Kerja Kuliah Akuntansi Keuangan 3 Dr Endang Mardiati, AK, CA Bahan acuan:
• Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK
oleh Dwi Martani dkk, terbitan Salemba Empat tahun 2015 • Panduan Praktis PSAK Terkini Berbasis IFRS oleh Ahalik terbitan IAI Tahun 2015. • Intermediate Accounting, Edisi IFRS, edisi ke Tiga oleh Kieso, dkk, terbitan terbitan Wiley Tahun 2018 • PSAK 24 (terbaru) Contoh imbalan kerja
• Imbalan kerja jangka pendek
• Pesangon • Imbalan pasca kerja • Imbalan jangka panjang lainnya Imbalan jangka pendek
• Hak cuti ada yang bisa diakumulasi dan ada yang tidak bisa diakumuasi • Program cuti berimbalan: a) Imbalan diberikan jika karyawan mengambil cuti bisa juga, b) Imbalan diberikan jika karyawan tidak mengambil cuti. Contoh cuti berimbalan: contoh satu • PT X memiliki 25 karyawan, setiap karyawan memiliki hak cuti berimbalan selam 12 hari setiap tahun. Kebijakan perusahaan: jika karyawan mengambil cuti, karyawan akan mendapatkan kompensasi Rp 500.000,00 perhari dan tidak bisa diakumulasi, artinya jika karyawan pada tahun tersebut tidak mengambil cuti maka hak cutinya tidak bisa diakumulasi ke tahun berikutnya. Pada tahun 2016, sebanyak 20 karyawan mengambil cuti penuh sedang 5 orang karyawan masing masing megambil cuti 5 hari. Dari data PT X tersebut anda diminta menghitung beban cuti yang harus diakui PT X Beban cuti berimbalan yang diakui
• Untuk 20 karyawan: 20 x 12 x Rp 500.000,00 =
Rp 120.000.000,00 • Untuk 5 orang karyawan: 5x 5x R500.000.00 = Rp 12.500.000,00 Jadi untuk tahun 2016 PT X mengakui beban cuti sebesar: 1. Rp 120.000.000,00 2. 12.500.000,00 Total 132.500.000,00 Cuti……
• Selama tahun 2016:
• Mendebet: beban cuti berimbalan dan mengkredit kas sebesar Rp 132.500.000,00 Beban cuti berimbalan Rp 132.500.000,00 Kas Rp 132.500.000,00 Jika cuti dapat diakumulasi ketahun berikutnya: • Soal sama dengan contoh satu: tetapi cuti dapat diakumulasi ketahun berikutnya, artinya jika karyawan tidak mengamil cuti pada tahun tersebut hak cuti terakumulasi ke tahun berikutnya (tidak hangus): • Entitas menghitung beban cuti selama tahun 2016: lanjutan
Mengakui beban cuti untuk 25 karyawan:
25x12x Rp 500.000,00 = Rp 150.000.000,00; selanjutnya entitas: Mendebet: beban cuti Rp 150.000.000,00 Mengkredit: kas sebesar Rp 132.500.000,00 Mengkredit: utang cuti berbayar sebesar Rp 17.500.000,00. Bagi laba dan bonus
• Entitas harus mengakui beban bonus jika:
• Terdapat kewajiban hukum atau kontruktif
• Kewajiban tersebut dapat diestimasi secara handal Contoh kasus bonus PT X mempunyai kebiasan membagikan bonus 5% dari laba bersih. Bonus biasanya ditetapkan pada saat RUPS, utuk PT X biasanya RUPS dilakukan pada saat pengesahan laporan keuanga yaitu pada bulam maret tahun berikutnya. Pada akhir tahun 2016 PT X memperkirakan (berdasarkan perhitungan laporan sementara) memperoleh laba bersih sebesar Rp 200.000.000.000,00. dalam kasus ini meskipun PT X tidak memiliki kewajiban hukum tetapi PT X memliki kewajiban konstruktif yaitu kebiasaan membagikan bonus setiap tahun. Karena sudah kebiasaan maka jika tidak dilakukan bisa menimbulkan gejolak, untuk itu pada akhir tahun 2016 PTX menaksir beban bonus dan utang bonus sebesar 5% dari Rp 200.000.000.000,00 = Rp 10.000.000.000,00 PT X: Mendebet: beban bonus Rp 10.000.000.000,00 Mengkredit: utang bonus Rp 10.000.000.000,00 Pesangon
• Pesangon merupakan pembayaran yang diberikan pada
karyawan akibat Pemutusan Kontrak Kerja (PKK) • Pesangon berbeda dengan imbalan pasca kerja. • Jika imbalan pasca Kerja atau pensiun karyawan yang menerima pembayaran sudah menyelesaikan masa kerjannya. • Pesangon karyawan sebetulnya belum menyelesaikan masa kerjanya. Pesangon • Beban pesangon dan liabilitas diakui pada tanggal yang lebih awal diantara: 1) ketika penawaran atas imbalan tersebut tidak dapat ditarik kembali 2) Ketika biaya-biaya restrukturisasi telah diakui sesuai PSAK 57 (provisi dan kontinjensi). (paragraph 71: kewajiban kini, mengakibatkan arus keluar, jumlah bisa ditaksir/ baca juga paragraph 72-78) Penawaran tidak dapat ditarik jika: 3) Pekerja menerima tawaran; dan 4) Ketika pembatasan (misalnya: persyaratan hukum, peraturan kontraktual atau pembatasan lainnya) atas kemampuan entitas untuk menarik tawaran yang berlaku Contoh kasus pesangon:
• Pada awal tahun 2016 PT X memutuskan akan
menghentikan operasi salah satu divisinya. Akibat penghentian tersebut PT X harus melakukan pemutusan kontrak kerja untuk 25 karyawan dari 50 karyawan yang bekerja pada divisi tersebut. Rencana perusahaan akan melakukan pemutusan kontrak kerja untuk 25 karyawan, menawarkan untuk berhenti secara sukarela pada 10 karyawan, sisa kryawan akan digabungkan ke divisi lain Lanjutan kasus pesangon
Besarnya pesangon: untuk karyawan yang diberhentikan masing
akan mendapat pesangon Rp 250.000.000,00; sedangkan untuk karyawan yang ditawari untuk berhenti sukarela akan diberikan pesangon masing masing Rp 300.000.000,00. Pengumuman PKK dilakukan pada pertengahan tahun 2016. Dari penjajagan awal diperkirakan 5 orang karyawan akan menerima tawaran berhenti sukarela. Pemutusan Kontrak Kerja (PKK) direncanakan akan efektif (dilakukann) awal tahun 2017 dan diasumsikan PT X tidak bisa menarik lagi (membatalkan) PKK tersebut, maka pada akhir tahun 2016 PT X akan mengakui beban pesangon sebesar: Laanjutan kasus Pesangon untuk karyawan yang diberhentikan Rp 6.250.000.000,00 Pesangon untuk karyawan yang berhenti sukarela Rp 1.500.000.000,00 Total pesangon Rp 7.750.000.000,00
Selanjutnya karena PKK akan efektif pada awal tahun
2017 maka pada akhir 2016 PT X: Mendebet beban pesangon: Rp 7.750.000.000,00 Mengkredit Provisi (utang pesangon) sebesar Rp 7.750.000.000,00 Imbalan Pasca Kerja
• Imbalan yang diberikan kepada karyawan yang
sudah menyelesaikan masa kerja. • Terdapat dua program imbalan pasca kerja yaitu: 1) Program Iuran Pasti (Defined Contribution Plan) 2) Program Imbalan Pasti (Difined benefit Plan) Program iuran pasti (Defined Contribution Plan). • Entitas (majikan/pemberi kerja) membayar iuran sebesar jumlah yang sudah ditentukan kepada dana Pensiun. Pada program ini entitas tidak memiliki kewajiban hukum atau kontruktif untuk membayar lebih lanjut jika dana pensiun tidak memiliki aset yang cukup untuk membayar seluruh imbalan kerja terkait dengan jasa yang diberikan karyawan yang diikutkan dalam program pada saat mereka pensiun. Lanjutan iuran pasti
Akuntansi program iuran pasti:
• Entitas pemberi kerja membayar iuran ke dana pensiun setiap periode, biasanya bulanan, ketika karyawan telah memberikan jasanya kepada perusahaan. • Jika seluruh iuran yang jatuh tempo sudah dibayar maka tidak timbul liabiltas, jika masih ada iuran yang jatuh tempo tetapi belum dibayar akan timbul liabilitas • Seluruh iuran yang dibayar maupun akan dibayar diakui sebagai beban (expense) Program imbalan pasti (Defined Benefit Plan) • Program imbalan pasti adalah suatu program imbalan pascakerja. Pada imbalan ini pemberi kerja wajib membayar sesuai dengan imbalan yang sudah disepakati pada saat pekerja atau karyawan menyelesaikan masa kerjanya atau pensiun • Perusahaan pembri kerja (majikan) mempunyai kewajiban hukun dan konstruktif untuk membayar iuran lebih lanjut jika aset Dana Pensiun tidak cukup untuk membayar imbalan yang telah disepakati, pada saat karyawan pensiun nanti. • Jumlah iuran yang harus dibayar pada Dana Pensiun tidak bisa ditentukan tergantung kondisi aset Program (Plan Assets) Dua komponen utama program imbalan pasti 1) Kewajiban Imbalan Pasti (Defined Benefit Obligation) 2) Aset Program (Plan Asset) Kewajiban imbalan pasti
• Kewajiban Imbalan Pasti merupakan imbalan yang
akan dibayarkan dimasa depan atas jasa pekerja periode berjalan dan periode-periode lalu. • Kewajiban masa depan ini diukur pada tanggal pelaporan sebesar present value nya dengan menggunakan tingkat diskonto. • Nilai ini dihitung oleh aktuaris dengan mempertimbangkan asumsi keuangan dan asumsi demografi. lanjutan
• Asumsi Keuangan: tingkat diskonto, tingkat
kenaikan gaji, biaya kesehatan, dan lain lain • Asumsi Demografis: tingkat mortalitas, tingkat perputaran pekerja, tingkat pensiun dini, dll Faktor yang mempengaruhi PV (nilai kini) Kewajiban Imbalan Pasti 1) Biaya Jasa: o Biaya jasa kini yaitu kenaikan nilai kini kewajiban imbalan pasti atas jasa pekerja periode berjalan. Dengan bertambahnya masa kerja satu periode, maka menimbulkan biaya jasa kini pada periode tersebut dan menyebabkan peningkatan Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti yang akan dibayar nati. o Biaya jasa lalu yaitu perubahan nilai kini kewajiban imbalan pasti akibat perusahaan melakukan amandemen program imbalan pasti atau melakukan kurtailmen (penurunan signifikan dalam jumlah pekerja yang ditanggung oleh program. Amandemen dapat meningkatkan atau menurunkan nilai kini kewajiban imbalan pasti, sedangkan kurtailmen menurunkan nilai kini kewajiban imbalan pasti. lanjut o Keuntungan atau kerugian atas penyelesaian (settlement), yaitu ketika perusahaan melakukan transaksi yang menghapuskan semua kewajiban hukum atau kontruktif atas sebagian atau seluruh imbalan dalam program imbalan pasti. Settlement menurunkan nilai kini kewajiban imbalan pasti. lanjut
2) Biaya bunga, yaitu kenaikan nilai kini kewajiban
imbalan pasti yang timbul selama suatu periode karena periode tersebut semakin dekat dengan penyelesaian (waktu pembayaran imbalan). Peningkatan nilai kini kewajiban imbalan pasti ini diakui setiap periode sebagai biaya bunga. Biaya bunga ini nantinya akan disaling hapuskan dengan pendapatan bunga atas aset program, sehingga akan tampak beban atau pendapatan bunga neto lanjut
3) Pengukuran kembali (remeasurement)yang
mencakup kerugian atau keuntungan aktuarial, yaitu akibat perubahan asumsi aktuaria atas nilai kini kewajiban imbalan pasti. Lanjut
• Nilai kini kewajiban imbalan pasti yang diakui
adalah berdasarkan asumsi aktuaria terkini sehingga jika nilai kini kewajiban imbalan pasti tercatat lebih rendah dari perhitungan nilai kini kewajiban imbalan pasti berdasarkan asumsi aktuaria terkini, nilai kini kewajiban imbalan pasti harus dinaikkan. Kenaikan ini menimbulkan kerugian akutuaria. Jika kondisi sebaliknya maka akan menimbulkan keuantungan. lanjut
• Keuntungan (kerugian) aktuaria ini diakui sebagai
penghasilan komprehensif lain. Faktor lain
• Selain ketiga faktor nilai kini kewajiban imbalan
pasti juga dipengaruhi oleh imbalan yang dibayar. • Imbalan yang dibayar akan mengurangi nilai kini kewajiban imbalan pasti dan juga mengurangi aset program. Aset Program
• Aset program adalah dana yang disediakan untuk
membayar kewajiban imbalan pasti . • Aset program dikelola secara terpisah oleh dana pensiun. • Aset program diukur pada tanggal pelaporan sebesar nilai wajar yang disebut nilai wajar aset program. Faktor penentu aset program
• Pendapatan bunga atas imbal hasil yang
diharapkan atas aset program • Pendapatan bunga menambah nilai wajar aset program • Pendapatan bunga selanjutnya akan disaling hapuskan dengan beban bunga sehingga tampak beban atau pendapatan bunga neto faktor
• Iuran atau penarikan
• Iuran yang dibayarkan ke Dana Pensiun akan menambah nilai wajar aset program • Penarikan akan mengurangi nilai wajar aset program faktor • Pengukuran kembali (remeasurement) yang mencakup keuntungan dan kerugian aktuaria, yaitu penyesuaian akibat perbedaan antara nilai wajar terkini dengan saldo tertacatat aset program. • Bila saldo tercatat aset program lebih besar dari nilai wajar terkini maka aset program harus diturunkan. Penurunan ini menimbulkan kerugian aktuaria • Bila saldo tercatat aset program lebih rendah dari nilai wajar terkini aset program maka aset program harus dinaikkan. Kenaikan ini menimbulkan keuntungan • Keuntungan atau kerugian aktuaria diakui sebagai penghasilan komprehensif lain. Liabilitas dan Beban yang diakui • Pengakuan beban dan liabilitas pada program imbalan pasti berbeda dengan program iuran pasti • Pada program imbalan pasti nilai yang diakui sebagai liabilitas pada laporan Posisi Keuangan (Neraca) adalah perbandingan antara nilai kini kewajiban imbalan pasti pada akhir pelaporan dengan nilai wajar aset program pada khir pelaporan. lanjutan
• Jika nilai kini kewajiban imbalan pasti pada akhir
pelaporan lebih tinggi dari nilai wajar aset program akhir periode maka akan timbul defisit (liabilitas). • Jika nilai wajar aset program pada akhir periode lebih besar dari nilai kini kewajiban imbalan pasti maka timbul surplus (aset). • Jika terjadi surplus maka nilai aset yang diakui adalah yang terendah antara nilai surplus dengan batas atas aset (jika ada). lanjut
• Beban yang diakui adalah:
1) Biaya jasa: biaya jasa kini, biaya jasa lalu, dan keuantungan atau kerugian penyelesaian (settlement) 2) Ditambah (dikurang) beban (pendapatan) bunga bersih. Contoh