Anda di halaman 1dari 14

Studi Kasus

Interaksi Obat.

Kelompok 9.
Kelompok 9.
• Muhamad Rahmat 17334003.

• Olivia Octavianti 17334011.

• Fiqi Fuziathusyani 17334049.

• Ika Widyawati 17334050.


Interaksi Obat.
• Interaksi obat atau lebih dikenal dengan istilah drug i nteraction  ,  merupakan
interaksi yang terjadi antar obat yang dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi
obat dapat menghasilkan efek baik terhadap pasien, namun tidak jarang
menghasilkan efek buruk, sehingga hal ini merupakan salah satu penyebab
terbanyak terjadinya kesalahan pengobatan.
• Interaksi obat didefinisikan sebagai modifikasi efek suatu obat akibat obat lain
yang diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan, sehingga keefektifan atau
toksisitas satu obat atau lebih berubah.
• Interaksi obat juga dapat diartikan sebagai fenomena yang terjadi apabila pengaruh
suatu obat diubah oleh pemberian obat sebelumnya atau untuk pemberian obat
yang bersamaan.
Interaksi obat menjadi 3 jenis.

• Interaksi farmasetik (interaksi antar-obat karena


obat yang tidak dapat bercampur/inkompatibel).
• Interaksi farmakokinetik (interaksi antarobat
yang menyebabkan peningkatan atau penurunan
absorpsi, metabolisme, distribusi, dan ekskresi
obat lain).
• Interaksi farmakodinamik (interaksi obat yang
berkompetisi pada tempat yang sama untuk
bereaksi dalam tubuh).
Mekanisme Interaksi Obat.
Interaksi Farmakokinetik. Interaksi Farmakokinetik.

1. Interaksi Pada Absorbsi Obat. 2. Interaksi Pada Distribusi Obat.


- Efek perubahan pH gastrointestinal. - Interaksi ikatan protein.
- Induksi dan inhibisi protein transport obat.
- Adsorpsi, khelasi, dan mekanisme
pembentukan komplek. 3. Interaksi Pada Metabolisme Obat.
- Perubahan motilitas gastrointestinal. - Perubahan pada metabolisme fase pertama.
- Induksi Enzim.
- Induksi atau inhibisi protein
transporter obat. - Inhibisi enzim.
- Malabsorbsi dikarenakan obat. - Faktor genetik dalam metabolisme obat.
- Interaksi isoenzim sitokrom P450 dan obat
yang diprediksi.
Mekanisme Interaksi Obat.
Interaksi Farmakokinetik. Interaksi Farmakodinamik.

4. Interaksi Pada Ekskresi Obat. • Interaksi Aditif Atau Sinergis.


- Perubahan pH urin. • Interaksi Antagonis Atau
- Perubahan ekskresi aktif tubular Berlawanan.
renal.
- Perubahan aliran darah renal.
Tingkat Keparahan Interaksi Obat.

Keparahan interaksi diberi tingkatan dan dapat


diklasifikasikan ke dalam tiga level, yaitu..
• Keparahan Minor.
• Keparahan Moderate.
• Keparahan Major.
Faktor Penyebab Interaksi Obat.

1. Faktor Penderita.
• Umur (yang paling peka adalah bayi, balita dan orang lanjut usia).
• Sifat keturunan.
• Penyakit yang sedang diderita.
• Fungsi hati dan ginjal.
2. Faktor Obat
• Jumlah obat yang digunakan.
• Jangka waktu pengobatan.
• Jarak waktu penggunaan dua obat.
• Urutan pemberian ohat.
• Bentuk sediaan obat.
Contoh Interaksi Obat yang menguntungkan.

• Kombinasi obat antihipertensi ; meningkatkan


efektivitas dan mengurangi efek samping.
• Penisilin dengan Probenesid ; Probenesid
akan menghambat sekresi Penisilin ditubuli
ginjal sehingga meningkatkan kadarnya
dalam plasma sehingga meningkatkan
efektivitasnya dalam terapi gonore.
• Kombinasi obat anti tuberculosis ;
memperlambat timbulnya resistensi kuman
terhadap obat.
Nyonya Santi umur 59 tahun dirawat di
rumah sakit karena merasa lemas, diare
lebih dari 5 kali. Mempunyai riwayat
imsommia yang sulit diobati dan
hipertensi. Nyonya Santi masih mendapat
pengobatan fenobarbital prn dan atenolol
50 mg 1dd. Nyonya Santi sedang
mengalami batuk pilek dan diberi obat
obat flu dan batuk yang mengandung
pelega hidung yaitu pseudoefedrin.

Kasus 1.
Analisa Kasus 1.
Nyonya Santi mengalami diare lebih dari 5 kali. Pertolongan pertama adalah pemberian oralit
untuk pengganti cairan tubuh. Nyonya santi juga mengalami hipertensi dan imsommia yang yg
sulit diobati. Diberi obat atenolol dan fenobarbital. Pemberian fenobarbital secara bersamaan
dengan atenolol dapat menyebabkan interaksi obat. Fenobarbital dapat menurunkan efek dari
beta bloker yang mengakibatkan tekanan darah yang diobati dengan golongan beta bloker
mungkin tidak terkendali dengan baik. Obat batuk yang mengandung pelega hidung
pesudoefedrin juga dapat menghambat efek dari beta bloker.

• Pemecahan Masalah.
• Terapi Farmakologi, pemberian obat atenolol dengan febobarbital jangan bersamaan. Pemberian
obat diberi jarak paling sedikit satu jam.
• Terapi Non Farmakologi, penghentian obat pseudoefedrin. Pengobatan batuk dapat dengan terapi
non farmakologi dengan istirahat yang cukup, banyak minum air putih hangat dan mengurangi
makanan yang berminyak.
Tn. Kogoro Mori 40 tahun
mendapat pengobatan karena
menjalani perawatan TBC pada
fase lanjutan (INH, rifampisin,
dan vitamin B6) yaitu bulan
keempat. Tanda pemberian obat
TBC sebelum makan (ante
coenam).

Kasus 2.
Analisa Kasus 2.
Pemberian obat TBC diharuskan dalam keadaan lambung kosong karena pada saat lambung
kosong absorpsi obat dapat berjalan dengan baik. Penggunaan isoniazid dengan vitamin B6 dapat
mengurangi vitamin B6 dari tubuh. Jadi perlu adanya pemberian tambahan vitamin B6.

Efek samping dari INH adalah neuritis perifer, paling banyak terjadi dengan dosis INH 5
mg/kgBB.hari. Profilaksis dengan pemberian piridoksin mencegah terjadinya neuritis perifer dan
juga berbagai gangguan sistem saraf yang mungkin terjadi termasuk akibat pengobatan berjangka
sampai 2 tahun.

• Pemecahan Masalah.
- Pemberian obat harus sebelum makan agar absorpsi tidak terganggu dan tidak ada interaksi
antara obat dengan makanan.
- Pemberian Vitamin B6 dengan dosis 10 mg/hari.
Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai