Anda di halaman 1dari 16

HUKUM

KONSTITUSI
PERTEMUAN KE IV (11/10/2020)

Munira Hamzah, S.H.,M.H.


TUNTUTLAH ILMU DI SAAT KAMU MISKIN. IA
AKAN MENJADI HARTAMU.

DI. SAAT KAMU KAYA. IA AKAN MENJADI


PERHIASANMU.
KONSTITUSI DAN NEGARA

 Asal-usul konstitusi dalam Negara


 Nilai penting konstitusi
 Supremasi konstitusi
Asal-Usul Konstitusi dalam Negara

Asal-Usul Konstitusi sebagai


hukum dasar (droit constitusional)

Pembentuk
Bentuk Negara
Konstitusinya
Bentuk Negara

Hawgood dalam bukunya Modern Constituion Since 1787


“Sebenarnya ada Sembilan macam bentuk negara yang sealigus menunjuk bentuk-
bentuk konstitusinya. Tetapi kesembilan bentuk negara itu telah menjadi bangunan-
bangunan historis dimana sekarang sudah tidak mempunyai arti lagi. Maka dari itu
hanya diambil 3 bentuk negara”
1. Spontaneous State (Spontane Staat). Konstitusinya disebut Revolutionary
Constitution.
Spontaneous State adalah negara yang timbul sebagai akibat revolusi. Dengan
demikian ,konstitusinya bersifat revolusioner. Contoh: Konstitusi Amerika Serikat
dan Konstitusi Prancis.
2. Negotiated State (Parlementaire Staat). Konstitusinya disebut Parlementarium
Constituton.
Negotiated State adalah negara yang berdasarkan pada kebenaran relatif
(relatieve waarheid). Revolusi Prancis tidak mempunyai absolut waarheid, jadi
masih harus dicari relatieve waarheid dengan jalan forum diskusi dan negosiasi
sebagai political philosophy-nya. Parlemen adalah merupakan tempat di mana
diskusi dan negosiasi tidak dilaksanakn. Sehingga adanya parlemen yang
tercermin dalam konstitusi negara yang bersangkutan merupakan ciri dari
negotiated state. Oleh karena itu, konstitusinya disebut parlementarian
constitution.
3. Derivative State (Algeleide Staat). Konstitusinya disebut National Constitution.
Derivative State (Algeleide Staat) adalah negara yang konstitusinya mengambil
pengalaman dari negara-negara yang sudah ada (neo-national). Derrivative State
ini hanya meniru, tidak ada buah pikiran yang asli (oorsponkelijke gedacht).
Bentuk negaranya juga meniru (afleiden) dari negara-negara Barat. Keadaan yang
demikian disebut neo-national, maksudnya nasionalisme yang berdasarkan pada
kolonialisme atau nasionalisme yang timbul karena penjajahan sebagai akibat
akulturasi proses proses. Misalnya, Burma, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, India,
Pakistan, dan Indonesia
Pembentukan Konstitusi

Perspektif lain, dari sudut pembentukan ( maker) konstitusi dalam suatu negara
dimungkinkan ada lima macam bentuk konstitusi:

(1) Konstitusi bisa dibuat oleh raja;

Artinya, raja mempunyai kekuasaan absolut untuk membuat konstitusi

(2) Konstitusi dibuat bersama-sama raja dan rakyat ( bentuknya pactum)

Artinya, terdapat perjanjian yang dibuat antara raja dan rakyat yang dimuat dalam
fundamentalis. Hal ini terjadi pada abad pertengahan

(3) Konstitusi dibuat oleh rakyat seluruhnya ( bentuknya einigung)

Artinya kosntitusi dibuat seluruhnya oleh rakyat


(4) Konstitusi yang dibuat oleh badan konstituante

Artinya konstitusi dibuat lembaga yang dipercaya untuk meyusun konstitusi

(5) Konstitusi yang dibuat oleh pemerintahan diktator (een eenzijdige wilsoplegging in
de vorm van polititieke beslissing), seperti Konstitusi di Uni Soviet.

Artinya, konstitusi dibuat oleh pemerintah yang sedang berkuasa, pemerintah


yang sewenang-wenang, seperti konstitusi di Uni Soviet.
Nilai Penting Konstitusi dalam Suatu Negara

Konstitusi tertulis sebuah dokumen formal yang berisi:


Struycken dalam bukunya Het Straatsrecht van Het Koninkrijk der Nederlanden
1. Hasil perjuangan politik suatu bangsa di waktu yang lampau
2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan suatu bangsa
3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan
4. Suatu keinginan, dengan mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan suatu
bangsa hendak dipimpin
Konstitusi menjadi barometer kehidupan bernegara dan berbangsa;
Mengandung ide-ide dasar yang digariskan Founding Fathers (pendiri negara)
Memberikan arahan kepada generasi muda
Menurut Prof. Mr, Djokosutono pentingnya konstitusi dari 2 aspek
1. Dari aspek “ISI” karena konstitusi memuat dasar (grondslagen) dari struktur
(inriichting) dan memuat fungsi (administratie) negara.

2. Dari aspek “BENTUK” , karena yang membuat konstitusi bukan sembarang orang
atau lembaga. Mungkin bisa oleh seorang raja, raja dengan rakyat, badan
konstituante, atau lembaga dikatator.
Nilai penting Konstitusi (Karl Loewenstein):
1. Konstitusi yang mempunyai nilai normatif

Suatu konstitusi yang sudah resmi diterima oleh suatu bangsa, bagi bangsa tersebut
konstitusi bukan hanya berlaku sebagai hukum, akan tetapi juga sebagai kenyataan hidup
dalam arti sepenuhnya diperlukan dan efektif.

2. Konstitusi yang mempunyai nilai Nominal

Secara hukum kosntitusi itu berlaku, tetapi kenyataannya kurang sempurna. Sebab pasal-
pasal tertentu dari konstitusi tersebut dalam kenyataannya tidak berlaku
3. Konstitusi yang mempunyai nilai Semantik

Jika konstitusi tersebut secara hukum tetap berlaku, namun dalam kenyataannya
sekedar memberikan bentuk dari tempat yang telah ada dan dipergunakan untuk
melaksanakan kekuasaan politik.

Jadi, konstitusi tersebut hanyalah sekedar suatu istilah belaka, sedangkan dalam
pelaksananaannya hanyalah dimaksudkan untuk kepentingan pihak penguasa.
Supremasi Konstitusi dalam Negara

Supremasi Konstitusi yaitu dimana kosntitusi mempunyai kedudukan tertinggi dalam


tertib hukum suatu negara.

K.C. Wheare, kedudukan konstitusi dalam suatu negara bisa dipandang dari dua aspek
yaitu aspek hukum dan aspek moral

Pertama, konstitusi dari aspek hukum mempunyai derajat tertinggi (supremasi). Dasar
pertimbangan supremasi konstitusi itu karena beberapa hal:

a. Dibuat oleh Badan Pembuat Undang-Undang atau Lembaga-Lembaga;

b. Dibentuk atas nama rakyat, berasal dari rakyat, kekuatan berlakunya dijamin oleh
rakyat, dan ia harus dilaksanakan langsung kepada masyarakat untuk kepentingan
mereka.
c. Dilihat dari sudut hukum yang sempit yaitu dari proses pembuatannya, konstitusi
ditetapkan oleh lembaga atau badan yang berlaku diakui keabsahannya.

Kedua, jika konstitusi berada dibawahnya. Dengan kata lain, konstitusi tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai universal dari etika moral. Oleh karena itu, dilihat dari
constitusional philosophy apabila konstitusi bertentangan dengan etika moral, maka
seharusnya konstitusi dikesampingkan.
Menurut Wheare, dengan menempatkan konsttitusi pada kedudukan yang tinggi
(supreme) ada semacam jaminan bahwa:
“Konstitusi itu akan diperhatikan dan ditaati dan menjamin agar konstitusi tidak akan
dirusak dan diubah begitu saja secara sembarangan. Perubahannya harus dilakukan
secara hikmat, penuh kesungguhan dan pertimbangan yang mendalam. Agar maksud
ini dapat dilaksanakan dengan baik maka perubahannya pada umumnya
mensyaratkan adanya suatu proses dan prosedur yang khusus atau istimewa”

Anda mungkin juga menyukai