Anda di halaman 1dari 66

Nyeri kepala

Murwani Yekti
Tension headache (nyeri kepala tipe
tegang)
 Nyeri kepala tipe tegang, merupakan jenis nyeri
kepala yang paling umum ditemukan.
 Pada umumnya bersifat bilateral dgn predominansi
oskipital,temporal atau frontal; atau menyebar
difus ke bag atas kranium.
 Nyerinya digambarkan sebagai nyeri tumpul dan
sakit, sensasi lain seperti rasa penuh, rasa kencang,
rasa tertekan, atau perasaan kepala seperti
membesar dan akan meledak.
 Rasa nyeri tersebut mungkin saja merupakan paroksismal dan
berdenyut.
 Nyeri kepala tipe tegang tidak menghalangi aktifitas sehari-hari
.
 Onsetnya bersifat gradual dan bila sudah menyerang dapat
terus muncul dengan fluktuasi ringan selama beberapa hari,
beberapa minggu, beberapa bulan atau mungkin beberapa
tahun.
 Waktu tidur pada umumnya tidak terganggu karena nyeri
kepala menyerang saat pasien terjaga atau segera setelah pasien
bangun dari tidurnya.
 Insiden nyeri kepala tipe tegang lebih tinggi dibanding
migren. Namun demikian sebagian besar dengan nyeri
kepala tipe tegang tidak mencari bantuan dokter untuk
mengatasinya, mereka mengobati sendiri keluhannya
tersebut.
 Nyeri kepala tipe tegang lebih banyak terjadi pada wanita
 Jarang sekali menyerang pada anak2 atau remaja namun
lebih banyak ditemui pada usia paruh baya dan berkaitan
dgn kondisi seperti kecemasan, kelelahan atau depresi yg
telah diderita sebelumnya
Klasifikasi nyeri kepala tegang
 Nyeri kepala tegang otot merupakan salah satu
jenis nyeri kepala yang terdapat dalam klasifikasi
yang dibuat oleh the international headache
society (1988). Sementara itu subklasifikasi nyeri
kepala tegang otot adalah sebagai berikut:
 1. nyeri kepala tegang otot episodik

a. berhubungan dengan otot perikranial


b.tak berhubungan dengan otot perikranial
Klasifikasi nyeri kepala tegang
2. Nyeri kepala tegang kronis
a.berhubungan dngan gangguan otot perikranial.
b. tak berhubungan dengan gannguan otot
perikranial.

3.Nyeri kepala tegang otot yang tak terklasifikasikan


Patogenesis nyeri kepala tipe tegang
 Patogenesis nyeri kepala tipe tegang masih belum jelas.
 Kelainan kontraksi otot servikal dan temporal sangat
mungkin terjadi, namun penyebab pasti dari disfungsi
ini masih belum dapat diungkap.
 Nyeri kepala tipe tegang memberi respon yg baik thd
penggunaan salah satu dari beberapa obat yg
menghilangkan kecemasan atau depresi, terutama bila
digunakan ketika sedang ada gejala.
 Pengobatan dengan analgetik kuat harus dihindari.
Gambaran klinik
 Nyeri kepala tegang otot dirasakan bilateral. Intensitasnya
dari ringan sampai sedang. Rasa nyeri yang dirasakan antara
lain seperti diikat, seperti ditindih barang berat,atau kadang-
kadang berwujud perasaan tidak enak dikepala.
 Nyeri kepala ini dpt berlangsung hanya 30 menit akan tetapi
dpt pula terus menerus sampai 7 hari dengan intensitas
bervariasi yang biasanya ringan pada waktu bangun tidur,
makin lama makin berat dan membaik lagi swaktu mau tidur,
 Pemeriksaan neurologik tidak menunjukkan adanya kelainan
Diagnosis nyeri kepala tipe tegang
Sesuai dengan kriteria the international headache
society, maka diagnosis nyeri kepala tegang otot
episodik dapat ditegakkan apabila:
1. Minimal ada 10 kali serangan nyeri kepala
seperti tersebut diatas
2. Tidak ada nausea dan vomitus
3. Tidak ditemukan adanya fonofobia dan fotofobia,
dan kalau ada hanya salah satu
Diagnosis nyeri kepala tipe tegang
4. dikatakan nyeri kepala tegang otot yang berhubungan
dengan gangguan otot perikranial ( dahulu disebut
muscle contraction headache), bila ditemukan adanya
ketegangan otot perikranial dgn cara palpasi atau dgn
pemeriksaanEMG. Sementara itu apabila tidak ada
ketegangan dinamakan nyeri kepala tegang otot yang
tidak berhubungan dengan gangguan otot perikranial,
yang dahulu dikenal sebagai idiopathic headache,
essencial headache, psyhogenic headache.
Diagnosis nyeri kepala tipe tegang
5.Apabila bentuk diatas ditemukan akan tetapi serangan nyeri
kepala terjadi paling sedikit 15 hari tiap bulannya dan telah
berlangsung lebih dari 6 bulan, serta mungkin pula diiringi
dengan salah satu dari gejala berikut ini: nausea,
fotofobia,fonofobia, akan tetapi tidak disertai vomitus maka
diagnosisnya adalah nyeri kepala tegang otot kronik.
Bentuk seperti tadi, apabila ditemukan adanya ketegangan otot
perikranial dinamakan nyeri kepala tegang otot kronik dengan
gangguan otot perikranial, dan bila tidak ditemukan adanya
ketegangan otot maka disebut sebagai nyeri kepala tegang otot
kronik yang tidak berhubungan dngan gangguan otot perikranial
Diagnosis nyeri kepala tipe tegang
6. Tipe yang lain, yaitu semua bentuk nyeri kepala
yang mirip dengan gejala sebagaimana diuraikan
diatas, tetapi tidak memenuhi syarat untuk diagnosis
salah satu nyeri kepala tegang otot dan juga tidak
memenuhi kriteria untuk nyeri kepala migren tanpa
aura
 Pada sebagian besar penderita nyeri kepala tipe
tegang, otot2 cranio servicalnya cukup lemas ( dari
penilaian secara palpasi) dan tidak memperlihatkan
kontraksi persisten bila dinilai dari rekaman
elektromiografi (EMG)
 Namun demikian dengan menggunakan alat laser yg
canggih Sakai dan kawan2 telah melaporkan bahwa
otot2 perikranial dan otot2 trapesius pada pasien
dengan nyeri kepala tipe tegang tampak mengeras
Pengelolaan Nyeri kepala tipe tegang
 Prinsip pengobatan adalah pendekatan psikologik
(psikoterapi), fisiologik (relaksasi), dan farmakologik
( analgesik, sedativa, dan minor tranquilizers).
 OAINS ( obat anti inflamasi non steroid) dan
asetaminofen efektif bagi pasien dengan nyeri kepala
tipe tegang untuk menghilangkan rasa sakit jangka
pendek.
 Pada TTH kronis, tricyclic antidepressant secara luas
digunakan sbg pilihan pertama
Migren
Definisi
Istilah migren berasal dari kata migraine yang berasal
dari bahasa Prancis, sementara itu dalam bahasa Yunani
disebut hemicrania sedang dalam bahasa inggris kuno
dikenal dengan megrim.
Konsep klasik menyatakan bahwa migren merupakan
gangguan fungsional otak dengan manifestasi nyeri kepala
unilateral yang sifatnya mendenyut atau mendentum, yang
terjadi secara mendadak disertai mual muntah
Patofisiologi migren
 Migren merupakan reaksi neurovaskuler terhadap
perubahan mendadak didalam lingkungan eksternal atau
internal.
 Masing2 individu mempunyai “ambang migren” dgn
tingkat kerentanan yg bergantung pada keseimbangan
antara eksitasi dan inhibisi pada berbagai tingkat sistem
saraf.
 Mekanisme migren berwujud sbg refleks
trigeminovaskuler yg tidak stabil dgn cacat segmental
pada jalur kontrol nyeri.
Patofisiologi migren
 Cacatsegmental ini mengakibatkan masukan
aferen atau dorongan kortikobulbar yg berlebihan.
Hasil akhirnya adalah interaksi batang otak dan
pembuluh darah kranial, dengan rangsang aferen
pd pembuluh darah yg menimbulkan nyeri kepala
dgn ciri berdenyut-denyut
Patofisiologi migren
Sementara itu proyeksi difus locus ceroleus ke
kortek serebri dpt mengawali terjadinya oligemia
kortikaldan mungkin pula terjadinya depresi yg
meluas ( spreeding depression ). Aktivitas didalam
sistem ini dpt menjelaskan terjadinya aura pd migren
yg dpt terjadi terpisah dari munculnya nyeri kepala
Patofisiologi migren
 Di lain pihak, nyeri kepala dapat berasal dari
distensi vaskuler terutama apabila dinding
pembuluh darah memperoleh sensitisasi oleh reaksi
perivaskuler. Hal terakhir ini mungkin disebabkan
oleh lepasnya peptida dari sistem trigeminovaskuler
 Kemungkinan lain tentang patogenesis nyeri kepala
didasarkan atas inflamasi neurogenik didalam
jaringan intrakranial, inflamasi ini melibatkan
vasodilatasi dan ekstravasasi protein plasma
Klasifikasi migren
Menurut the international headache society (1988) migren adalah
sbb:
 1. migren tanpa aura
 2. migren dgn aura:
 A. migren dgn aura yg tipikal
 B. migren dgn aura yg diperpanjang
 C. migren hemiplegi familial
 D. migren basilaris
 E. migren aura tanpa nyeri kepala
 F. migren dengan awitan aura akut
Klasifikasi..
 3. migren oftalmoplegik
 4. migren retinal
 5. migren yg berhubungan dgn gangguan intrakranial
 6. migren dgn komplikasi
 A. status migren
 -tanpa kelebihan penggunaan obat
 -kelebihan penggunaan obat untuk migren
 B. infark migren
 7. gangguan seperti migren yg tak terklasifikasikan
Fase-fase dan gambaran klinis migren
Fase prodromal
 Fase prodromal dpt ditemukan sekitar 10-80% penderita
migren, dimana sebag besar fase ini mendahului
timbulnya fase nyeri kepala yg berlangsung 1-24jam
dng gamb klinis spt: iritabilitas,eksitabilitas, hiperaktif,
atau depresi. Gejala awal ini termasuk hipoaktif,
keinginan makan, menguap berulang, kaku leher
dll.gejala prodromal ini menunjukkan sistem saraf
sentral yg terlibat dlm serangan migren
Fase-fase dan gambaran klinis migren
Fase aura
 Aura ini didpt 15-20% penderita migren. Fase ini
kontradiksi dgn fase prodromal,fase ini merupakan
fenomena fokal dimana dpt terjadi baik gejala
“positif”( kelebihan sensasi) dan “negatif” (sedikit
sensasi). Tipikal aura berlangsung 5-60 mnt dan
90% penderita migren mengalami aura berupa
visual aura, yg lain bisa berupa gangguan sensoris
maupun gangguan bicara (disfasia)
Fase-fase dan gambaran klinis migren

Fase nyeri kepala


 Nyeri kepala pada penderita migren 60% unilateral yg
dpt berpindah pindah kesisi yg lain pada saat satu
serangan migren atau mungkin berbeda sisi pada
serangan yang berbeda.
 Karakteristik nyeri kepala pd migren adalah unilateral
ataupun bilateral yg bias di frontal, occipital atau
suboccipital dgn intensitas sedang sampai berat,
berdenyut, dan diperberat dgn aktivitas fisik ataupun
batuk, bersin dan naik turun tangga
Fase-fase dan gambaran klinis migren
 Gejala penyerta lain yg penting pd saat serangan
migren adalah : anoreksia, mual dan atau muntah.
Mual terjd pd 90% penderita migren, sedangkan
muntah terjd pd sepertiga penderita. Mual muntah
ini terjd krn tekanan intrakranial meningkat shngg
meningeal teriritasi spt pd penderita meningitis.
Tdk spt pd meningitis dimana mual muntah mgkn
hanya terjd sekali sedangkan penderita migren
gejala tersbt terjd berulang-ulang.
Fase-fase dan gambaran klinis migren
 Gejala lain adalah gangguan persepsi visual yg
berlebihan yaitu berupa fotofobi, fonofobi dan
ketidak sukaan bau2an. Penderita suka ditempat yg
gelap dan tenang. Selain itu dpt jg disertai
ortostatik hipertensi, dizzines, gangguan behavior
spt irritable, gangguan memori dan konsentrasi
Fase-fase dan gambaran klinis migren
Fase postdromal
 Setelah fase nyeri kepala penderita biasanya
terganggu konsentrasinya dan merasa lelah,
kehabisan tenaga, irritable. Kemudian penderita
merasa lemah, kesakitan dan kelaparan
Diagnosis
kriteria diagnosis migren tanpa aura
dari international society of headache

 A. paling sedikit 5 serangan yg memenuhi kriteria B-D


 B.Nyeri kepala berlangsung selama 4 hingga 72 jam
( tdk diobati atau tdk berhasil diobati).
 C.Nyeri kepala yg paling sedikit memenuhi dua
kriteria berikut ini:
 1. lokasi unilateral
 2. sifatnya berdenyut
 3. intensitas sedang sampai berat
 4. diperberat dengan kegiatan fisik
D. selama nyeri kepala, jg mengalami salah satu keluhan berikut :
1. mual dan / atau muntah
2. fotofobia dan fonofobia
E. paling sedikit satu dari berikut:
1.Riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan neurologis tdk memberikan kesan
adanya kelainan organik.
2.Riwayat peny dan atau pemeriksaan fisik dan/atau pemeriksaan neurologis
memberikan kesan adanya kelainan, namun dpt disingkirkan dgn pemeriksaan
lebih lanjut
3.Memang ditemukan adanya kelainan, namun serangan migren utk pertama
kalinya tdk berdekatan waktunya dengan kelainan tersebut
Kriteria diagnostik migren dengan
aura
 A. paling sedkit 2 kali serangan yg memenuhi kriteria
B
 B.Paling sedikit memenuhi 3 dari 4 karakteristik
berikut:
 1. satu atau lebih dari gejala aura yg reversibel yg
menunjukkan disfungsi hemisfer dan/atau batang otak
 2. se-kurang2nya satu gejala aura berkembang lebih
dari 4 menit atau 2 atau lebih gejala aura terjadi ber-
sama2
Kriteria diagnosis migren dgn aura
 3. tidak ada gejala aura yg berlangsung lebih dari
60 menit; bila lebih dari satu gejala aura terjadi,
durasinya lebih lama.
 4. nyeri kepala mengikuti gejala aura dengan
interval bebas nyeri kurang dari 60 menit, tetapi
kadang2 dapat terjadi sebelum aura
Kriteria diagnosis migren dengan aura
 C. Se-kurangnya terdapat satu dari yg tersebut
dibawah ini
 1. riwayat pemeriksaan fisik dan neurologik tidak
menunjukkan kelainan organik.
 2. riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik
diduga menunjukkan kelainan organik, tetapi
dengan pemeriksaan neuroimaging dan
pemeriksaan tambahan lainnya tdk menunjukkan
kelainan
Kriteria diagnosis migren retinal
Sekurangkurangnya terdiri dari 2 serangan
sebagaimana tersebut dibawah ini:
1, skotoma monocular yg bersifat reversibelatau buta
tidak lebih dari 60 menit dan dibuktikan dgn atau
penderita menggambarkan gangguan lapangan
penglihatan monocular selama serangan tersebut
2. Nyeri kepala yg mengikuti gangguan visual dgn
interval bebas nyeri tdk lebih dari 60 menit, tetapi
kadang2 lebih dari 60 menit. Nyeri kepala bisa tidak
muncul apabila penderita mempunyai jenis migren
lain atau mempunyai 2 atau lebih keluarga terdekat
yang mengalami migren.
3. Pemeriksaan oftalmologik normal diluar serangan.
Adanya emboli dpt disingkirkan dgn pemeriksaan
angiografi, ct scan, pemeriksaan jantung dan darah.
Kriteria diagnosis migren dengan
gangguan intrakranial
a. sekurang-kurangnya terjadi satu jenis migren.
b. Gangguan intrakranial dibuktikan dgn pmeriksaan klinik
dan neuro imaging
c. Terdapat satu atau keduanya dari :
1. awitan migren sesuai dgn awitan gangguan intrakranial
2. lokasi aura dan nyeri sesuai dgn lokasi gangguan
intrakranial.
d. Bila pengobatan gangguan intrakranial berhasil maka
migren akan hilang dgn sendirinya
Terapi
 1. terapi medikamentosa
 1 a. terapi tahap akut: terapi abortif dg sumatriptan,
terapi abortif non spesifik dgn OAINS dikombinasi
dg analgetik
 1 b. terapi profilaktif: untuk mencegah terjdnya
serangan akut : propanolol, sodium valproat,
amytriptilin, gabapentin.calsium chanel blocker
yaitu flunarisin 10mg/hari efektif mencegah migren
 2. terapi tanpa obat
Terapi
 2. terapi tanpa obat
 Pendekatan non farmakologi
 Dgn mnghindari faktor pemicu, mis dgn tidur
teratur
 Makanan : coklat, keju jenis tertentu, msg
 Latihan menghindari stress
Cluster headache
 Nyeri kepala ini digambarkan dalam berbagai jenis
nama termasuk sefalgia nokturnal paroksismal,
neuralgia tipe migren, sefalgia histamin, migren
merah, nyeri kepala mengelompok
 Pola nyeri kepala terjd terutama laki2 dewasa
muda antara 20 hingga 50 tahun
 Rasio kejadian antara laki2 dan wanita sekitar 5:1
 Kelainan ditandai adanya nyeri kepala terus
menerus yg telokalisir didaerah orbital unilateral.
Nyerinya dirasakan di dalam dan sekitar mata,
terasa sangat hebat dan tidak berdenyut,serta
seringkali menyebar ke dahi, kening dan pipi serta
lebih jarang menyebar ke telinga, daerah oksipital
dan leher. Tanda tambahan serangan terjd pd
malam hari selama 1hingga 2 jam setelah mulai
tidur
 Serangan lebih jarang pd siang hari, pada
umumnya tdk dikaitkan dgn adanya aura muntah
 Nyeri kepala terjadi dgn kecepatan yg luarbiasa
setiap hari selama periode 6 hingga 12 minggu,
dan diikuti dgn periode tanpa serangan sama sekali
selama beberapa bulan bahkan hingga beberapa
tahun ( inilah sebabnya maka kelainan ini diberi
nama mengelompok )
 Ada beberapa kaitan fenomena vasomotor yg dpt ditemui pd
penderita nyeri kepala mengelompok: sumbatan pada
hidung, rinore, injeksi konjungtiva, lakrimasi, miosis, serta
kemerahan dan edem pipi, yg berlangsung, selama rata2 45
menit ( antara 15 hingga 180 menit ). Beberapa pasien
mengeluhkan adanya ptosis ringan disisi mata yg terserang
nyeri, sedangkan pd beberapa pasien lainnya ptosis akan
menjadi permanen setelah mengalami serangan beberapa
kali. Arteri temporalis homolateral dapat menjadi lebih
menonjol dan terasa nyeri pada saat serangan, dan kulit
kepala dan wajah dapat menjadi hiperalgesia
Patogenesis
 Tidak ditemukan adanya perubahan aliran darah otak reguler
yg dikaitkan dgn serangan nyeri. Data yg paling kuat
mengenai adanya mekanisme sentral adalah dalam
hubungannya dengan periode serangan. Keterlibatan
mekanisme sentral jg direkomendasikan dgn adanya
observasi bahwa gejala otonom yg dikaitkan dgn rasa nyeri
bersifat bilateral dan lebih berat disisi yg terasa nyeri.
Hipotalamus sangat mungkin merupakan tempat terjadinya
aktivasi. Aktivasi hipotalamus anterior maupun posterior
penting untuk menerangkan berbagai gejala dari nyeri
kepala mengelompok
Diagnosis
Diagnosis nyeri kepala mengelompok hrs memenuhi
kriteria dibawah ini :

 Paling sedikit mengalami 5 episode, nyeri hebat,


unilateral, periorbital atau temporal, berlangsung paling
sedikit 15 menit hingga 3 jam
 Paling tidak disertai dengan satu gejala otonom
(lacrimasi, injeksi konjungtiva, edema kelopak mata,
miosis, ptosis, kongesti hidung,rinorea atau berkeringat
didahi atau wajah
 Frekwensi serangan nyeri kepala harus berkisar
dari satu serangan setiap dua hari hingga delapan
serangan per hari
Deferensial diagnosis
 1. acut glaucoma
 2. temporal arteritis
 3. opthalmic migren
 4. Tolosa hunt syndrom
treatmen
 Methysergide ( Sansert)mulai 2mg qhs dan
dinaikkan 1tab setiap 3 hari sampai 2tab qid
 Corticosteroid semacam methylprednisolon
(medrol) 80 mg q.d
 Cyproheptadin (Periactinin) 4mg qid
 Propanolol (inderal) mulai 20 mg tid
 Indometasin 25mg bid dinaikkan 25mg sampai
150mg perhari
Temporal arteritis
 Disebut juga cranial arteritis, giant cell arteritis
 Terjadi karena satu atau lebih arteri meradang,
bengkak dan melunak
 Biasanya terjadi pada arteri2 sekitar pelipis
(temporal arteritis). Pembuluh darah ini merup
cabang dari arteri carotis di leher
 Penyebab kondisi ini belum diketahui. Dipercaya
sbg kegagalan respon imun
Gejala klinis
 Arteritistemporalis atau giant cell arteritis selalu
menimbulkan nyeri di pelipis yg hebat.
 Penderita kebanyakan berumur 50 tahun keatas.
Pada mulanya serangan nyeri bersifat berdenyut-
denyut.
 Arteri pada pelipis terasa nyeri sekali, tetapi tidak
berdenyut dan konsistensinya keras. Kemudian
nyeri temporal itu menjadi hebat dan seluruh
kepala terasa nyeri
 Adakalanya gejala defisit neurologik berkembang
karena terlibatnya arteri serebral. Buta,
hemiparesis dan halusinasi visual dapat terjadi.
 Apabila pengobatan yg tepat tidak diberikan
(corticosteroid) dengan cepat, maka defisit
neurologik yg timbul itu akan mantap
Etiologi dan patologi
 Etiologi tidak diketahui
 Pathologi perubahan terdiri dari proliferasi internal
dgn obliterasi pd lumen vasculer, peradangan pada
seluruh lapisan dari dinding pembuluh darah dan
timbulnya tipical giant cell.
 Eksudat peradangan berisi sel-sel limphosit,
eosinophil, dan polymorphonuclear
 Pada kasus kronis pembuluh darah yg lebih besar
bisa muncul lingkaran fibrosis
Diagnosis
 1. pada blood count menunjukkan elevasi dari sel
darah putih/ leukosit
 2. pada laju endap darah biasanya meningkat,
namun bisa normal pada 5% dari kasus
 Diagnosis dpt ditegakkan dgn biopsi pada arteri
temporalis superfisial
treatmen
 Temporal arteris respon baik dgn corticosteroid.
 Pasien dimulai dgn terapi 80 mg prednison q.d.
 Dosis dpt diturunkan setelah simptom hilang dan
sedimentation rate normal
 Terapi mungkin harus diberikan dlm beberapa
tahun
Trigeminal neuralgia
 Disebut jg dgn tic douloureux : adalah nyeri kronik
yg menyebabkan nyeri wajah yg amat sangat, bersifat
sporadik, dan berupa rasa panas yg datang secara
mendadak atau secara mengejutkan. Merupakan
kelainan saraf trigeminal.
 Nyeri ini berlangsung selama beberapa detik hingga
beberapa menit setiap episodenya. Intensitas nyeri dpt
menyebabkan ketidakmampuan fisik maupun mental.
Nyeri dirasa pd salah satu sisi rahang atau wajah
Epidemiologi
 Merupakan kelainan yang amat jarang ditemukan.
Kelainan ini terjadi pada sekitar 150 per satu juta
orang dan juga ditemukan pada beberapa individu
berusia muda termasuk anak2
Penyebab dan faktor-faktor resiko
Beberapa penybab trigeminal neuralgia :
 Tekanan dari pemb darah yg berada diakar saraf
trigeminal
 Demielinisasi saraf
 Pd bbrp kasus (< 3%) sbg gejala dari stadium
lanjut sklerosis multipel
 Penekanan dari tumor pd saraf trigeminal
Penyebab dan faktor -faktor resiko
 Kerusakan fisik pada saraf akibat prosedur
bedahatau prosedur pada gigi, perlukaan pada
wajah atau akibat infeksi
 Keturunan
 Penyebab yg tidak jelas
Gambaran klinis
Daerah terjadinya nyeri wajah dicerminkan oleh
ketiga cabang saraf trigeminal:
 V1 (oftalmik), cabang pertama mempersarafi mata
dahi dan hidung
 V2 (maksiler ), cabang kedua mempersarafi
gigi,gusi dan bibir atas, pipi, kelopak mata bawah
dan bagian samping hidung.
 V3 (mandibuler), cabang ketiga mempersarafi gigi
bawah,gusi, bibir bawah dan rahang
Gambaran klinis
Nyeri pada trigeminal neuralgia biasanya
digambarkan sebagai:
 Tiba2, tajam, seperti sengatan listrik
 Mengagetkan
 Menyengat
 Seperti tusukan
Gambaran klinis
Serangan trigeminal neuralgia biasanya:
 Berlangsung selama beberapa detik
 Berulang beberapa kali dalam sehari
 Hanya mengenai satu sisi wajah, namun demikian
dapat juga terjadi nyeri bilateral
 Dipicu oleh stimulus tertentu,seperti sentuhan
pada wajah
Gambaran klinis
Nyeri tigeminal neuralgia ‘klasik’
Nyeri bersifat sangat tajam,berdenyut dan
mengagetkan. Tidak ada rasa kebas atau kelemahan
pada wajah. Ada periode bebas serangan yg jelas,
dimana tidak ada rasa nyeri sama sekali. Trigeminal
neuralgia klasik pada umumnya memberi respon yg
baik terhadap pemberian carbamazepin, yg
merupakan preparat anti konvulsi
Gambaran klinik
Nyeri trigeminal neuralgia ‘atipik’:
Gejala trigeminal neuralgia atipik tidak sama dengan
tipe klasiknya. Selain nyeri spt tusukan yg
mengejutkan, beberapa penderita juga mengatakan
adanya rasa nyeri yg bergetar, terbakar, menekan,
dan berdenyut. Untuk beberapa penderita, tidak ada
periode bebas nyeri dan seringkali sulit untuk
mengobati bentuk atipik dari trigeminal neuralgia ini
Diagnosis
 Sangat penting utk melakukan pemeriksaan medis
secara menyeluruh, mengumpulkan informasi
mengenai timbulnya gejala.
 Pada pemeriksaan neurologi normal
 Pemeriksaan x-ray basis cranii yg memperlihatkan
pelebaran foramen ovale dicurigai adanya tumor
intrakranial atau ekstrakranial
Diagnosis
 Jika ada kecurigaan adanya tumor atau aneurisma maka
scan pada basis cranii atau MRI diperlukan.
 Pemeriksaan angiografi dengan MRI dari saraf trigeminal
dan batang otak dapat mengidentifikasi adanya kompresi
saraf oleh pembuluh darah vena atau arteri.
 Namun paa sebagian kasus tidak ditemukan penyebabnya.
 Teknik MRI khusus yaitu akuisisi volume 3 dimensi yg
dilakukan dgn menyuntikan kontras, dpt mendeteksi adanya
penekanan pd saraf trigeminal oeh pembuluh darah
manajemen
 Manajemen medis :
 Karbamazepin dianggap sebagai pengobatan yg paling
efektif. Dosis awal dimulai dgn satu atau dua tablet/hari,
yg secara bertahap dinaikkan hingga nyeri benar2 hilang.
Dosis efektif biasanya berkisar antara 600 hingga
1600mg yg dibagi menjadi 3 atau 4 dosis/hari.
 Oxcarbamazepin adalah bentuk baru dari karbamazepin
yg memiliki efek samping lebih sedikit dan toksisitas yg
lebih rendah. Namun diperlukan dosis yg lebih tinggi
agar dpt dicapai pengontrolan nyeri yg adekuat
Manajemen
 Obat – obat spt baklofen, klonazepam dan gabapentin sering
digunakan sebagai obat tunggal maupun untuk kombinasi
 Bila terapi farmakologis gagal dpt dipertimbangkan utk
tindakan pembedahan
 Sebelum melakukan pembedahan, semua penderita
trigeminal neuralgia harus menjalani pmeriksaan MRI, dgn
perhatian khusus pada fossa posterior. Tindakan ini utk
menyingkirkan kemungkinan lain sbg penyebab penekanan
saraf spt lesi massa, pembuluh darah yg membesar atau
malformasi pemblh darah
Prognosis
 Oleh karena adanya serangan yg berulang dpt
menimbulkan ketidak mampuan pd pasien. Akibat
tingginya intensitas nyeri, maka rasa takut thdp
serangan yg akan datang dpt menghambat aktifitas
pasien yg mengalami.
 Trigeminal neuralgia tdk bersifat fatal

Anda mungkin juga menyukai