Anda di halaman 1dari 22

INFEKSI MATERNAL

Disusun oleh:
• Endah Wijiningsih
• Kharisma Dewi
• Octavianus
• Wanita hamil dan janinnya rentan terhadap banyak infeksi dan
penyakit infeksi. Beberapa penyakit ini mungkin cukup serius dan
mengancam nyawa bagi ibu, sementara yang lain menimbulkan
dampak besar pada neonates karena besarnya kemungkin infeksi
pada janin (Obstetri William. 2005).
• Bakteri, virus dan parasit dapat memperoleh akses ke plasenta saat
tahap viremia, bakterimia, atau parasitemia infeksi pada ibu.
Mikroorganisme juga dapat menembus selaput ketuban yang utuh.
Infeksi pada janin mungkin terjadi pada awal kehamilan dan
menyebabkan stigmata yang nyata saat lahir. Sebaliknya, organism
mungkin mengolonisasi dan menginfeksi janin saat persalinan dan
kelahiran (Obstetri William. 2005).
Infeksi Hepatitis
• Infeksi karena virus hepatitis dikenal bentuk virus : A,B, dan C. Masing-masing dengan
manifestasi klinis. (dr.prof manuaba,dkk 2003)
1. Hepatitis A
• Cara penularannya melalui kontak langsung dengan kotoran, urin, saliva serta cairan tubuh lainnya.
Masa inkubasi sekitar 15- 50 hari dengan rata-rata 20-30 hari.
Tanda dan gejala diantaranya ialah:
• Lemas, cepat lelah dan kurang nafsu makan
• Mual muntah
• Nyeri pada daerah hati
• Hati membesar
• Tampak ikterus ringan sampai berat
• Pemeriksaan laboratorium menunjukkan IgM positif setelah masa inkubasi 25-30 hari,
SGOT- SGPT serta bilirubin meningkat. Kesembuhan dapat terjadi selama 6-8 minggu.
• Pengaruh virus ini terhadap janin tidak ada karna anti bodi menuju ke janin sehingga
adanya kekebalan, dan dapat pula di beri imunoglobulin pada umur 12 minggu untuk
meningkatkan daya tahan.
Hepatitis B
• Cara penularannya bisa melalui suntikan parenteral, hubungan seksual dan infeksi
vertikal saat perinatal pada bayi. Dampak pengaruhnya terhadap janin ialah tidak
menimbulkan kelainan kongenital tetapi akan menimbulkan komplikasi usia muda
seperti hepato
• Tanda dan gejalanya :
a. Lemas
b. Cepat Lelah
c. Infeksi akut menahun
d. Ikterik
e. Nyeri abdomen dan sirosis hepatis.
• Pemeriksaan laboratorium menunjukan hasil Titer HbeAG positif tinggi (infeksi
masih aktif) dan titer HbsAG tetap positif (penyakitnya persisten). Bayi lahir dari ibu
yang seropositif sebaiknya di berikan HBIG 0,5 IM segera, dan vaksinasi 12 jam
setelah lahir atau serial untuk menghindari komplikasi masa dewasa muda.
Hepatitis C
• Virus nya tergolong : RNA-flavivirus atau pestivirus. Masa inkubasinya
sekitar 5-10 minggu. Penularannya bisa melalui kecanduan
obat,transfusi darah , secara parenteral,dapat terjadi bersama virus
aids. Pengaruhnya terhadap bayi tidak menimbulkan kelainan
kongenital, dapat terjadi ikterus neonatorum.
Infeksi TORCH
TORCH adalah istilah yang mengacu kepada sejumlah infeksi yang mengakibatkan
gangguan kehamilan. Istilah TORCH merupakan singkatan dari toksoplasma,
rubella, cytomegalovirus (CMV), herpes simplex virus II (HSV-II), dan infeksi lainnya.
Infeksi kelompok TORCH bersama- sama mengakibatkan kelainan congenital
diantaranya :
1. Gangguan pertumbuhan intrauteri yang menimbulkan :
• Pertumbuhan janin terlambat
• Terjadi penurunan IQ bayi
2. Gangguan pertumbuhan fisik janin :
• Mikrosefali
• Gangguan pertumbuhan mata (katarak) dan pendengaran (tuli)
• Gangguan pertumbuhan
Cara kerja untuk dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang adalah:
• Secara tidak langsung : melalui gangguuan fungsi plasenta sehingga tidak
mampu memenuhi kebutuhan O2 dan nutrisi
• Secara langsung :
1. Virus, bakteri, dan lainnya, menembus plasenta sehingga secara langsung dapat
menggangu pertumbuhan organ vital janin.
2. Bentuk gangguan oraganogenesis sangat tergantung dari beratnya infeksi dan umur
kehamilan
3. Makin muda usia kehamilan, akan makin besar kemungkinan terjadi kelainan
kongenitalnya.
4. Kemampuan untuk membentuk immunitas (IgG) yang dapat memberi perlindungan
saat organogenesis janin.
A. Infeksi Toksoplasmosis
Merupakan infeksi dari binatang peliharaan, khususnya kucing. Makanan yang
terkontaminasi kotoran kucing dan masakan yang kurang matang menyebabkan oosit
toksoplasmoisis, akan berkembang menjadi parasit serta dapat menimbulkan infeksi
akut. Segera setelah infeksi akan terjadi pembentukan antibody dalam bentuk : IgM,
IgA, IgG. Antibodi IgG dapat masuk menuju janin sehhingga dapat menghalangi
tumbuh- kembang toksoplasmosi untuk dapat menimbulkan kelainan congenital.
• Kelainan kongenital janin:
• Hanya mungkin tejadi dalam infeksi akut dan aktif
• Invasi toksoplasmosis pada saat organogenesis
• Untuk dapat menetatpkan kelainan kongentalnya dapat dilakukan evaluasi
menggunakan ultrasonografi serial
Gejala klinis toksoplasmosis:
• Lemas dan cepat lelah
• Dijumpai langsung dalam bentuk asimptomatis
Pemeriksaan infeksi toksoplkasmosis ditegakkan atas dasar:
• Pemeriksaan serologis : titer IgG yang meningkat atau sebesar 1/512 dianggap
infeksi aktif
• Melakukan biopsy jaringan :
- Kelenjar yang membesar
- Biopsi dari jaringan Otak

• Pengobatan toksoplasmosis yang paling penting adalah upaya preventif/ promotif


dengan jalan melakukan pemeriksaan sebelum hamil. Obat- obat yang sring
dipergunakan adalah :
• Spiramycin
• Eritomisin
• Kelompok sulfa : pyrimethamine dan sulfadiazine ( Ida bagus Gde manuaba, 2003).
B. Infeksi Rubeola virus
Morbili atau campak biasanya menyerang anak-anak. Bila rubeola diderita pada
masa dewasa biasanya jalan penyakit lebih berat. Wanita hamil dan menderita
campak akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat menyebabkan
abortus, kematian janin, dan bisa pula cacat bawaan pada janin (Mochtar rustam,
1998).
Cara penularannya melalui :
• Melalui aliran darah
• Kontaminasi cairan serviks
• Lender mulut – nasopharing. Masa inkubasi 2-3minggu. Sekali infeksi sudah menimbulkan
kekebalan untuk seumur hidup.
Kelainan congenital janin :
• 80% terjadi jika infeksi pada minggu 12
• 30% pada minggu 23-30
• 10% jika infeksi terjadi pada minggu terakhir
• Dapat ditegakkan dengan ultrasonografi serial
Komplikasi infeksi virus rubeola pada ibu hamil:
• Dapat menyebabkan kematian jika terjadi komplikasi yaitu pneumonia atau ensefalitis berat
• Komplikasi pada kehamilannya yaitu :
• Kompilkasi berat dapat meningkatkan angka mortalitas
• Terhadap kehamilannya dapat terjadi:
• Abortus- panas badan tinggi
• Persalinan premature
• Kelainan congenital tidak dijumpai

Terapi infeksi rubeola pada kehamilan:


a. Terapi umum tidak ada kecuali:
• Meningkatkan kesehatan umum diri dan lingkungan
• Meningkatkan status gizi dan keberhasilan
b. Upaya preventivenya:
• Vaksinasi sebelum hamil 3 bulan
• Vaksinasi ibu hamil sehingga terhindar dari infeksi
• Jika adanya kelainan congenital sudah dipastikan, terminasi kehamilan dapat dianjurkan (dr.prof manuaba,dkk
2003)
• Infeksi herpes simpleks
Infeksi virus herpes simpleks terjadi melalui kontak langsung:
a. Melalui plasenta menuju janin
Infeksi terjadi pada trismester I yang menimbulkan kelainan yang kongietal
seperti gangguan neurologis, korioretinitis, mikrosefali, dan gangguan tumbuh
kembang dan susunan saraf pusat yang menyebabkan IQ rendah kurang dari 70 dan
kejang-kejang. Selain itu juga berpengaruh pada tumbuh kembang janin yang dapat
menimbulkan abortus, kematian intrauteri, lahir mati, persalinan prematur, dan
ketuban pecah dini.
b. Infeksi saat inprtu
Yang berasal dari residiserfiks dan luka pada vagina dan vulva. Infeksi virus
herpes simpleks yang ringan menimbulkan abses lokal yang dapat di sembuhkan
dengan pengobatan dan tidak menimbulkan cacat bayi. Sedangkan infeksi virus
herpes simpleks dapat menyebabkan ensefalitis, meningitis, infeksi alat vital, infeksi
susunan saraf pusat.
Pengobatan dan persalinan dengan infeksi virus herpes simpleks
pada ibu hamil sebagai berikut:
• Persalinan dapat pervagina dengan syarat tidak terdapat ulkus atau
vesikel, Cairan serviks, vagina dan lainnya dibuktikan bebas dari virus.
• Persalinan harus dilakukan dengan seksio sesarea, terdapat ulkus
terbuka dan vesikel yang infeksius yang akan dapat langsung menular
pada janin melalui jalan lahir. Dengan seksio sesarea di upayakan agar
bayi tidak langsung kontak dengan ulkus atau vesikel yang infeksius
sehingga dapat mengurangi komplikasi yang lebih lanjut.
Pengobatan terhadap infeksinya
• Pengobatan untuk ibu dan janinnya di berikan acylovir dengan dosis
yang sesuai.
Infeksi Human Immunodeficiency Virus
( HIV )
Gejala klinis infeksi HIV.
• Lemas, cepat lelah, dan mual muntah
• Mkan berkurang sehinggan berat badan menurun
• Gejala klinis infeksinya:
• Terdapat limfadenopatigeneralisata
• Gangguan neurologis
• Neuropati Perifer
• Terjadi Demensia
• Terdapat Infeksi Sekunder
• Bakteri Komensal
• Jamur
• Toksoplasmosis atau TORCH lainnya
Dasar diagnosis infeksi HIV : Komplikasi pada Ibu hamilnya :
• Memperhatikan gejala klinisnya 1. Faktor infeksinya menimbulkan:
• Persalinan premature
• Pemeriksaan laboratoriumnya • Pertumbuhan janin lambat
• Dapat terjadi ketuban pecah dini
a. Kultur darah tepi • Infeksi sekunder
b. Antigen virus dengan polymerase chain 2. Meningkatnya infeksi multiple :
reaction • Memperparah komplikasi pada ibu hamil
• Pengobatan lebih sulit karena adanya infeksi multiple
c. Jumlah CD 4 menurun : Perbandingan
CD 4 turun sedangkan CDB tetap/naik
Penatalaksanaan infeksi HIV pada ibu hamil :
d. Serum immunologisnya: Antigen virus
1. Melakukan evaluasi tentang infeksi:
didapatkan dengan pemeriksaan ELISA dan
EIA a. HIV.
b. Infeksi TORCH.
• Transmisi menuju janinnya :
c. Melakukan ANC lebih teratur.
1. Melalui hematogen-plasentanya d. Mengurangi rokok dan minuman keras.
2. Cairan genitalianya-intrapartum sekitar e. Melakukan pemeriksaan sitologi untuk
20-30% kemungkinan karsinoma.
• Tata laksana persalinannya:
• Konsep persalinan pervaginam.
• Mengurangi perlukaan kulit.
• Penolong harus memerhatikan diri dengan pakaian yang dapat melindungi
diri sehingga tidak terjadi kontaminasi infeksi dengan disediakannya
sarung tangan beberapa pasang dan pakaian penolong tersendiri.
• Upaya profilaksis umum :
Karena HIV didapatkan dengan hubungan seksual, upaya
menghindarinya adalah :
• Menghindari hubungan seksual dengan wanita tuna susila.
• Pergunakan kondom saat melakukan hubungan seksual.
• Profilaksis infeksi HIV harus dilakukan dengan cermat.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
• Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat
• Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
• Riwayat kesehatan sekarang: Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan
pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
• Riwayat kesehatan masa lalu: Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
• Riwayat penyakit yang perna dialami: Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi,
masalah ginekologi/urinari, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
• Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai
penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
• Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan
adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
• Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
• Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
• Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatan, kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
• Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene,
ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
2. Pemeriksaan fisik, meliputi :
• Inspeksi: mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa
tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik,
dan seterusnya
• Palpasi : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban
dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus
• Perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah,
memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
• Auskultasi: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk
bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
• Tekanan menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi
janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor
• Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal (Haryanto, 2011)
B. Diagnosa keperawatan
• Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis
• Kerusakan integritas kulit barhubungan dengan penurunan imunologis
• Resiko infeksi
C. Intervensi Keperawatan

askep infeksi maternal.docx


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai