KONSTITUSI
PERTEMUAN KE IV (11/10/2020)
Pembentuk
Bentuk Negara
Konstitusinya
Bentuk Negara
Perspektif lain, dari sudut pembentukan ( maker) konstitusi dalam suatu negara
dimungkinkan ada lima macam bentuk konstitusi:
Artinya, terdapat perjanjian yang dibuat antara raja dan rakyat yang dimuat dalam
fundamentalis. Hal ini terjadi pada abad pertengahan
(5) Konstitusi yang dibuat oleh pemerintahan diktator (een eenzijdige wilsoplegging in
de vorm van polititieke beslissing), seperti Konstitusi di Uni Soviet.
2. Dari aspek “BENTUK” , karena yang membuat konstitusi bukan sembarang orang
atau lembaga. Mungkin bisa oleh seorang raja, raja dengan rakyat, badan
konstituante, atau lembaga dikatator.
Nilai penting Konstitusi (Karl Loewenstein):
1. Konstitusi yang mempunyai nilai normatif
Suatu konstitusi yang sudah resmi diterima oleh suatu bangsa, bagi bangsa tersebut
konstitusi bukan hanya berlaku sebagai hukum, akan tetapi juga sebagai kenyataan hidup
dalam arti sepenuhnya diperlukan dan efektif.
Secara hukum kosntitusi itu berlaku, tetapi kenyataannya kurang sempurna. Sebab pasal-
pasal tertentu dari konstitusi tersebut dalam kenyataannya tidak berlaku
3. Konstitusi yang mempunyai nilai Semantik
Jika konstitusi tersebut secara hukum tetap berlaku, namun dalam kenyataannya
sekedar memberikan bentuk dari tempat yang telah ada dan dipergunakan untuk
melaksanakan kekuasaan politik.
Jadi, konstitusi tersebut hanyalah sekedar suatu istilah belaka, sedangkan dalam
pelaksananaannya hanyalah dimaksudkan untuk kepentingan pihak penguasa.
Supremasi Konstitusi dalam Negara
K.C. Wheare, kedudukan konstitusi dalam suatu negara bisa dipandang dari dua aspek
yaitu aspek hukum dan aspek moral
Pertama, konstitusi dari aspek hukum mempunyai derajat tertinggi (supremasi). Dasar
pertimbangan supremasi konstitusi itu karena beberapa hal:
b. Dibentuk atas nama rakyat, berasal dari rakyat, kekuatan berlakunya dijamin oleh
rakyat, dan ia harus dilaksanakan langsung kepada masyarakat untuk kepentingan
mereka.
c. Dilihat dari sudut hukum yang sempit yaitu dari proses pembuatannya, konstitusi
ditetapkan oleh lembaga atau badan yang berlaku diakui keabsahannya.
Kedua, jika konstitusi berada dibawahnya. Dengan kata lain, konstitusi tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai universal dari etika moral. Oleh karena itu, dilihat dari
constitusional philosophy apabila konstitusi bertentangan dengan etika moral, maka
seharusnya konstitusi dikesampingkan.
Menurut Wheare, dengan menempatkan konsttitusi pada kedudukan yang tinggi
(supreme) ada semacam jaminan bahwa:
“Konstitusi itu akan diperhatikan dan ditaati dan menjamin agar konstitusi tidak akan
dirusak dan diubah begitu saja secara sembarangan. Perubahannya harus dilakukan
secara hikmat, penuh kesungguhan dan pertimbangan yang mendalam. Agar maksud
ini dapat dilaksanakan dengan baik maka perubahannya pada umumnya
mensyaratkan adanya suatu proses dan prosedur yang khusus atau istimewa”