Anda di halaman 1dari 33

KEGIATAN LABORATORI

UM
PRE-ANALITIK
KELOMPOK 6 :

1. Putri Kartika Qotrunnada 1. Ni Made Puspita Sari


2. Regita Aulia Rosalina 2. Bella Nata Fitri
3. Dewi Puspita Ningrum 3. Lisa Afriyanti
SUMBER KESALAHAN PEM
ERIKSAAN LABORATORIUM
Kesalahan yang dapat terjadi selama proses pemeriksaan di laboratori
um, terbagi dalam 2 jenis kesalahan, yaitu:
1. Kesalahan teknik, Kesalahan teknik sering terjadi pada tahap anali
tik
2. Kesalahan non teknik, Kesalahan non teknik sering terjadi pada ta
hap pra analitik dan pasca analitik.
KESALAHAN NON TEKN
IK
Kesalahan non teknik merupakan kesalahan yang biasanya dijumpai p
ada tahap pra analitik atau pasca analitik. Kesalahan pada pra analitik
misalnya kesalahan pada pengambilan sampel seperti kesalahan pada
persiapan pasien, kesalahan pada pemberian identitas, kesalahan pad
a pengambilan dan penampungan spesimen, kesalahan pada pengola
han dan penyimpanan spesimen, kerusakan spesimen karena penyim
panan atau transportasi. Kesalahan sering pula terjadi pada penghitu
ngan dan penulisan. Pada pasca analitik kesalahan dapat terjadi beru
pa penulisan dan penginputan hasil (Santoso, 2008).
KESALAHAN TAHAP PRA ANALITIK
Prosedur yang tepat pada tahap pra analitik sangat penting
untuk mendapatkan spesimen yang sesuai untuk
pemeriksaan. Dalam pengambilan spesimen penting untuk
memperhatikan keselamatan pasien. Laboratorium
merupakan mitra klinisi dalam mencapai upaya
kesembuhan dan kesehatan pasien sehingga keandalan dan
kualitas hasil pengujiannya merupakan fokus yang utama
(Usman, 2015).

Tahap pra analitik merupakan langkah pertama dalam proses pengujian spesimen pasien, dimana pada tahap ini dilakukan
mulai dari persiapan, pengambilan sampai pengolahan spesimen. Kesalahan pada tahap pra analitik adalah yang terbesar jika
dibandingkan dengan tahap analitik maupun pasca analitik. Kesalahannya sampai 68%, dikarenakan tahap pra analitik sulit
dikendalikan, contohnya pada persiapan pasien. Laboratorium sulit mengendalikan hal ini, karena banyak faktor yang
mempengaruhi kondisi pasien.
KESALAHAN TAHAP PRA ANALITIK

PENGUMPULAN SPESIMEN
(specimen collection)
PERSIAPAN
PENDERITA
(patient preparation)

PENANGANAN SAMPEL
(sampling handling)
KETATAUSAH
AAN(clerical)
A. KETATAUSAHAAN (CLERICAL)
Kesalahan pada ketatausahaan diantaranya adalah
1. penulisan identitas pasien pada formulir/blanko permintaan pemeriksaan.
2. Sering terjadi penulisan nama yang salah,
3. data tidak lengkap (misalnya tidak ada nama pasien, umur, jenis kelamin atau
nomor rekam medis),
4. tidak adanya diagnosis atau keterangan klinis.
5. Kadang-kadang tulisan tidak dapat dibaca sehingga mempersulit petugas.

Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting pada
formulir/blanko permintaan pemeriksaan, pendaftaran, penulisan label wadah
spesimen, dan pada formulir/blanko hasil pemeriksaan. Kesalahan dalam
ketatausahaan ini dapat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan yang dapat
merugikan pasien (Depkes, 1997).
B. PERSIAPAN PASIEN (PATIENT PRE
PARATION)

Sebelum pengambilan spesimen, harus dilakukan persiapan pasien untuk


mendapatkan spesimen yang sesuai dengan jenis pemeriksaannya. Ada
banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium,
sehingga laboratorium wajib menolak spesimen yang tidak memenuhi
persyaratan.
Faktor-faktor pada pasien yang mempen
garuhi hasil pemeriksaan
1. Makanan dan minuman,
Pemeriksaan gula darah puasa dan trigliserida dipengaruhi langsung oleh makanan dan
minuman, karena zat-zat yang dikonsumsi tersebut akan beredar dalam darah dan ikut terukur
pada saat pemeriksaan. Untuk itu pasien harus puasa selama 8-10 jam sebelum darah diambil.

2. Obat-obatan
Obat-obatan dapat menyebabkan respon tubuh terhadap obat tersebut. Obat yang diberikan
secara intramuskuler dapat menimbulkan jejas pada otot sehingga enzim pada otot akan masuk
ke dalam darah, yang selanjutnya akan mempengaruhi pemeriksaan seperti Creatinin Kinase
(CK) dan Lactic dehydrogenase (LDH).
Faktor-faktor pada pasien yang mempen
garuhi hasil pemeriksaan
3. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat menyebabkan:
a) Peningkatan kadar glukosa darah.
b) Perubahan kadar substrat dan ezim, seperti konsentrasi gas darah, kadar asam urat,
kreatinin,CK, LDH, LED, Hb, hitung sel darah dan produksi urine.

4. Demam
Pada waktu demam akan:
c) Terjadi peningkatan gula darah akibat meningkatnya pelepasan insulin.
d) Terjadi penurunan kadar kolesterol dan trigiserida pada awal demam karena meningkatnya
metabolisme lemak. Pada demam yang sudah lama terjadi peningkatan asam lemak bebas
dan benda-benda keton karena penggunaan lemak yang meningkat.
e) Lebih mudah menemukan parasit malaria dalam darah.
f) Terjadi reaksi anamnestik yang menyebabkan kenaikan titer widal.
Faktor-faktor pada pasien yang mempen
garuhi hasil pemeriksaan
5. Trauma
Trauma dengan luka perdarahan menyebabkan penurunan kadar substrat maupun aktivitas enzim,
termasuk kadar Hb, hematokrit dan produksi urine. Hal ini terjadi karena pemindahan cairan tubuh ke
dalam pembuluh darah sehingga darah menjadi encer. Pada tingkat lanjut akan terjadi peningkatan
kadar ureum, kreatinin serta enzim-enzim dalam otot.

6. Variasi harian
Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh
fluktuasi harian (variasi diurnal), seperti:
a) Kadar besi serum yang diambil sore hari akan lebih tinggi daripada pagi hari.
b) Kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari, sehingga bila tes toleransi glukosa dilakukan
pada siang hari, maka hasilnya akan lebih tinggi daripada bila dilakukan pada pagi hari.
c) Aktivitas enzim sering berfluktuasi, disebabkan kadar hormon yang berbeda dari waktu ke waktu.
d) Jumlah sel eosinofil lebih rendah pada malam sampai pagi hari, dibandingkan pada siang hari
(Depkes, 2008).
C. PENGUMPULAN SPESIMEN (SPECI
MEN COLLECTION)
Spesimen yang akan diperiksa di laboratorium haruslah memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1) Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan
2) Volume mencukupi
3) Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah
warna, tidak berubah bentuk, steril (untuk kultur kuman)
4) Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat
5) Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat
6) Identitas benar sesuai dengan data pasien
Beberapa hal yang harus diperhatikan sa
at pengambilan Spesimen , yaitu:
1. Waktu pengambilan
Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari, terutama untuk pemeriksaan kimia
klinik, hematologi dan imunologi karena umumnya nilai normal berdasarkan nilai pada pagi hari. Namun
ada beberapa spesimen yang diambil sesuai dengan perjalanan penyakit dan fluktuasi harian, misalnya:
 Demam typhoid Untuk pemeriksaan Widal dilakukan pada fase akut dan konvalesen. Untuk biakan
darah paling baik dilakukan pada minggu I atau II sakit, dan untuk biakan urine atau tinja dilakukan
pada minggu II atau III.
 Pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman Spesimen diambil sebelum pemberian antibiotik.
 Pemeriksaan Gonorrhoe, spesimen sekret uretra diambil 2 jam sebelum berkemih
 Pemeriksaan mikrofilaria, spesimen darah diambil pada waktu senja dan menjelang tengah malam.
 Pemeriksaan tuberculosis, dahak diambil setelah bangun tidur pada pagi hari, dibandingkan dahak
sewaktu.
2. Volume spesimen
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan laboratorium yang diminta
atau dapat mewakili objek yang diperiksa.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sa
at pengambilan Spesimen , yaitu:
3. Lokasi pengambilan spesimen
 Spesimen darah, Darah vena umumnya diambil dari vena cubiti daerah siku. Darah kapiler
diambil dari ujung jari tengah atau jari manis pada tangan kiri atau tangan kanan, atau
pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki, atau cuping telinga pada bayi. Darah arteri
diambil dari arteri radialis di pergelangan tangan atau arteri femoralis di daerah lipatan
paha.
 Spesimen biakan, Diambil pada tempat yang sedang mengalami infeksi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sa
at pengambilan Spesimen , yaitu:
4. Peralatan pengambilan spesimen
Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat:
• Bersih
• Kering
• Tidak mengandung detergen atau bahan kimia
• Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada pada spesimen (inert)
• Mudah dicuci dari bekas spesimen sebelumnya
• Untuk pemeriksaan biakan, harus menggunakan peralatan yang steril
• Pengambilan spesimen yang bersifat invasif harus menggunakan peralatan yang steril dan
disposible.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sa
at pengambilan Spesimen , yaitu:
Wadah spesimen harus memenuhi syarat:
• Terbuat dari gelas atau plastik
• Tidak bocor atau tidak merembes
• Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir
• Besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen
• Bersih
• Kering
• Tidak mempengaruhi sifat dari zat-zat dalam spesimen
• Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau terurai karena pengaruh sinar
matahari, maka perlu digunakan botol berwarna coklat (aktinis).
• Untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman, wadah harus steril
• Untuk wadah spesimen urine, sputum, tinja sebaiknya menggunakan wadah yang bermulut lebar
(Depkes, 2008).
5. Pengawet spesimen

Kesalahan dalam
pemberian
pengawet/antikoagulan
tersebut dapat
mempengaruhi hasil
pemeriksaan. Bahan
pengawet/antikoagulan
yang dipakai harus
memenuhi persyaratan
yaitu tidak mengganggu
atau mengubah kadar zat
yang akan diperiksa
(Depkes, 2008).
6. Cara pengambilan spesimen
a. Pengambilan Darah Vena
Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah vena :
1) Mengenakan torniquet terlalu lama dan terlalu keras sehingga mengakibatkan terjadinya hemokonsentrasi.
2) Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol.
3) Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh, sehingga mengakibatkan masuknya udara ke dalam
tabung dan merusak sel darah merah.
4) Mengocok tabung vakum dapat mengakibatkan hemolisis.

b. Pengambilan darah kapiler


Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah kapiler
5) Mengambil darah dari tempat yang memperlihatkan adanya gangguan peredaran darah seperti vasokontriksi
(pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti atau cyanosis setempat.
6) Tusukan yang kurang dalam sehingga darah harus diperas-peras keluar.
7) Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol. Bukan saja darah itu diencerkan, tetapi darah juga melebar diatas
kulit sehingga sitkar diisap ke dalam pipet.
8) Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan
9) Terjadi bekuan pada tetes darah karena terlalu lambat bekerja.
6. Cara pengambilan spesimen
c. Pengambilan Tinja/ Feses/ Stool
Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan (tanpa bantuan obat pencahar),
jika pemeriksaan sangat diperlukan, dapat pula sampel tinja diambil dari rektum dengan cara colok
dubur.

d. Pengambilan Dahak/ Sputum


Pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan, dan dijelaskan
perbedaan dahak dengan ludah. Bila pasien mengalami kesulitan mengeluarkan dahak, pada malam
hari sebelumnya diminta minum teh manis atau diberi obat gliseril guayakolat (GG) 200 mg.
1) Sebelum pengambilan spesimen, pasien diminta untuk berkumur dengan air. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya
di lepas.
2) Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.
3) Pasien diminta untuk menarik nafas dalam, 2-3 kali kemudian keluarkan napas bersamaan dengan batuk yang
kuat dan berulang kali sampai sputum keluar.
4) Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung di dalam wadah, dengan cara mendekatkan wadah ke mulut.
5) Amati keadaan dahak. Dahak yang berkualitas baik akan tampak kental purulen dengan volume cukup (3-5ml).
6) Tutup wadah dan segera kirim ke laboratorium
6. Cara pengambilan spesimen
e. Pengambilan Tinja/ Feses/ Stool
Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan (tanpa bantuan obat pencahar), jika
pemeriksaan sangat diperlukan, dapat pula sampel tinja diambil dari rektum dengan cara colok dubur.

f. Pengambilan Dahak/ Sputum


Pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan, dan dijelaskan perbedaan
dahak dengan ludah. Bila pasien mengalami kesulitan mengeluarkan dahak, pada malam hari sebelumnya diminta
minum teh manis atau diberi obat gliseril guayakolat (GG) 200 mg.
1) Sebelum pengambilan spesimen, pasien diminta untuk berkumur dengan air. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya
di lepas.
2) Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.
3) Pasien diminta untuk menarik nafas dalam, 2-3 kali kemudian keluarkan napas bersamaan dengan batuk yang
kuat dan berulang kali sampai sputum keluar.
4) Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung di dalam wadah, dengan cara mendekatkan wadah ke mulut.
5) Amati keadaan dahak. Dahak yang berkualitas baik akan tampak kental purulen dengan volume cukup (3-5ml).
6) Tutup wadah dan segera kirim ke laboratorium
6. Cara pengambilan spesimen
g. Pengambilan Sekret Uretra
1) Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
2) Petugas mengenakan sarung tangan.
3) Bagi yang tidak disirkumasisi, praputium ditarik ke arah pangkal.
4) Bersihkan sekitar lubang kemaluan dengan NaCl fisiologis steril, kemudian sekret dikeluarkan
dengan menekan atau mengerut uretra dari pangkal ke ujung.
5) Sekret yang keluar diambil dengan lidi kapas steril atau sengkelit.
6) Apabila tidak ada sekret yang keluar atau terlalu sedikit, masukkan sengkelit atau lidi kapas steril
berpenampang 2mm kedalam uretra sedalam kira-kira 2-3 cm sambil diputar searah jarum jam,
kemudian ditarik keluar.
7) Sekret diambil 2 kali yaitu untuk pemeriksaan mikroskopik dan untuk biakan.
6. Cara pengambilan spesimen
h. Pengambilan Sekret Endoservic
1) Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan
2) Pasien berbaring telentang diatas kursi obstetrik dengan kedua lutut diletakan pada penyangganya.
3) Petugas mengenakan sarung tangan.
4) Spekulum dibasahi dengan air hangat kemudian masukkan ke dalam vagina.
5) Masukkan lidi kapas steril ke dalam canalis cervicalis sedalam 2-3 cm, putar searah jarum jam dan
diamkan selama 5-10 detik supaya sekret terserap oleh kapas kemudian keluarkan lidi kapas tanpa
meyentuh spekulum.
6) Sekret diambil 2 kali yaitu untuk pemeriksaan mikroskopik dan untuk biakan. Spekulum yang habis
dipakai direndam dalam larutan hipoklorit 0,1%.
7) Apabila selaput dara masih utuh, tidak dilakukan pengambilan sekret endocervic
6. Cara pengambilan spesimen
i. Pengambilan Sekret vagina
Pengambilan bahan pemeriksaan sama dengan sekret endocervic hanya dilakukan pada fomix
posterior.

j. Pengambilan Swab rectum


Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan ▪ Pasien dalam posisi menungging ▪
Petugas mengenakan sarung tangan ▪ Masukkan lidi kapas steril sedalam 3 cm ke dalam saluran anal,
putar beberapa detik untuk mendapatkan sekret dari crypta didalam lingkaran anal

k. Pengambilan Swab orofaring


Sekret diambil dari tonsil atau bagian posterior faring
6. Cara pengambilan spesimen
l. Pengambilan Pus dari luka purulen/ulcus
1) Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
2) Bersihkan luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan NaCl fisiologis sebanyak 3 kali untuk
menghilangkan kotoran dan lapisan eksudat yang mengering.
3) Tanpa menyentuh bagian kapas buka kapas lidi dari pembungkusnya kemudian usapkan bagian
kapasnya pada luka/ulcus tanpa menyentuh bagian tepi luka/ulcus. Lakukan sebayak 2 kali dengan
menggunakan 2 kali.
4) Kapas lidi dapat langsung diinokulasikan pada agar, atau dapat pula dimasukkan ke dalam tabung
media transpor.
5) Patahkan tangkai lidi yang berada diluar tabung.
6) Tutup tabung dengan erat
7) Cantumkan identitas dengan jelas pada tabung dan gunakan surat pengantar ke laboratorium.
6. Cara pengambilan spesimen
m. Pengambilan Pus dari abses.
1) Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
2) Lakukan tindakan disinfeksi dengan povidone iodine 10% di atas abses atau bagian yang akan
ditusuk/diinsisi. Bersihkan sisa povidone iodine dengan kapas alkohol 70%.
3) Tususkkan jarum dan hisap dengan semprit steril cairan eksudat atau pus.
4) Cabut jarum, dan tutup dengan kapas steril.
5) Teteskan cairan aspirasi eksudat/pus pada lidi kapas steril.
6) Kapas lidi dapat langsung diinokulasi pada agar, atau dapat pula dimasukkan ke dalam media
transpor. Sisa eksudat/pus pada semprit dapat dimasukkan dalam wadah steril dan dikirim ke
laboratorium.
7) Rendam sisa semprit yang tidak terpakai lagi dalam larutan Natrium Hipoklorit 0,1% selama 30
menit lalu diautoklaf.
8) Dapat juga dilakukan incisi pada abses dan dengan kapas lidi steril usapkan bagian dasar abses.
9) Kapas lidi dapat langsung diinokulasikan pada agar, atau dapat pula dimasukkan dalam media
transpor.
6. Cara pengambilan spesimen
n. Pengambilan Usap nasofaring
1) Penderita duduk (kalau anak-anak di pangku).
2) Petugas berdiri disamping penderita.
3) Kepala ditegakkan dan tangan petugas memegang bagian belakang kepala penderita.
4) Masukkan lidi dacron ke rongga hidung. Posisi lidi tegak lurus. Panjang lidi yang masuk kira-kira
jarak ujung hidung sampai telinga. Masukkan sampai menyentuh dinding belakang nasofaring,
kemudian tarik keluar.
5) Masukkan lidi darcon kedalam media transpor atau langsung tanam pada media isolasi (Agar
Darah, Agar Thayer Martin, Agar Crystin Tellurite) dan dibuat sediaan.
PEMBERIAN IDENTITAS
Surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiknya memuat secara lengkap :
1) Tanggal permintaan
2) Tanggal dan jam pengambilan spesimen
3) Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang) termasuk rekam medik.
4) Identitas pengirim (nama, alamat, nomor telpon)
5) Nomor laboratorium
6) Diagnosis/keterangan klinik
7) Obat-obatan yang telah diberikan dan lama pemberian
8) Pemeriksaan laboratorium yang diminta
9) Jenis spesimen
10) Lokasi pengambilan spesimen
11) Volume spesimen
12) Transpor media/pengawet yang digunakan
13) Nama pengambil spesimen
14) Inform concern

Label wadah spesimen yang akan dikirim atau diambil kelaboratorium harus memuat :
15) Tanggal pengambilan spesimen
16) Nama dan nomor pasien
17) Jenis spesimen
D. PENANGANAN SPESIMEN (SAMPLI
NG HANDLING)
1. Darah (whole blood)
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah berisikan antikoagulan yang
sesuai, kemudian dihomogenisasi dengan cara membolak-balikan tabung kira-kira 10-
12 kali secara perlahan-lahan dan merata.
2. Serum
1) Biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama 20-30 menit,
kemudian disentrifuge 3000 rpm selama 5-15 menit.
2) Pemisahan serum dilakukan paling lambat dalam waktu 2 jam setelah
pengambilan spesimen
3) Serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh (lipemik)
3. Plasma
4) Kocok darah EDTA atau citrat dengan segera secara pelan-pelan
5) Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan spesimen
6) Plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh (lipemik)
4. Urine
Untuk uji carik celup, urine tidak perlu ada perlakuan khusus, kecuali pemeriksaan harus segera dilakukan
sebelum satu jam, sedangkan untuk pemeriksaan sedimen harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu
dengan cara :
1) Wadah urine digiyangkan agar memperoleh sampel yang tercampur (homogen)
2) Masukkan ± 15 ml urine kedalam tabung sentrifus
3) Putar urine selama 5 menit pada 1500-2000 rpm
4) Buang supernatanya, sisakan ± 1 ml, kocoklah tabung untuk meresuspensikan sedimen.
5) Suspensi sedimen ini sebaiknya diberi cat sternheimer-malbin untuk menonjolkan unsur sedimen dan
memperjelas strukturnya.

5. Dahak
6) Masukkan dahak ke dalam tabung steril yang berisi NaOH 4% sama banyak
7) Kocok dengan baik
8) Inkubasi pada suhu kamar (250-300C) selama 15-20 menit dengan pengocokan teratur tiap 5 menit.
9) Sentrifus tabung dengan kecepatan tinggi selama 8-10 menit.
10) Buang supernatan ke dalam larutan lysol. 6) Ambil endapannya untuk dilakukan pemeriksaan.
PENYIMPANAN SPESIMEN
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan memperhatikan jenis
pemeriksaannya. Persyaratan penyimpanan macam-macam spesimen, harus memperhatikan jenis
spesimen, antikoagulan, wadah serta stabilitasnya (lihat tabel). Beberapa cara penyimpanan spesimen:
1) Disimpan pada suhu kamar
2) Disimpan dalam lemari es dengan suhu 20-80C.
3) Dibekukan suhu - 200C, - 700C atau - 1200C (tidak boleh terjadi beku ulang).
4) Dapat diberikan bahan pengawet
5) Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum atau lisat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas spe
simen
Terjadi kontaminasi oleh kuman
dan bahan kimia

Terjadi metabolisme oleh


sel-sel hidup pada spesimen.

Terjadi penguapan

Pengaruh suhu

Terkena sinar matahari.


PENGIRIMAN SPESIMEN
Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain (dirujuk), sebaiknya dikirim dalam bentuk
yang relatif stabil. Beberapa persyaratan pengiriman spesimen, yaitu:
1) Waktu pengiriman jangan melampaui masa stabilitas spesimen.
2) Tidak terkena sinar matahari langsung
3) Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja laboratorium termasuk pemberian label
yang bertuliskan “Bahan pemeriksaan infeksius” atau “Bahan pemeriksaan berbahaya”.
4) Suhu pengiriman harus memenuhi syarat.
5) Penggunaan media transport yang tepat untuk pemeriksaan mikrobiologi.
CARA MENGATASI KES
ALAHAN NON TEKNIK
Pada prinsipnya untuk mengatasi kesalahan non teknik dapat dilakukan dengan m
enguasai standar operasional prosedur (SOP) pada setiap proses kegiatan, baik tah
ap pra analitik, maupun tahap pasca analitik. Kesalahan non teknik tahap pra anali
tik penyumbang terbesar pada hasil uji laboratorium, sehingga perlu penatalaksan
aan pasien dengan tepat dan benar.
Jika mendapatkan spesimen yang tidak sesuai atau rusak, maka harus ditolak dan
diganti dengan spesimen yang sesuai dengan jenis pemeriksaannya. Ini penting dil
akukan agar mendapatkan hasil uji laboratorium yang andal dan bermutu, yang da
pat membantu penanganan dan kesembuhan pasien. Persiapan pasien adalah dilu
ar kendali laboratorium, sehingga pasien harus mendapatkan informasi yang bena
r tentang persiapan yang harus dilakukan agar mendapatkan spesimen yang benar.
THANKS
FORWATCHING

Anda mungkin juga menyukai