepsi/devisa persepsi online.
2. Penyampaian SPT dapat dilakuakan dalam bentuk digital terhitung mulai tanggal 1 juli 2002, penyampaian, SPT tahunan pajak penghasilan dan SPT masa
pajak pertambahan nilai ke kantor pelayanan pajak secara elektronik atau dengan menggunakan media komputer. Tata cara penyampaiannya dengan
memperhatikan lampiran keputusan Direktur Jendral pajak dimaksud (tata cara pelaporan SPT dengan menggunakan media komputer).
Batas waktu pembayaran atau penyetoran pajak diatur dengan mengacu pada peraturan menteri keuangan
nomor 80/PMK.03/2010 tanggal 5 april 2010 yang berlaku per 1 april 2010 sebagai penyempurnaan
peraturan menteri keuangan nomor 184/PMK.03/2007sebagaimana tercantum:
SANKSI KETERLAMBATAN PEMBAYARAN DAN
PENYETORAN PAJAK YANG TERUTANG
Menteri Keuangan mempunyai kewenangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak terutang sebagai
batas waktu untuk suatu saat atau masa pajak masing-masing jenis pajak, paling lama 15 hari setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya masa pajak. Keterlambatan dalam pembayaran dan penyetoran berakibat dikenai sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2% per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1 bulan.
Apabila wajib pajak membayar atau menyetor PPH pasal 29 setelah tanggal jatuh tempo penyampaian SPT tahunan, dikenal sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan yang dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu penyampaian SPT tahunan sampai
dengan tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan. Demikian pula untuk SPT, surat ketetapan pajak kurang
bayar (SKPKB), surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan (SKPKBT), surat keputusan keberatan, surat keputusan pembetulan,
putusan banding, serta putusan peninjauan kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi
dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal diterbitkan. Khusus wajib pajak usaha kecil dan wajib pajak di daerah tertentu, jangka waktu
pelunasan dimaksud dapat diperpanjang paling lama menjadi 2 bulan yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan peraturan
menteri keuangan.
PENENTUAN TANGGAL JATUH TEMPO
PEMBAYARAN DAN LAPORAN PADA HARI LIBUR
Terhadap wajib pajak orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran pajak sendiri maupaun yang ditunjuk sebagai
pemotong atau pemungut pph atau PPN seperti pemotong pph pasal 4 ayat (2), pemotong pph pasal 15, pemotong pph pasal 21,
pemotong pph pasal 23 dan pph pasal 26, pembayar pph pasal 25, pemungut pph pasal 22, pemungut PPN dan PPnBM yang wajib
menyapaikan SPT masa paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir, SPT masa atau laporan hasil pemungutan pajak
disampaikan ke kantor pelayanan pajak tempat wajib pajak, pemotong pajak atau pemungut pajak terdaftar dan/atau dikukuhkan.
Dalam hal batas akhir pelaporan sebagaimana telah disebutkan diatas ternyata bertepatan dengan hari libur termasuk hari
sabtu dan hari libur nasional, pelaporan dapat dilalakukan pada hari kerja berikutnya, hari libur nasional termasuk hari yang
diliburkan untuk penyelenggaraan. Untuk penyelenggaraan pemilu yang ditetapkan oleh pemerintah dari cuti bersama secara
nasional yang ditetapkan oleh pemerintah
ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK
Mengacu pada peraturan Menteri Kuangan Nomer 184/PMK.03/2007. Tanggal 28 desember 2007 yang berlalu mulai
tanggal 1 januari 2008 mengatur tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak. Pada prinsipnya wajib pajak dapat
mengajukan permohonan secara tertulis untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak yang masih harus dibayar dalam
surat tagihan pajak, surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan, dan surat keputusan pembetulan, Surat surat keputusan
keberatan, putusan banding serta putusan peninjauan kembali , yang menyebabkan jumlah pajak yang terutang bertambah, serta
pajak penghasilan pasal 29, kepada Direktur Jendral Pajak
Ketentuan yang berhubungan dengan tata cara pengansuran dan penundaan pembayaran pajak akan
diatur lebih lanjut dengan peraturan direktur jendral pajak. Nama dalam hal permohonan untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak yang diataur dalam peraturan menteri keuangan meliputi :
1
4
Permohonan harus diajukan paling lama 9 hari
Bila jangka tersebut pada butir tiga telah lewat,
kerja setelah tanggal jatuh tempo pembayaran
Direktur Jendral Pajak tidak memberi suatu
utang pajak berakhir disertai alasan dan jumlah
keputusan, permohonan Wajib Pajak dianggap
pembayaran pajak yang dimohon, diangsur, atau
diterima
ditunda.
2 5
Bila ternyata batas waktu 9 hari kerja tidak dapat dipenuhi Surat keputusan yang menerima seluruhnya atau
oleh wajib pajak karenan keadaan di luar kekuasaannya, sebagian, dengan jangka waktu masa angsuran
permohonan wajib pajak masih dapat dipertimbangkan oleh atau penundaan tidak melebihi 12 bulan dengan
Direktur Jendral Pajak sepanjang wajib pajak dapat mempertimbangkan kesulitan likuiditas atau
membuktikan kebenaran keadaan di luar kekuasaannya. keadaan di luar kekuasaan wajib pajak
3 6
Direktur Jendral Pajak menerbitkan surat
Terhadap utang pajak yang telah diterbitkan surat
keputusan atas permohonan berupa menerima
keputusan dimaksud tidak dapat lagi diajukan
selurunya, menerima sebagian, atau menolak,
permohonan untuk menganggur atau menunda
paling lama 7 hari kerja setelah tanggal
pembayaran.
diterimanya permohonannya
PEMBETULAN SPT
Apabila dalam pengisian SPT ternyata terdapat kekeliruan, Wajib Pajak atas kemauan sendiri masih berhak untuk melakukan
pembetulan, tetapi dituntut syarat bahwa Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan. Mulai melakukan tindakan
pemeriksaan dimaksudkan pada saat Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak (SP3) disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai,
atau anggota keluarga dari Wajib Pajak yang telah dewasa Dalam menetapkan waktu atau kapan Wajib Pajak membetulkan SPT perlu
diperhatikan status SPT tersebut. Wajib pajak melakukan pembetulan sehingga SPT menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan SPT harus
disampaikan paling lama 2 tahun sebelum kadaluwarsa penetapan. Kadaluwarsa penetapan dimaksudkan jangka waktu 5 tahun setelah
berakhirnya masa pajak. CONTOH SEBAGAI BERIKUT :
SANKSI ADMINISTRASI DAN SANKSI PIDANA TERKAIT SPT
Kepada Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang undang sehubungan dengan SPT dikenakan sanksi administrasi dan/atau
sanksi pidana.
1. Apabila Surat Pemberitahuan Wajib Pajak tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan atau batas waktu perpanjangan Surat Pemberitahuan
dikenal sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp500.000,00 untuk SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai, Rp100.000,00 untuk SPT Masa lainnya, dan
Rp1.000.000,00 untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan, serta Rp 100.000,00 untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
2. Pasal 38 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan menyatakan bahwa, apabila Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar karena kealpaan Wajib Pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan
tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A Undang-Undang KUP. đidenda paling sedikit 1 kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar,atau dipidana kurungan paling
singkat 3 bulan atau paling lama 1 tahun. Kealpaan tersebut dimaksudkan tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati atau kurang mengindahkan kewajibannya, sehingga
perbuatan tersebut dapat menimbulkan kerugian pada pendapat negara.
3. Pasal 39 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan apabila dengan sengaja Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT
atau menyampaikan SPT atau keterangan yang isinya tidak benar, atau tidak lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan denda paling
sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar. Untuk mencegah adanya pengulangan tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 tahun sejak
selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan dikenai pidana lebih berat.
4. Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana menyalahgunakan hak Nomor Pokok Wajib Pajak
atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada Pasal 39 ayat (1) huruf b Undang Undang KUP, atau
menyampaikan Surat Pemberitahuan atau keterangan yang saya tidak benar tidak lengkap, sebagaimana dimaksud pada Pasal
39 ayat (1) huruf d Undang Undang KUP dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak
atau pengkreditan pajak, pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 kali jumlah restitusi yang dimohonkan lama 2 tahun
dan denda paling sedikit 2 kali jumlah restitusi.
PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI
ADMINISTRASI
Dalam pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dengan dasar Pasal 36 ayat. (1) huruf a, Undang-Undang PPh yaitu atas kewenangan Direktur
Jenderal Pajak untuk mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, kenaikan yang terutang sesuai perundang-undangan perpajakan
dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya. Berdasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan No.
91/PMK.03/2015 tentang Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi atas Keterlambatan Penyampaian SPT. Pembetulan SPT, dan Keterlambatan
Pembayaran atau Penyetoran Pajak. Pokok-pokok pengaturan dimaksud:
1. Sanksi administrasi yang dimaksud yaitu sanksi administrasi berupa bunga atau darda yang terutang sesuai Pasal 7, Pasal 8 ayat (2a), Pasal 9 ayat (2a), Pasal 9
ayat (2b) atau Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang KUP.
2. Atas dasar permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi dalam hal sanksi administrasi
tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan kesalahannya atas :
a. keterlambatan penyampaian SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2014 dan sebelumnya dan/atau SPT masa untuk masa pajak Desember 2014 dan setelumnya;
b. keterlambatan pembayaran atau penyetoran atas kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh untuk Tahun Pajak 2014 dan
sebelumnya.
c. keterlambatan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atau masa pajak sebagaimana tercantum dalan SPT masa untuk masa
pajak Desember 2014 dan sebelumnya dan/atau
d. pembetulan yang dilakukan oleh Wajib Pajak dengan kemauan sendiri atas SPT Tahunan PPh untuk Tahun Pajak 2014 dan sebelumnya, dan atau SPT
masa untuk masa pajak Desember 2014 dan sebelumnya yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar yang dilakukan pada tahun 2015.
PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI BERUPA BUNGA
BERDASARKAN PASAL 19 AYAT UU (1) UU KUP 49
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan No 29/PMK.05/2015 tentang Penghapusan Sanksi Administrasi
Bunga yang terbit berdasarkan Pasal 19 ayat (1) Undang Undang KUP Beberapa hal dalam Pengaturan Menteri Keuangan:
4
Didasarkan Pasal 36 Undang-Undang 7
Wajib Pajak yang melunasi utang pajak
KUP
1 sebelum 1 Januari 2016 diberikan
penghapusan sanksi administrasi. Permohonan penghapusan sanksi
Sanksi administrasi berupa bunga 2% administrasi harus memenuhi
perbulan yang terbit karena utang pajak Utang pajak dimaksud yaitu utang 5 ketentuan:
tidak atau kurang dibayar sebagaimana pajak yang timbul sebelum 1 Januari
diatur dalam Pasal 19 ayat (1) Undang -Utang pajak telah dilunasi oleh Wajib
2015 Pajak
Undang KUP
Untuk dapat memperoleh penghapusan 6
2 -Terdapat sisa sanksi Administrasi
Penghapusan sanksi administrasi yaitu sanksi administrasi, Wajib Pajak
penghapusan atas sisa sanksi menyampaikan surat permohonan kepada dalam surat tagihan pajak yang belum
administrasi dalam surat tagihan pajak Direktur Jenderal Pajak dan harus di sesuai dibayarkan oleh Wajib Pajak
Pasal 3 ayat (3) Permenkeu No 29
yang belum dibayarkan oleh Wajib
(PMK.03/2015)
Pajak
3
TEMPAT LAYANAN TERPADU
Pada tanggal 3 Februari 2003 Direktur Jenderal Pajak telah mengeluarkan Keputusan Nomor Kep 27/Pj/2003 tentang Tempat
Pelayanan Terpadu pada Kantor Pelayanan Pajak Keputusan Direktur Jenderal Pajak tersebut mempunyai dasar pertimbangan sebaga
berikut
1 2
Supramono, 2010. Perpajakan Indonesia: Mekanisme dan Perhitungan. CV. ANDI OFFSET: Yogyakarta
SEKIAN
&
TERIMAKASIH