Materi Kuliah Eph Tentang Kode Etik Perilaku Hakim
Materi Kuliah Eph Tentang Kode Etik Perilaku Hakim
Prof.Dr.H.Eman Suparman,SH.,MH
Ketua Komisi Yudisial RI
2
Lahirnya Komisi Yudisial
Bertolak dari bobroknya kondisi peradilan di tanah air,
melalui Amandemen Ketiga UUD 1945, telah diintrodusir
lembaga negara baru dalam rumpun kekuasaan
kehakiman, yaitu KY
Historical background dibentuknya KY dimaksudkan untuk
mengisi kekosongan akuntabilitas dan checks and balances
dalam sistem kekuasaan kehakiman.
KY hadir untuk melakukan reformasi peradilan yang
selama ini hakim memiliki kekuasaan yang absolut atas
perkara yang ditanganinya, sehingga cenderung dapat
disalahgunakan melalui putusan-putusan yang tidak adil.
Adanya keinginan yang kuat untuk melakukan pengawasan
atas prilaku hakim diluar teknis yudisial oleh sebuah
lembaga independen.
Kedudukan Komisi Yudisial Dalam Sistem
Ketatanegaraan :
Kedudukan KY yang diatur melalui Pasal
24B UUD 1945 mempunyai kedudukan
setingkat dengan Presiden/Wakil Presiden,
DPR, DPD, MPR, MK, MA, dan BPK.
Ke-8 Lembaga Negara tersebut secara rutin
melakukan pertemuan yang dilaksanakan
secara bergantian di masing-masing lembaga.
Meskipun bukan sebagai bagian dari
Kekuasaan Kehakiman namun KY
mempunyai hubungan kedaulatan dengan
MA (sebagai mitra sejajar)
KY Bukan sebagai Lembaga Penunjang
tetapi KY Sebagai Lembaga Otonom.
Landasan Konstitusional
Komisi Yudisial : Pasal 24 B UUD 1945
KOMISI YUDISIAL
REPUBLIK INDONESIA
Tugas :
Tugas : - Melakukan pemantauan & Pengawasan thd Prilaku Hakim
- Melakukan Pendaftaran CHA - Menerima Laporan dari Masyarakat
- Melakukan Seleksi thd CHA - Melakukan Verifikasi, Klarifikasi dan Investigasi terhadap laporan
- Menetapkan CHA, masyarakat
- Memutuskan benar tidaknya laporan
- Mengajukan CHA ke DPR - Mengambil langkah hukum &/ langkah lain thd orang, kelompok orang
[Ps. 14 (1)] atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dan keluhuran
Lihat juga Psl.13 UU No.18 th.2011 martabat hakim
- Mengupayakan Peningkatan Kapasitas dan Kesejahteraan Hakim
- Meminta bantuan kepada aparat penegak hukum untuk melakukan
penyadapan dan merekam pembicaraan. (Ps. 20 )
6
KEWENANGAN “KY” YANG BARUPsl.20 UU Tahun 2011
1. Melakukan pemantuan dan pengawasan thdp prilaku hakim.
2. Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan
pelanggaran Kode Etik dan atau Pedoman Prilaku Hakim.
3. Melakukan verifikasi,klarifikasi dan investigasi terhadap
laporan pelanggaran Kotik/PPH secara tertutup.
4. Memutus benar tidaknya laporan pelanggaran Kotik/PPH.
5. Mengambil langakah hukum dan/atau langkah lainnya terhadap
orang perseorangan, kelompok orang atau Badan Hukum yang
merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim.
6. Mengupayakan peningkatan kapasitas dan kesejahteran hakim.
7. Dapat melakukan penyadapan dengan bantuan aparat penegak
hukum untuk memastikan bahwa telah terjadi pelanggaran
Kotik/PPH oleh hakim yang sedang menjalankan tugasnya.
7
POLITIK HUKUM KOMISI YUDISIAL
AWAL LAHIRNYA KY SETELAH JR MK PAKET UU KEKUASAAN
2004 2006 KEHAKIMAN 2009
9
Hal Baru Dalam UU KY No.18/2011
10
Independensi Kekuasaan Kehakiman
Independensi kekuasaan kehakiman setidaknya
memiliki dua aspek
Independensi Institusional atau dalam istilah lain
disebut juga independensi eksternal. Memandang
lembaga peradilan sebagai suatu institusi atau
struktur kelembagaan
Independensi Individual atau independensi
internal. Metelakkan hakim sebagai titik sentral
dari seluruh pengertian independensi yaitu
kebebasan dari segala pengaruh luar, ataupun
bentuknya.
Independensi Kekuasaan Kehakiman
1. Berperilaku adil;
2. Berperilaku jujur;
3. Berperilaku arif dan bijaksana;
4. Bersikap mandiri;
5. Berintegritas tinggi
6. Bertanggung jawab;
7. Menjunjung tinggi harga diri;
8. Berdisiplin tinggi;
9. Berperilaku rendah hati;
10. Bersikap profesional.
13
Tipologi Hakim Menurut Persepsi
Masyarakat Pencari Keadilan
10%
25%
HAKIM TIPE A
HAKIM TIPE B
HAKIM TIPE C
65%
14
Hakim Tipe A :
Sama Sekali Menolak
16
Hakim Tipe C :
Kecil Besar Hantam
Hakim tipe ini adalah hakim yang tak
kenal kompromi dalam memanfaatkan
perkara untuk kepentingan pribadinya.
Tidak peduli siapa yang berperkara dan
apa objeknya serta sangat bersemangat
dan berinisiatif untuk memainkan perkara
dan memperjualbelikan keadilan, baik
menyampaikan secara langsung maupun
melalui perantara.
17
Indikasi Hakim yang “Tidak Sehat”
Itikad tidak baik dalam menjalankan
persidangan seperti mengulur-ngulur waktu
sidang demi kepentingan salah satu pihak;
Perbedaan perlakuan dalam persidangan
kepada para pihak;
Memasukan sesuatu dalam pertimbangan
putusan padahal tidak terjadi dalam
persidangan;Contoh: Saksi tidak dihadirkan
tiba-tiba muncul dalam pertimbangan
putusan
18
Beberapa Kisah Hakim Inspiratif
Menjalankan tugasnya tanpa
terpengaruh tekanan dari manapun;
Tidak bersedia ditemui oleh pihak
berperkara;
Mencari penghasilan tambahan di luar
ketika penghasilan dari menjadi hakim
masih kecil;
dsb
19
Kesejahteraan Hakim
Usulan peningkatan kesejahteraan hakim
sudah disepakati oleh pemerintah. Mulai
tahun 2013 gaji hakim tingkat pertama dan
tingkat banding minimal menjadi Rp 10,6 juta
sampai Rp 11 juta.
Penghasilan ini meningkat seiring karier dan
prestasi hakim tersebut hingga bisa mendapat
take home pay Rp 40 juta bagi hakim paling
senior di Pengadilan Tinggi
20
Kesejahteraan yang Baik Harus Mampu
Meningkatkan Kualitas Hakim
Peningkatan kesejahteraan harus diimbangi dengan
kenaikan performance para hakim (integritas maupun
kualitas), baik dalam perilaku maupun putusan yang
dikeluarkannya;
Kenaikan kesejahteraan dan kedudukan sebagai
pejabat negara diharapkan sebagai salah satu langkah
menuju reformasi total sumber daya manusia di
lembaga peradilan. Dengan banyaknya alumnus
terbaik yang menjadi 'wakil Tuhan', maka harapan
peradilan yang bersih dan berwibawa bisa benar-
benar terwujud
21
Harapan Terhadap Penegak Hukum
Lainnya dalam Mewujudkan Peradilan
Bersih dan Berwibawa
POLISI
JAKSA
ADVOKAT
22
Peranan Polisi & Jaksa
Optimalisasi proses penyelidikan dan penyidikan;
Perkara yang diproses dan dilanjutkan ke tahap
selanjutnya harus benar-benar layak, sehingga tidak
mentah di persidangan karena dipaksakan;
Menggunakan diskresi sebaik mungkin dan sesuai
peruntukannya;
Hal-hal tersebut akan membantu hakim dalam
menciptakan peradilan yang berkualitas dan
mengendalikan jumlah perkara yang masuk ke
pengadilan
23
Contoh Kasus:
Dalam sebuah persidangan tentang kasus
penganiayaan, dalam BAP ditemukan
kesalahan yang isinya pada intinya
mencantumkan pasal mengenai pencurian
yang tidak ada hubungan sama sekali;
Ternyata Polisi dalam membuat BAP tersebut
melakukan copy paste dari perkara lain, dan
Jaksa pun sebagai penerima berkas untuk
penuntutan, tidak cermat karena tidak
mempelajari berkas dari Polisi secara baik;
24
Peranan Advokat
Advokat harus menjadi mitra KY terdepan
sebagai pihak yang paling indpendent dan sangat
memungkinkan dalam membuka akses
kemanapun, termasuk ke Hakim;
Advokat jangan menjadi perantara dalam
menyukseskan jual-beli perkara antara pihak
berperkara dengan hakim langsung maupun
melalui perantara hakim;
Advokat jangan ragu melaporkan hakim-hakim
yang melanggar kode etik dan perilaku
25
Penutup
Dengan kewenangan yang dimilikinya sekarang, Komisi
Yudisial diharapkan dapat memberikan harapan baru bagi
bangsa ini demi terwujudnya peradilan bersih dan tentunya
memberikan perlindungan hukum atas hak asasi manusia
dalam mencari keadilan yang sesungguhnya (keadilan
substantif).
Hakim dalam menjalankan perannya harus sesuai dengan
amanat yang telah diberikan kepadanya sebagai ‘Wakil
Tuhan di Bumi” sesuai dengan Kode Etik dan Pedoman
Perilaku Hakim, serta harus independent dan menjaga
akuntabilitasnya agar Penegakan Hukum di Indonesia dapat
benar-benar terwujud.