Anda di halaman 1dari 35

INTERPRETIVE STRUCTURAL

MODELING
( ISM)
Dr. Budi Susetyo, M.Sc.
 Struktur :
 Menggambarkan pengaturan dari elemen-elemen
dan hubungan antar elemen dalam membentuk
suatu sistem.
 Suatu struktur belum tentu memberikan
penjelasan tentang objek yang terikat didalam
sistem atau memberikan penjelasan tentang
sistem yang dikaji.
Identifikasi seperti apa Struktur yg ada di dalam suatu
Sistem merupakan kontribusi yg besar utk “menangani”
sistem secara efektif dan memberikan sumbangan yg berarti
dalam proses pengambilan keputusan
Interpretive Structural Model;
berdasarkan atas hubungan kontekstual tertentu.

HUBUNGAN KONTEKSTUAL
 Jenis Hub. Kontekstual:  Sifat Hub. Kontekstual:
 Pengaruh  Reflexive, Irreflexive,
 Membantu Mesoreflexive.
 Symmetric, Assymmetric,
 Kontribusi
Mesosymerric
 Kepentingan
 Transitive, Intransitive,
 Mendorong
Mesotransitive.

Interpretasi dan Sintesa


TAHAPAN/LANGKAH ISM
Mental Process

Tujuan dan Studi Pustaka Penentuan Elemen dan


Diskusi
Output dari Brain Storming
Sub-elemen dari Sistem &
Kajian Survey Pakar Jenis hubungan Kontekstual
Expert survey/
Kuesioner

Penentuan Tingkat
Hubungan Kontekstual
structural information of a mental model antar Elemen/Sub-elemen

X Structured Self-Interaction
Matrix (SSIM)
Ya

RM
Reachability Transformasi SSIM ke
Transitive
Matrix (RM) Reachability Matrix (RM)
?

Modifikasi SSIM SSIM


Revised
X

Penentuan Level Perhitungan Perhitungan


Setiap Elemen/ Driver – Dependency Rank Driver Power
Sub-elemen Matrix ELemen/Sub-elemen ELemen/Sub-elemen

Struktur Hirarki Kelompok Elemen/sub-elemen


Elemen/sub-elemen Elemen/sub-elemen Kunci
Berdasarkan
Driver Power &
Level dependency
2. Matrik Hubungan Kontekstual (Tingkat Pengaruh/Penyebab) antar Sub-Elemen Kendala yang dihadapi dalam rangka Renovasi Perekonomian Nasional

Sub-Elemen Kendala ke- j yang dihadapi dalam rangka Renovasi Perekonomian

11. Kerusakan lingkungan dan meluasnya lahan kritis


(cadangan devisa, suku bunga, fiskal dan deregulasi)
2.  Lemahnya koordinasi piranti kebijakan pemerintah

luar negeri dalam anggaran rutin dan pembangunan


3.  Ketergantungan yang tinggi terhadap pinjaman

4. Tingginya beban biaya rekapitalisasi perbankan

5. Penerimaan sumber pembiayaan dalam negeri

9. Rendahnya gaji pegawai negeri sipil (PNS)


1.  Ketidakpastian nilai tukar mata uang

8. Kemampuan pelaku ekonomi untuk


7. Pengawasan dan proses audit
6. Kepastian penegakan hukum
Sub-Elemen Kendala ke- i yang dihadapi dalam rangka Renovasi
Perekonomian

memperhitungkan resiko

10. Asimetri informasi
yang belum optimal
negara
1.  Ketidakpastian nilai tukar mata uang
2.  Lemahnya koordinasi piranti kebijakan pemerintah (cadangan devisa,
suku bunga, fiskal dan deregulasi)
3.  Ketergantungan yang tinggi terhadap pinjaman luar negeri dalam
anggaran rutin dan pembangunan negara

4. Tingginya beban biaya rekapitalisasi perbankan

5. Penerimaan sumber pembiayaan dalam negeri yang belum optimal

6. Kepastian penegakan hukum

7. Pengawasan dan proses audit

8. Kemampuan pelaku ekonomi untuk memperhitungkan resiko

9. Rendahnya gaji pegawai negeri sipil (PNS)

10. Asimetri informasi

11. Kerusakan lingkungan dan meluasnya lahan kritis


Hubungan Kontekstual (contextual
relationship)
– V : kendala (1) mempengaruhi kendala • V: eij = 1; eij = 0
(2), tetapi tidak sebaliknya.

– A : kendala (2) mempengaruhi kendala • A: eij = 0; eij = 1


(1), tetapi tidak sebaliknya.

• X: eij = 1; eij = 1
– X : kendala (1) dan kendala (2) saling
mempengaruhi .

• O: eij = 0; eij = 0
– O : kendala (1) dan kendala (2) tidak
saling mempengaruhi.
  Sub-Elemen Tujuan ke- j yang akan dicapai
Sub-Elemen Tujuan
ke- i T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10

T1 X V V A O X X V V A
T2   X V O V A X X A O
T3     X X X O A X V V
T4       X V V O A A V SSIM (Structural Self- Interaction Matrix)
T5         X X V X O O
T6           X V V O X
• V: eij = 1; eij = 0
T7             X V V O • A: eij = 0; eij = 1
T8               X V X • X: eij = 1; eij = 1
T9                 X V • O: eij = 0; eij = 0
T10                   X
RM (Reachability Matrix)
  Sub-Elemen Tujuan ke- j yang akan dicapai
Sub-Elemen Tujuan
ke- i T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10

T1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0
RM: Binary matrix bujur T2 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0
sangkar yg bersifat: T3 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1
T4 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1
Reflexive dan
T5 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0
Transitive. T6 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1
T7 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0
T8 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1
T9 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1
T10 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1
Driver Power

Ranks
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10
T1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 1
T2 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 5 3
T3 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 6 2
T4 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 6 2
T5 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 6 2
T6 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 7 1
T7 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 6 2
T8 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 7 1
T9 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 4 4
T10 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 4 4
Dependency 5 7 7 4 6 5 5 8 5 6
Ranks 4 2 2 5 3 4 4 1 4 3
Level -5 T4

Level -4 T1 T6 T7 T9

Level -3 T5 T10

Level -2 T2 T3

Level -1 T8
Struktur Hirarki Hubungan Antar Sub-Elemen Tujuan

ELEMEN KUNCI
t1;t2;t3;t4;t5;t7;t8;t10,t11
Elemen Kebutuhan untuk Renovasi Perekonomian 6.    Penggunaan dan penerapan teknologi tepat sasaran
1.  Kinerja ekonomi makro dengan komposisi yang tepat 7.  Kelembagaan pemerintah dan kepemimpinan nasional yang
handal
2. Peningkatan pengembangan dan kinerja sektor riil berbasis
8.     Effektifitas hukum dan peradilan ekonomi
sumberdaya nusantara
9.    Pengembangan prasarana pembangunan/infrastruktur
3.   Restrukturisasi sektor moneter/finansial
10. Kelestarian lingkungan hidup dalam pembengunan
4.  Peran serta Masyarakat berkelanjutan

5.   Aksesibilitas dan alokasi sumber daya ekonomi yang adil 11.   Perluasan lapangan kerja

S3 S4 S11

S2

S1
Elemen Kendala Renovasi Perekonomian
1.  Ketidakpastian nilai tukar mata uang 6. Kepastian penegakan hukum

2.  Lemahnya koordinasi piranti kebijakan pemerintah (cadangan 7. Pengawasan dan proses audit
devisa, suku bunga, fiskal dan deregulasi) 8. Kemampuan pelaku ekonomi untuk memperhitungkan
3.  Ketergantungan yang tinggi terhadap pinjaman luar negeri resiko
dalam anggaran rutin dan pembangunan negara 9. Rendahnya gaji pegawai negeri sipil (PNS)
4. Tingginya beban biaya rekapitalisasi perbankan 10. Asimetri informasi
5. Penerimaan sumber pembiayaan dalam negeri yang belum 11. Kerusakan lingkungan dan meluasnya lahan kritis
optimal

S9 S11

S1
S2 S8
S1 S10

S1
Sub-Elemen Kunci pada setiap Elemen Sistem

Kebutuhan: Kendala:
1. Pengembangan Kelembagaan Usaha Usaha Tani yang tersebar dan skala yang
2. Pembinaan Pelaku Usaha kecil.

Perubahan:
1. Sub-elemen Proksi:
• Teknologi dan skala usaha
TUJUAN:
budidaya Sistem 1. Meningkatnya iklim usaha
• Ketersediaan dan Mutu Pengembangan dan Investasi
Bahan Baku Industri Minyak 2. Meningkatnya akses dan
• Perluasan Pasar Ekspor Atsiri kemudahan dalam
permodalan usaha:
2. Teknologi Ekstraksi
3. Iklim Usaha

Pelaku:
Kegiatan: • Petani Atsiri
Pengembangan dan Aplikasi • Pengusaha Ekstraksi
paket Teknologi Usaha
Tani • Industri Hilir Atsiri
Indikator:
1. Meningkatnya produk yg diserap
pasar
2. Meningkatnya rendemen ekstraksi
3. Meningkatnya kemudahan
memperoleh modal usaha.
Analisis Pengembangan Kemitraan

*) Strukturisasi Pengembangan
*) Faktor Penentu Pengembangan
*) Alternatif Model Pengembangan

• Aspek Perubahan yg diinginkan/tujuan yang ingin dicapai


• Aspek Kebutuhan stakeholder yang ingin dipenuhi.
• Aspek Kendala yg dihadapi dlm pengembangan kemitraan
Strukturisasi Pengembangan
Penjaringan data/informasi:
• Survey lapang & Focused Group Discussion

Elemen Perubahan yg diinginkan /tujuan yg dicapai

• Meningkatnya nilai harga jual Bokar di tingkat petani (T-1)


• Posisi tawar antara Petani dan Industri Karer Remah yang
lebih seimbang (T-2)
• Transaksi antara Petani dan Industri Karet Remah yang
lebih mudah dan murah (T-3),
• Komitmen yang lebih baik terhadap kesepakatan yang terjalin
dalam program kemitraan (T-4),
• Kemitraan berlangsung lebih langgeng (T-5),
• Kemitraan yang lebih mandiri (T-6)
• Meningkatnya volume transaksi Bokar antara Petani dan
Industri Karet Remah (T-7), dan
• Meningkatnya mutu Bokar (T-8).
Strukturisasi Pengembangan
Penjaringan data/informasi:
• Survey lapang & Focused Group Discussion

Elemen Kebutuhan Stakeholder

• Diperolehnya harga Bokar yang lebih wajar (N-1),


• Transparansi dan informasi harga yang lebih baik (N-2),
• Proses transaksi yang lebih “fair”, transparan,
dan sederhana (N-3),
• Biaya transaksi yang labih murah (N-4),
• Volume transaksi yang cukup signifikan bagi
kebutuhan pabrik (N-5),
• Mutu Bokar yang lebih baik dan terjamin dengan
harga yang sesuai mutu (N-6),
• Diperolehnya bantuan kredit untuk kebutuhan
Saprodi yang lebih mudah (N-7),
• Diperolehnya jaminan pasokan dan pasar Bokar
yang lebih pasti (N-8).
Strukturisasi Pengembangan
Penjaringan data/informasi:
• Survey lapang & Focused Group Discussion

Elemen Kendala Pengembangan

• Lemahnya Kelembagaan Petani Karet (K-1),


• Keengganan Industri Karet Remah untuk bermitra (K-2),
• Ketergantungan petani yang tinggi kepada
Pedagang Pengumpul (K-3),
• Industri Karet Remah lebih suka bertransaksi
dengan pedagang (K-4),
• Volume transaksi dengan petani mitra yang rendah (K-5),
• Toleransi Industri Karet Remah dalam menerima Bokar
dengan mutu yang beragam/rendah (K-6),
• Apresiasi harga terhadap mutu Bokar yang lebih baik (K-7),
• Proses dan mekanisme penetapan mutu Bokar (K-8).
Struktur Hirarki Elemen Tujuan Strukturisasi
Pengembangan
Level-1 T-5 T-6 T-7

Level-2 T-1 T-2 T-3 T-4 T-8

Struktur Hirarki Elemen Kebutuhan

Level-1 N-5 N-8

Level-2 N-1 N-2 N-3 N-4 N-6

Level-3 N-7

Struktur Hirarki Elemen Kendala

K-2 K-3 K-4 K-5 K-6 K-7 K-8

K-1
No. Aspek Elemen Kunci / Elemen Dgn "Driver Power" yg tinggi
1 Perubahan / Tujuan yang T-1: Meningkatnya nilai harga jual Bokar di tingkat petani,
diinginkan.
T-2: Posisi tawar antara Petani dan Industri Karer Remah yang lebih seimbang
T-3. Transaksi antara Petani dan Industri Karet Remah yang lebih mudah dan
murah.
T-4: Komitmen yang lebih baik terhadap kesepakatan yang terjalin dalam
program kemitraan
T-8:. Meningkatnya mutu Bokar
     
2 Kebutuhan N-8: Diperolehnya bantuan kredit untuk kebutuhan Saprodi yang lebih mudah
N-1: Diperolehnya harga Bokar yg lebih wajar
N-2: Transparansi dan informasi harga yg lebih baik
N-3: Proses transaksi yg lebih "fair", transparan, dan sederhana
N-4: Biaya transaksi yg lebih murah
N-6: Mutu Bokar yg lebih baik dan terjamin dg harga yg sesuai mutu
     
K-1:Lemahnya kelembagaan petani Bokar.
K-2: Keengganan Industri Karet remah untuk bermitra
K-3: Ketergantungan petani yg tinggi kpd pedagang pengumpul
K-4: Industri lebih suka bertransaksi dengan pedagang
3 Kendala
K-5: Volume transaksi dgn petani yg rendah
K-6: Toleransi Industri dlm menerima Bokar dgn mutu yg beragam /rendah
K-7: Apresiasi harga thd mutu Bokar
K-8: Proses dan penetapan mutu Bokar.
Metode
Interpretive Structural Modellng

Analisis
Hubungan Kontekstual
antar Elemen Perubahan/
Tujuan, Kebutuhan,
Dan Kendala

Elemen Kunci Struktur Hirarki Elemen Pengelompokan Elemen

Faktor-faktor Pengembangan

Analisis
Tingkat Kepentingan Faktor
Dgn
Analytical Hierarchy Process
Faktor Penentu
Pengembangan
Bobot kepentingan Faktor Penentu Pengembangan 1.2
Kemitraan
0.14 1
0.12
0.8
0.1

0.08 0.6
Bobot

0.06
0.4
0.04

0.02 0.2

0 0
No.Faktor

5.2.

7.2.

8.2.

5.1.

6.2.

2.1.

7.1.
1.1.

1.3.

3.0.

6.1.

4.2.

8.1.

6.3.

2.2.

4.3.

4.1.

1.2.
1.1. 5.2. 7.2. 1.3. 3.0. 6.1. 8.2. 5.1. 6.2. 4.2. 8.1. 6.3.
2.1. 7.1. 2.2. 4.3. 4.1. 1.2. Bobot Agregat Kumulatif

Aspek/ Faktor Aspek/ Faktor


Kelembagaan 1.1. Lembaga Ekonomi petani Bokar yg kuat Mutu Bokar: 5.1. Mutu (standar mutu) bokar
(1) yang ditransaksikan (8)
1.2. Keberadaan dan peran Lembaga 5.2. Insentif harga terhadap mutu
Mediator/Pembina (2)
1.3. Kesetaraan Posisi (4) Transparansi/ 6.1. Transparansi Penetapn
Aksessibilitas Mutu/KKK (6)
Yuridis Formal 2.1. Perjanjian tertulis ttg hak dan kewajiban
6.2. Transparansi Penetapan Harga
2.2. Kesepakatan tidak tertulis (9)
Volume Transaksi 3.0. Volume transaksi yang ekonomis (5) 6.3. Aksessibilitas Informasi Harga
Mekanisme 4.1. Proses transaksi yg mudah dan murah Kelembagaan 7.1. Pedagang Pengumpul
Transaksi Tataniaga
4.2. Jaminan pasar dan pasokan (10)
Alternatif 7.2. Pasar Lelang (3)
4.3. Sistem pembayaran yang cepat dan
sederhana Pembinaan 8.1. Pembinaan bagi Lembaga
Ekonomi Petani Bokar (11)
8.2. Dukungan bantuan /kredit
permodalan dan Saprodi (7)

Anda mungkin juga menyukai