Anda di halaman 1dari 9

Mata Kuliah

FILSAFAT KOMUNIKASI
Dr. H. Muhammad Luthfie, MSi

Topik Ke-3 Bidang komunikasi: komunikasi sosial,


komunikasi organisasi, komunikasi bisnis,
ILMU DAN PARADIGMA komunikasi politik,
KOMUNIKASI komunikasi internasional,
komunikasi antarbudaya,
komunikasi pembangunan, dan
komunikasi tradisional

Disampaikan pada Perkuliahan


FISIP , Universitas Djuanda Bogor,
Semester Ganjil Tahun 2020/ 2021
2
KOMUNIKASI SEBAGAI ILMU

Memenuhi syarat ilmu:


 Memiliki objek kajian.
 Objek kajiannya terdiri dari satu golongan
masalah yang sama tabiatnya baik dilihat dari
dalam maupun dari luar.
 Keterangan mengenai objek kajian tersebut dapat
disusun dalam rangkaian hubungan sebab akibat.
2
SYARAT KOMUNIKASI SEBAGAI ILMU

Memenuhi syarat ilmu:


Obyektif
Metodis
Sistematis
Universal
2

Obyek kajian ILMU KOMUNIKASI

 Objek kajian Ilmu Komunikasi adalah “usaha


manusia dalam menyampaikan isi pesannya kepada
manusia lain”.
 Objek kajian ilmu komunikasi terdiri dari satu
golongan masalah, yaitu bagaimana usaha manusia
menyampaikan isi pesannya kepada manusia lain,
bukan usaha manusia mencari nafkah, bukan usaha
manusia mencari keadilan, dan lain-lain.
2

Tabiat ILMU KOMUNIKASI

 Usaha manusia untuk menyampaikan isi pesannya


kepada manusia lain bukan usaha binatang, bukan
usaha angin, bukan usaha pohon beringin, tetapi
usaha manusia yang dapat menggunakan akal
budinya, bukan usaha manusia yang tidak dapat
menggunakan akal budinya.
 Usaha manusia dalam menyampaikan isi pesannya
kepada manusia lain bukan usaha manusia dalam
menyampaikan isi pesannya kepada Tuhan.
3

PARADIGMA KOMUNIKASI

Dengan beragamnya definisi komunikasi, sementara definisi itu diperlukan


untuk menggambarkan objek ilmu komunikasi secara jelas dan jernih, maka
pada tahun 1990-an para teoritisi komunikasi berdebat dan
mempertanyakan apakah komunikasi harus disengaja? dan Apakah
komunikasi harus diterima (received)? Setelah beradu argumentasi, para ahli
sepakat untuk tidak sepakat dan menyatakan bahwa sekurang-kurangnya
terdapat tiga perspektif (sudut pandang) / paradigma yang dapat
diakomodir.
Paradigma adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya
yang akan mempengaruhi dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan
bertingkah laku (konatif). Karenanya, paradigma sangat menentukan
bagaimana seorang ahli memandang komunikasi yang menjadi objek
ilmunya. Berikut ini adalah uraian atas ketiga paradigma sebagai hasil
”kesepakatan untuk tidak sepakat” dari para teoritisi komunikasi:
3
Paradigma-1
Komunikasi harus terbatas pada pesan yang sengaja diarahkan
seseorang dan diterima oleh orang lainnya. Paradigma ini
menyatakan bahwa pesan harus disampaikan dengan sengaja, dan
pesan itu harus diterima. Artinya, untuk dapat terjadi komunikasi,
syaratnya harus terdapat komunikator pengirim, pesan itu sendiri,
dan komunikan penerima. Implikasinya, jika pesan tidak diterima,
tidak ada komunikan, karena tidak ada manusia yang menerima
pesan. Jadi tidak ada komunikasi dan proses komunikasi yang
merupakan kajian paradigma ini. Misalnya, ketika seorang teman
melambai pada kita tapi kita tidak melihat, ini bukan komunikasi yang
menjadi kajiannya, karena kita selaku komunikan tidak menerima
pesan itu.
3

Paradigma-2
Komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi
penerima, apakah disengaja atau tidak. Paradigma ini menyatakan bahwa
pesan tidak harus disampaikan dengan sengaja, tapi harus diterima.
Paradigma ini relatif mengenal istilah komunikan penerima. Biasanya
dalam penggambaran model, pada dua titik pelaku komunikasi dinamai
sebagai komunikator mengingat keduanya mempunyai peluang untuk
menyampaikan pesan, baik disengaja maupun tidak, yang dimaknai oleh
pihak lainnya. Atau, keduanya disebut sebagai komunikan yang dimaknai
sebagai semua manusia pelaku komunikasi. Intinya, selama ada
pemaknaan pesan pada salah satu pihak, adalah komunikasi yang
menjadi kajiannya. Maka ketika kita dengan tidak sengaja melenggang di
tepi jalan dan supir taksi berhenti serta bertanya, ”Taksi, pak?” ini adalah
komunikasi yang menjadi kajiannya karena supir itu telah memaknai
lenggangan kita yang tidak sengaja sebagai panggilan terhadapnya, tanpa
terlalu mempersoalkan siapa pengirim dan penerima.
3

Paradigma-3
Komunikasi harus mencakup pesan-pesan yang disampaikan dengan
sengaja, namun derajat kesengajaan sulit untuk ditentukan.
Paradigma ini menyataan bahwa pesan harus disampaikan dengan
sengaja, tapi tidak mempersoalkan apakah pesan diterima atau tidak.
Artinya, untuk dapat terjadi komunikasi, syaratnya harus terdapat
komunikator pengirim, pesan, dan target komunikan penerima.
Ketika seorang teman melambaikan tangan tapi kita tidak melihat, ini
merupakan komunikasi yang menjadi kajiannya. Pertanyaannya
adalah mengapa pesan itu tidak kita terima? Gangguan apa yang
sedang terjadi, apakah pada salurannya? Atau pada alat penerima
(mata kita)? Atau ada hal lainnya?

Anda mungkin juga menyukai