Fiskom Sesi 3
Fiskom Sesi 3
FILSAFAT KOMUNIKASI
Dr. H. Muhammad Luthfie, MSi
PARADIGMA KOMUNIKASI
Paradigma-2
Komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi
penerima, apakah disengaja atau tidak. Paradigma ini menyatakan bahwa
pesan tidak harus disampaikan dengan sengaja, tapi harus diterima.
Paradigma ini relatif mengenal istilah komunikan penerima. Biasanya
dalam penggambaran model, pada dua titik pelaku komunikasi dinamai
sebagai komunikator mengingat keduanya mempunyai peluang untuk
menyampaikan pesan, baik disengaja maupun tidak, yang dimaknai oleh
pihak lainnya. Atau, keduanya disebut sebagai komunikan yang dimaknai
sebagai semua manusia pelaku komunikasi. Intinya, selama ada
pemaknaan pesan pada salah satu pihak, adalah komunikasi yang
menjadi kajiannya. Maka ketika kita dengan tidak sengaja melenggang di
tepi jalan dan supir taksi berhenti serta bertanya, ”Taksi, pak?” ini adalah
komunikasi yang menjadi kajiannya karena supir itu telah memaknai
lenggangan kita yang tidak sengaja sebagai panggilan terhadapnya, tanpa
terlalu mempersoalkan siapa pengirim dan penerima.
3
Paradigma-3
Komunikasi harus mencakup pesan-pesan yang disampaikan dengan
sengaja, namun derajat kesengajaan sulit untuk ditentukan.
Paradigma ini menyataan bahwa pesan harus disampaikan dengan
sengaja, tapi tidak mempersoalkan apakah pesan diterima atau tidak.
Artinya, untuk dapat terjadi komunikasi, syaratnya harus terdapat
komunikator pengirim, pesan, dan target komunikan penerima.
Ketika seorang teman melambaikan tangan tapi kita tidak melihat, ini
merupakan komunikasi yang menjadi kajiannya. Pertanyaannya
adalah mengapa pesan itu tidak kita terima? Gangguan apa yang
sedang terjadi, apakah pada salurannya? Atau pada alat penerima
(mata kita)? Atau ada hal lainnya?