SISTEM FILSAFAT
• Aliran Meterialisme
• Aliran Idealisme/Spiritualisme
• Aliran Realisme
Aliran Materialisme
Aliran materialisme: bahwa hakikat realitas
kesemestaan, termasuk makhluk hidup,
manusia, ialah materi.
Semua realitas ditentukan oleh materi
(misalnya benda-ekonomi, makanan) dan
terikat pada hukum alam, yaitu hukum
sebab-akibat (hukum kausalitas) yang
bersifat obyektif.
Aliran Idealisme/Spiritualisme
Idealisme atau spritualisme: ide atau spirit
manusia yang menentukan hidup dan
pengertian manusia.
Subyek manusia sadar atas realitas dirinya dan
kesemestaan, karena ada akal budi dan
kesadaran rohani.
Manusia yang tak sadar atau mati sama sekali
tidak menyadari dirinya apalagi realitas semata.
Jadi, hakikat diri dan kenyataan ialah akal budi
(ide dan spirit).
Aliran Realisme
• Realisme: bahwa aliran materialisme dan
idealisme tidak sesuai dengan kenyataan
(tidak realistis).
• Realitas kesemestaan, terutama
kehidupan bukanlah benda (materi)
semata-mata.
• Kehidupan, tampak pada tumbuhan,
hewan, dan manusia, hidup berkembang
biak, kemudian tua, akhirnya mati.
• Realitas tersebut lebih daripada materi.
Karenanya, realitas itu adalah paduan
benda (materi dan jasmaniah) dengan
yang non-materi (spiritual, jiwa, dan
rohaniah).
• Khusus pada manusia, tampak dalam
gejala daya pikir cipta, dan budi.
• Jadi, realisme merupakan sintesis antara
jasmaniah-rohaniah, materi dengan non-
materi.
Nilai Pancasila Berwujud dan
Bersifat Filsafat
1. Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa, artinya yang terkandung dalam
Pancasila dijadikan dasar dan pedoman
dalam mengatur sikap dan tingkah laku
manusia Indonesia, dalam hubungannya
dengan Tuhan, masyarakat, dan alam
semesta.
2. Pancasila sebagai dasar negara, berarti
nilai yang terkandung dalam Pancasila
dijadikan dasar dan pedoman dalam
mengatur tata kehidupan bernegara,
seperti yang diatur oleh UUD 1945.
3. Filsafat Pancasila yang abstrak tercermin
dalam Pembukaan UUD 1945 yang
merupakan uraian terinci dari Proklamasi
17 Agustus 1945 yang dijiwai Pancasila.
4. Pancasila yang dirumuskan dalam
Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu
kebulatan yang utuh.
5. Jiwa Pancasila yang abstrak setelah
tercetus menjadi Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, tercermin
dalam pokok-pokok yang terkandung
dalam Pembukaan UUD 1945.
6. Berdasarkan penjelasan otentik UUD 1945,
undang-undang dasar menciptakan pokok-
pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 pada pasal-pasalnya.
Berarti pasal-pasal dalam Batang Tubuh UUD
1945 menjelmakan pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
sebagai perwujudan dari jiwa Pancasila.
7. Karena itu, kesatuan tafsir sila-sila Pancasila
harus bersumber dan berdasarkan Pembukaan
dan Batang Tubuh UUD 1945.
8. Nilai-nilai yang hidup berkembang dalam
masyarakat Indonesia yang belum
tertampung dalam pembukaan UUD 1945
perlu diselidiki untuk memperkuat dan
memperkaya nilai-nilai Pancasila yang
terkandung dalam Pembukaan dan
Batang Tubuh UUD 1945.
Pengertian Pancasila secara Filsafat
• Pancasila sebagai filsafat mengandung
pandangan, nilai dan pemikiran yang dapat
menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi
Pancasila
• Filsafat Pancasila didefinisikan sebagai refleksi
kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa,
dengan tujuan untuk mendapatkan pokok
pengertiannya secara mendasar dan
menyeluruh
Pembahasan filsafat dilakukan secara deduktif,
dengan mencari hakikat Pancasila, menganalisis
dan menyusunnya secara sistematis menjadi
keutuhan pandangan yang komprehensif.
Secara induktif, dengan mengamati gejala sosial
budaya masyarakat, merefleksikannya, dan
menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala.
Wawasan filsafat meliputi bidang-bidang
penyelidikan ontologi, epistemologi, dan
aksiologi. Ketiga bidang ini dapat diangap
mencakup kesemestaan.
Aspek Ontologi: