ARMIATI AFIFAH INDRIANI PRODI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS RUMAH SAKIT HAJI MEDAN TAHUN AJARAN : 2019/2020 Definisi Bidan
Seseorang yang telah menyelesaikan program Pendidikan Bidan
yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan ( post partum period ), memimpin persalinan atas tanggung jawanya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Pengertian peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang di bentuk atau di tetapkan oleh lembaga negaraatau pejabat negara yang berwewenang dan mengikat secara umum
Falsafah kebidanan merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi bidan
dalam memberikan pelayanan kebidanan. Falsafah kebidanan tersebut adalah : 1. Profesi kebidanan secara nasional diakui dalam Undang – Undang maupun peraturan pemerintah Indonesia yang merupakan salah satu tenaga pelayanan kesehatan professional dan secara internasional diakui oleh International Confederation of Midwives (ICM), FIGO dan WHO. 2. Tugas, tanggungjawab dan kewenangan profesi bidan yang telah diatur dalam beberapa peraturan maupun keputusan menteri kesehatan ditujukan dalam rangka membantu program pemerintah bidang kesehatan khususnya ikut dalam rangka menurunkan AKI, AKP, KIA, Pelayanan ibu hamil, melahirkan, nifas yang aman dan KB. 3.Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan manusia dan perbedaan budaya. Setiap individu berhak untuk menentukan nasib sendiri, mendapat informasi yang cukup dan untuk berperan di segala aspek pemeliharaan kesehatannya. 4.Bidan meyakini bahwa menstruasi, kehamilan, persalinan dan menopause adalah proses fisiologi dan hanya sebagian kecil yang membutuhkan intervensi medic. 5. Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal. 6.Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapat pelayanan yang berkualitas. 7.Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga yang membutuhkan persiapan mulai anak menginjak masa remaja. 8.Kesehatan ibu periode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan dan pelayanan kesehatan. 9. Intervensi kebidanan bersifat komprehensif mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat. 10. Manajemen kebidanan diselenggarakan atas dasar pemecahan masalah dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan yang professional dan interaksi social serta asas penelitian dan pengembangan yang dapat melandasi manajemen secara terpadu. 11. Proses kependidikan kebidanan sebagai upaya pengembangan kepribadian berlangsung sepanjang hidup manusia perlu dikembangkan dan diupayakan untuk berbagai strata masyarakat.
2.2 Pelaporan dan Regristrasi Kepmenkes RI nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 PELAPORAN DAN REGISTRASI
Pasal 2 (1) Pimpinan penyelenggaraan pendidikan bidan wajib menyampaikan laporan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi mengenai peserta didik yang baru lulus, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah dinyatakan lulus. (2) Bentuk dan isi laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam formulir I terlampir. Pasal 3 (1) Bidan yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana institusi pendidikan berada guna memperoleh SIB selambat-lambatnya 1(satu) bulan setelah menerima ijazah bidan. (2) Kelengkapan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi : a. fotokopi Ijazah Bidan; b. fotokopi Transkrip Nilai Akademik; c. surat keterangan sehat dari dokter; d. pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar; (3) Bentuk permohonan SIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Formulir II terlampir. Pasal 4 (1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan melakukan registrasi berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 untuk menerbitkan SIB. (2) SIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan, dalam waktu selambatlambatnya 1(satu) bulan sejak permohonan diterima dan berlaku secara nasional. (3) Bentuk dan isi SIB sebagaimana tercantum dalam Formulir III terlampir.
Pasal 5 (1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi harus membuat pembukuan registrasi mengenai SIB yang telah diterbitkan. (2) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi menyampaikan laporan secara berkala kepada Menteri Kesehatan malalui Sekretariat Jenderal c.q Kepala Biro Kepegawaian Departemen Kesehatan dengan tembusan kepada organisasi profesi mengenai SIB yang telah diterbitkan untuk kemudian secara berkala akan diterbitkan dalam buku registrasi nasional. Kepmenkes RI nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 Pasal 8 Masa bakti bidan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.4 Wewenang Bidan Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 Dalam menangani kasus seorang bidan diberi kewenangan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia No:900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan,yang disebut dalam BAB V praktik bidan antara lain: Pasal 14 Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi: a. Pelayanan kebidanan b. Pelayanan keluarga berencana c. Pelayanan kesehatan masyarakat
Kepmenkes RI NO. 900/Menkes/2002 Sebagaimana telah ditetapkan oleh Kepmenkes RI NO.900/MENKES/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan pada bab VI pasal 27 mengenai pencatatan dan pelaporan, yang mana bunyi pasal tersebul ialah : Pasal 27 1) Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencacatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan. 2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan ke puskesmasdan tembusan keepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat 3) Pencatatan dan peaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran IV keputusan ini. Pembinaan dan Pengawasan Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010 Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktek bidan pada Bab V pasal 20 sampai pasal 24 mengenai pembimbingan dan pengawasan. Yang mana bunyi pasal tersebul ialah : Pasal 20 1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan dan mengikutsertakan organisasi profesi. 2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien dan melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
Pasal 21 1) Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota melakukan pembinaan dan pengawasan dengan mengikut sertakan Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia, Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi, organisasi profesi dan asosiasi institusi pendidikan yang bersangkutan. Pasal 22 1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan wajib melaporkan bidan yang bekerja dan yang berhenti bekerja di fasilitas pelayanan kesehatannya pada tiap triwulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dengan tembusan kepada organisasi profesi.
Pasal 23 1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Menteri, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten / kota dapat memberikan tindakan administrative kepada bidan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik dalam Peraturanini. 2) Tindakan administrative sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui: a. Teguran lisan; b. Teguran tertulis; c. pencabutan SIKB / SIPB untuk sementara paling lama 1 (satu) tahun ; atau d. pencabutan SIKB / SIPB selamanya.
Pasal 24 1) Pemerintah daerah kabupaten / kota dapat memberikan sanksi berupa rekomendasi pencabutan surat izin / STR kepada kepala dinas kesehatan privinsi / majelis tenaga kesehatan Indonesia (MTKI) terhadapbidan yang melakukan praktik tanpa memiliki SIPB atau kerja tanpa memiliki SIKB sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) dan (2). Kepmenkes RI NO.900/MENKES/SK/VII/2002 Kepmenkes RI NO. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan pada Bab VIII pasal 31 sampai pasal 41 mengenai pembimbingan dan pengawasan. Yang mana bunyi pasal tersebul ialah : Pasal 31 1) Bidan wajib mengumpulkan sejumlah angka kredit yang besarnya ditetapkan oleh organisasi profesi. 2) Angka kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikumpulkan dari angka kegiatan pendidikan dan kegiatan ilmiah dan pengabdian masyarakat. 3) Jenis dan besarnya angka kredit dari masing-masing unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh organisasi profesi. 4) Organisasi profesi mempunyai kewajiban membimbing dan mendorong para anggotanya untuk dapat mencapai angka kredit yang ditentukan.
Pasal 32 Pimpinan sarana kesehatan wajib melaporkan bidan yang melakukan praktik dan yang berhenti melakukan praktik pada saran kesehatannya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada organisasi profesi.
CONTOH KASUS DALAM PERMENKES REGISTRASI DALAM PRAKTIK KEBIDANAN
Ny.A datang ke BPM tanggal 1 juli 2020 pada pukul 10.000 wib keluarga datang bersama anaknya perempuan dengan berkendaraan bersepeda motor,dengan keluhan pasien bahwa air ketuban sudah pecah dan setelah di vt/periksa dan VTT oleh bidan pasien sudah pembukaan 8 dan RR:24,ND 100,TD:200 mmhg karna bidan tersebut baru berkerja di bpm tersebut dia ingin sekali membantu pasien tersebut dengan tindakan tersendirinya tanpa memberitahu bidan lainnya dengan kondisi ibu tersebut dan tanpa memikirkan keselamatan pasien,setelah 20 menit kemudian pasien kejang- kejang dan di lihat oleh bidan lainnya di periksa lagi TD: 250 mmhg dan bidan pun sibuk untuk merujuk ke RS dan sampai ke RS pasienpun tidak tertolong lagi karna keterlambatan dalam mengatasi kasus ibu tersebut.setelah itu bidan lainnya menyalah kan bidan yg memeriksa ibu tersebut karna yang di lakukannya sangat-sangat salah dan keluarga pasien menuntut bidan tersebut karna sudah melakukan tindakan yang membahayakan dan membuat keluarga pasien tidak tertolong lagi.
PEMBAHASAN KASUS Kasus tersebut di kenai dengan pasal tersebut Pasal 35 1) Bidan dalam melakukan praktik dilarang : a. Menjalankan praktik apabila tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam izin praktik. b. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi. 2) Bagi bidan yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau menjalankan tugas didaerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain, dikecualikan dari larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir a.
Penanggulangan dalam kasus ini adalah bahwa bidan sudah mencelakakan /meregut nyawa orang maka kelalaian ini merupakan kelalaian serius dan dapat di katakan sudah mengarah ke bentuk pidana. Yaitu menurut yusufhanafih tolak ukur “culfa lata”.yaitu 1.bertentangan dengan hukum, 2. akibat dapat di bayangkan 3.perbuatan dapat di persalahkan. KESIMPULAN Setelah mempelajari TENTANG permenkes registrasi dalam praktik kebidanan bahwa kami sebagian penulis menyimpulkan bahwa setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan mengamalkan peran sebagai bidan Indonesia yang berkwalitas dan menaatti peraturan perundang – undangan/permenkes, dengan praktik kebidanan
SARAN Sebagai bidan kita harus memperhatikan ,menghayati dan mengamalkan peraturan permundang-undangan/permenkes dalam praktek kebidanan agar nantinya tidak terjadi pelanggaran dan dapat menjalankan tugas kita sesuai peraturan pemerintah ataupun standar praktek kebidanan.