Anda di halaman 1dari 27

KOMISI YUDISIAL

PENEGAKAN KODE ETIK DAN


REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PERILAKU HAKIM


DI INDONESIA DAN PERANAN
KOMISI YUDISIAL RI

Prof.Dr.H.Eman Suparman,SH.,MH
Ketua Komisi Yudisial RI

STUDIUM GENERALE PADA FAKULTAS HUKUM


UNIVERSITAS EKASAKTI PADANG
JUMAT, 8 MARET 2013
Latar Belakang
 Peradilan yang bebas dan tidak memihak
(independent dan impartial judiciary) merupakan
salah satu prinsip penting untuk menegakkan
keadilan.
 Hakim dalam menjalankan tugas yudisialnya tidak
boleh dipengaruhi oleh siapapun, termasuk oleh
karena kepentingan jabatan (politik) maupun
kepentingan uang
 Hakim dapat saja melakukan tindakan yang
mencederai independensinya, seperti menerima suap,
menunjukan sikap keberpihakan kepada salah satu
pihak, dsb.

2
Lahirnya Komisi Yudisial
 Bertolak dari bobroknya kondisi peradilan di tanah air,
melalui Amandemen Ketiga UUD 1945, telah diintrodusir
lembaga negara baru dalam rumpun kekuasaan
kehakiman, yaitu KY
 Historical background dibentuknya KY dimaksudkan untuk
mengisi kekosongan akuntabilitas dan checks and balances
dalam sistem kekuasaan kehakiman.
 KY hadir untuk melakukan reformasi peradilan yang
selama ini hakim memiliki kekuasaan yang absolut atas
perkara yang ditanganinya, sehingga cenderung dapat
disalahgunakan melalui putusan-putusan yang tidak adil.
 Adanya keinginan yang kuat untuk melakukan pengawasan
atas prilaku hakim diluar teknis yudisial oleh sebuah
lembaga independen.
Kedudukan Komisi Yudisial Dalam Sistem
Ketatanegaraan :
 Kedudukan KY yang diatur melalui Pasal
24B UUD 1945 mempunyai kedudukan
setingkat dengan Presiden/Wakil Presiden,
DPR, DPD, MPR, MK, MA, dan BPK.
 Ke-8 Lembaga Negara tersebut secara rutin
melakukan pertemuan yang dilaksanakan
secara bergantian di masing-masing lembaga.
 Meskipun bukan sebagai bagian dari
Kekuasaan Kehakiman namun KY
mempunyai hubungan kedaulatan dengan
MA (sebagai mitra sejajar)
 KY Bukan sebagai Lembaga Penunjang
tetapi KY Sebagai Lembaga Otonom.
Landasan Konstitusional
Komisi Yudisial : Pasal 24 B UUD 1945

Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan


1.
Pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam
rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku hakim.***)

2. Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan


Pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang
tidak tercela.***)

3. Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan


persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. ***

4. Susunan, kedudukan dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan


Undang-undang. ***)
5
WEWENANG KOMISI YUDISIAL
Pasal. 13 UU No.18 Th.2011

KOMISI YUDISIAL
REPUBLIK INDONESIA

Mengusulkan Menjaga & Menjaga dan


Menetapkan Kode
Pengangkatan Menegakkan menegakkan
Etik &/ Pedoman
Hakim Agung dan pelaksanaan Kode kehormatan,
Perilaku Hakim
Hakim Ad Hoc di Etik &/ Pedoman keluhuran martabat,
Bersama MA
MA kepada DPR Perilaku Hakim serta perilaku hakim

Tugas :
Tugas : - Melakukan pemantauan & Pengawasan thd Prilaku Hakim
- Melakukan Pendaftaran CHA - Menerima Laporan dari Masyarakat
- Melakukan Seleksi thd CHA - Melakukan Verifikasi, Klarifikasi dan Investigasi terhadap laporan
- Menetapkan CHA, masyarakat
- Memutuskan benar tidaknya laporan
- Mengajukan CHA ke DPR - Mengambil langkah hukum &/ langkah lain thd orang, kelompok orang
[Ps. 14 (1)] atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dan keluhuran
Lihat juga Psl.13 UU No.18 th.2011 martabat hakim
- Mengupayakan Peningkatan Kapasitas dan Kesejahteraan Hakim
- Meminta bantuan kepada aparat penegak hukum untuk melakukan
penyadapan dan merekam pembicaraan. (Ps. 20 )
6
KEWENANGAN “KY” YANG BARUPsl.20 UU Tahun 2011
1. Melakukan pemantuan dan pengawasan thdp prilaku hakim.
2. Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan
pelanggaran Kode Etik dan atau Pedoman Prilaku Hakim.
3. Melakukan verifikasi,klarifikasi dan investigasi terhadap
laporan pelanggaran Kotik/PPH secara tertutup.
4. Memutus benar tidaknya laporan pelanggaran Kotik/PPH.
5. Mengambil langakah hukum dan/atau langkah lainnya terhadap
orang perseorangan, kelompok orang atau Badan Hukum yang
merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim.
6. Mengupayakan peningkatan kapasitas dan kesejahteran hakim.
7. Dapat melakukan penyadapan dengan bantuan aparat penegak
hukum untuk memastikan bahwa telah terjadi pelanggaran
Kotik/PPH oleh hakim yang sedang menjalankan tugasnya.

7
POLITIK HUKUM KOMISI YUDISIAL
AWAL LAHIRNYA KY SETELAH JR MK PAKET UU KEKUASAAN
2004 2006 KEHAKIMAN 2009

Memiliki kewenangan : Kewenangan di Amputasi : Kewenangan hidup kembali :


1. Psl. 20 UU 22/2004 1. Psl. 11A, 32A (2) UU 3/2009
1. Psl. 13 UU 22/2004 2. Psl. 40, 42 UU 48/2009
2. Psl. 20 UU 22/2004 2. Psl. 21 UU 22/2004
3. Psl. 13A,C,D,F UU 49/2009
3. Psl. 22 (1) e UU 22/2004 4. UU 50/2009
3. Psl. 21 UU 22/2004 4. Psl. 22 (5) UU 22/2004 5. UU 51/2009
4. Psl. 22 UU 22/2004 5. Psl. 34 (3) UU 4/2004
5. Psl. 34 UU 4/2004
Yg melatar belakangi UU tsb :
Kewenanga KY Saat itu : Kewenangan KY :
- Kecelakaan sejarah, otoritarian, - Melakukan Pengawasan Eksternal
sentarlistik, budaya tdk mandiri - KY dapat menganalisis putusan
- Krisis kelembagaan satu atap - KY tidak mengatur inkracht sebagai dasar ‘Mutasi’
melahirkan semangat membela
korps
pengawasan Hakim Agung; - KY berkoordinasi dgn MA dlm
- Hubungan kolegial - KY tidak berwenang melakukan pengawasan Hakim.
- Rumitnya birokrasi mengawasi Hakim - KY berkoordinasi dgn MA dlm
- Kurangnya transparansi & rekrutmen Hakim dan Hakim Agung.
akuntabilitas,
Konstitusi;
- Kuranglengkapnya metode - KY tidak berwenang
pengawasan mengajukan usul
- Kelemahan SDM
penjatuhan sanksi.
8
Eksistensi KY dalam Paket UU
Kekuasaan Kehakiman :
 UU No. 3 Tahun 2009 Ttg MA
 UU No. 48 Tahun 2009 Ttg Kekuasaan Kehakiman
 UU No. 49 Tahun 2009 Ttg Peradilan Umum
 UU No. 50 Tahun 2009 Ttg Peradilan Agama
 UU No. 51 Tahun 2009 Ttg PTUN

Didalamnya terkandung tugas dan fungsi Komisi


Yudisial dalam rangka Rekrutmen Hakim dan
Pengawasan Eksternal

9
Hal Baru Dalam UU KY No.18/2011

 KY dapat mengangkat Penghubung di Daerah


 Pencantuman KE & PPH sebagai pedoman KY dalam
rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
 Permintaan bantuan oleh KY kepada aparat penegak
hukum untuk melakukan penyadapan dan merekam
pembicaraan
 Pemanggilan paksa sesuai dengan peraturan
perundang-undangan terhadap saksi yang tidak
memenuhi panggilan 3 kali berturut-turut
 Penjatuhan Saknsi Berat pemberhentian tidak dengan
hormat diusulkan KY kepada MKH.

10
Independensi Kekuasaan Kehakiman
 Independensi kekuasaan kehakiman setidaknya
memiliki dua aspek
 Independensi Institusional atau dalam istilah lain
disebut juga independensi eksternal. Memandang
lembaga peradilan sebagai suatu institusi atau
struktur kelembagaan
 Independensi Individual atau independensi
internal. Metelakkan hakim sebagai titik sentral
dari seluruh pengertian independensi yaitu
kebebasan dari segala pengaruh luar, ataupun
bentuknya.
Independensi Kekuasaan Kehakiman

 Perlunya independensi peradilan tidak berarti


bawa hakim tidak dapat dikritik atau diawasi.
Sebagai keseimbangan dari independensi,
selalu harus terdapat akuntabilitas peradilan
atau tanggung-jawab peradilan untuk
mencegah ketidakadilan.
 Untuk menjamin akuntabilitas itu maka KY
sebagai lembaga Otonom diperlukan untuk
melakukan pengawasan eksternal.
8.Dalam rangka menjaga dan menjamin
Independensi Hakim, maka diperlukan alat ukur
dalam pengawasan melalui Kode Etik dan PPH :

1. Berperilaku adil;
2. Berperilaku jujur;
3. Berperilaku arif dan bijaksana;
4. Bersikap mandiri;
5. Berintegritas tinggi
6. Bertanggung jawab;
7. Menjunjung tinggi harga diri;
8. Berdisiplin tinggi;
9. Berperilaku rendah hati;
10. Bersikap profesional.
13
Tipologi Hakim Menurut Persepsi
Masyarakat Pencari Keadilan

10%

25%

HAKIM TIPE A
HAKIM TIPE B
HAKIM TIPE C
65%

14
Hakim Tipe A :
Sama Sekali Menolak

Hakim tipe ini adalah hakim yang dalam


menjalankan profesinya tidak tergiur
untuk meminta sesuatu kepada para
pihak yang berperkara dan akan
menolak seandainya pun ada yang
menawari dalam bentuk apapun
pemberian itu
15
Hakim Tipe B :
Tergantung Keadaan
Hakim tipe ini adalah hakim yang mampu membaca keadaan,
apakah suatu perkara bisa dimanfaatkan untuk kepentingan
pribadinya atau tidak. Hal-hal yang mempegaruhinya antara
lain:
1. Pihak yang ada dalam perkara berpotensi atau tidak;
2. Objek perkaranya menyangkut harta benda yang sedikit
atau banyak;
3. Adanya inisiatif dari para pihak untuk mengurus perkara
dan mengondisikan hakim;
4. Adanya tekanan dari atasan atau kolega sesama hakim.

16
Hakim Tipe C :
Kecil Besar Hantam
Hakim tipe ini adalah hakim yang tak
kenal kompromi dalam memanfaatkan
perkara untuk kepentingan pribadinya.
Tidak peduli siapa yang berperkara dan
apa objeknya serta sangat bersemangat
dan berinisiatif untuk memainkan perkara
dan memperjualbelikan keadilan, baik
menyampaikan secara langsung maupun
melalui perantara.
17
Indikasi Hakim yang “Tidak Sehat”
 Itikad tidak baik dalam menjalankan
persidangan seperti mengulur-ngulur waktu
sidang demi kepentingan salah satu pihak;
 Perbedaan perlakuan dalam persidangan
kepada para pihak;
 Memasukan sesuatu dalam pertimbangan
putusan padahal tidak terjadi dalam
persidangan;Contoh: Saksi tidak dihadirkan
tiba-tiba muncul dalam pertimbangan
putusan
18
Beberapa Kisah Hakim Inspiratif
 Menjalankan tugasnya tanpa
terpengaruh tekanan dari manapun;
 Tidak bersedia ditemui oleh pihak
berperkara;
 Mencari penghasilan tambahan di luar
ketika penghasilan dari menjadi hakim
masih kecil;
 dsb
19
Kesejahteraan Hakim
 Usulan peningkatan kesejahteraan hakim
sudah disepakati oleh pemerintah. Mulai
tahun 2013 gaji hakim tingkat pertama dan
tingkat banding minimal menjadi Rp 10,6 juta
sampai Rp 11 juta.
 Penghasilan ini meningkat seiring karier dan
prestasi hakim tersebut hingga bisa mendapat
take home pay Rp 40 juta bagi hakim paling
senior di Pengadilan Tinggi

20
Kesejahteraan yang Baik Harus Mampu
Meningkatkan Kualitas Hakim
 Peningkatan kesejahteraan harus diimbangi dengan
kenaikan performance para hakim (integritas maupun
kualitas), baik dalam perilaku maupun putusan yang
dikeluarkannya;
 Kenaikan kesejahteraan dan kedudukan sebagai
pejabat negara diharapkan sebagai salah satu langkah
menuju reformasi total sumber daya manusia di
lembaga peradilan. Dengan banyaknya alumnus
terbaik yang menjadi 'wakil Tuhan', maka harapan
peradilan yang bersih dan berwibawa bisa benar-
benar terwujud
21
Harapan Terhadap Penegak Hukum
Lainnya dalam Mewujudkan Peradilan
Bersih dan Berwibawa

 POLISI
 JAKSA
 ADVOKAT

22
Peranan Polisi & Jaksa
 Optimalisasi proses penyelidikan dan penyidikan;
 Perkara yang diproses dan dilanjutkan ke tahap
selanjutnya harus benar-benar layak, sehingga tidak
mentah di persidangan karena dipaksakan;
 Menggunakan diskresi sebaik mungkin dan sesuai
peruntukannya;
 Hal-hal tersebut akan membantu hakim dalam
menciptakan peradilan yang berkualitas dan
mengendalikan jumlah perkara yang masuk ke
pengadilan

23
Contoh Kasus:
 Dalam sebuah persidangan tentang kasus
penganiayaan, dalam BAP ditemukan
kesalahan yang isinya pada intinya
mencantumkan pasal mengenai pencurian
yang tidak ada hubungan sama sekali;
 Ternyata Polisi dalam membuat BAP tersebut
melakukan copy paste dari perkara lain, dan
Jaksa pun sebagai penerima berkas untuk
penuntutan, tidak cermat karena tidak
mempelajari berkas dari Polisi secara baik;
24
Peranan Advokat
 Advokat harus menjadi mitra KY terdepan
sebagai pihak yang paling indpendent dan sangat
memungkinkan dalam membuka akses
kemanapun, termasuk ke Hakim;
 Advokat jangan menjadi perantara dalam
menyukseskan jual-beli perkara antara pihak
berperkara dengan hakim langsung maupun
melalui perantara hakim;
 Advokat jangan ragu melaporkan hakim-hakim
yang melanggar kode etik dan perilaku
25
Penutup
 Dengan kewenangan yang dimilikinya sekarang, Komisi
Yudisial diharapkan dapat memberikan harapan baru bagi
bangsa ini demi terwujudnya peradilan bersih dan tentunya
memberikan perlindungan hukum atas hak asasi manusia
dalam mencari keadilan yang sesungguhnya (keadilan
substantif).
 Hakim dalam menjalankan perannya harus sesuai dengan
amanat yang telah diberikan kepadanya sebagai ‘Wakil
Tuhan di Bumi” sesuai dengan Kode Etik dan Pedoman
Perilaku Hakim, serta harus independent dan menjaga
akuntabilitasnya agar Penegakan Hukum di Indonesia dapat
benar-benar terwujud.

Anda mungkin juga menyukai