Anda di halaman 1dari 6

ETBIS WEEK 3

TEORI ETIKA
Virtue Ethics
Virtue ethics dapat diartikan sebagai suatu konsep dalam menjalani kehidupan berdasarkan
komitmen untuk menerima sebuah keidealan yang jelas. “akan menjadi siapakah saya, dan
bagaimana menjadi seseorang tersebut”. Teori ini berfokus kepada karakter moral dari pengambil
keputusan, bukan konsekuensi dari keputusan (utilitarianisme) atau motivasi dari pengambil
keputusan (deontology). Dua permasalahan utama dari virtue ethics menurut Brooks dan Dunn (2012)
adalah menentukan virtues apa yang harus dimiliki seseorang sesuai dengan jabatan dan tugasnya, dan
bagaimana virtues ditunjukkan di tempat kerja.
Dalam hal ini jika menghubungkan pengambilan keputusan yang dilakukan Dennys A. Gioia dengan Teori
Etika Kebajikan maka keputusan yang diambilnya bisa dikatakan salah karena bertentangan dengan
karakter moral yang sebenarnya dia miliki. Namun pendapat ini bisa juga salah karena melihat
pengambilan keputusan yang dilakukan Dennys semasa kerjanya dia sama sekali tidak memiliki keraguan
atau dengan kata lain keputusan yang dia ambil dianggapnya benar karena telah melalui berbagai
pertimbangan terlebih dahulu dan bisa saja dibenarkan secara etika apabila keputusan yang diambilnya
untuk kebaikan perusahaan sesuai dengan jabatan dan tugasnya.
ETHICS FOR THE GREATER GOOD
Lebih berfokus pada hasil tindakan Anda daripada kebajikan nyata dari tindakan
itu sendiri — yaitu, fokus pada kebaikan terbesar untuk sebagian besar orang.
Awalnya dikemukakan oleh seorang filsuf Skotlandia bernama David Hume,
pendekatan etika ini juga disebut sebagai utilitarianisme. Masalah dengan
pendekatan etika ini adalah gagasan bahwa tujuan membenarkan cara. Jika
semua yang Anda fokuskan adalah melakukan kebaikan terbesar untuk sebagian
besar orang, tidak ada yang bertanggung jawab atas tindakan yang diambil untuk
mencapai hasil itu. Abad ke-20 menyaksikan salah satu contoh paling ekstrem
tentang hal ini ketika Adolf Hitler dan partai Nazi-nya melancarkan genosida
nasional terhadap orang-orang Yahudi dan orang-orang "cacat" dengan alasan
utilitarian memulihkan ras Arya.
UNIVERSAL ETHICS
Awalnya dikaitkan dengan seorang filsuf Jerman bernama Immanuel Kant, etika
universal, berpendapat bahwa ada prinsip tertentu dan universal yang harus
diterapkan pada semua penilaian etis. Tindakan diambil di luar tugas dan
kewajiban terhadap cita-cita moral yang murni daripada berdasarkan kebutuhan
situasi, karena prinsip-prinsip universal dipandang berlaku untuk semua orang, di
mana saja, sepanjang waktu.

Masalah dengan pendekatan ini adalah kebalikan dari kelemahan dalam etika
demi kebaikan yang lebih besar. Jika semua yang Anda fokuskan adalah
mematuhi prinsip universal, tidak ada yang bertanggung jawab atas konsekuensi
dari tindakan yang diambil untuk mematuhi prinsip tersebut.

Anda mungkin juga menyukai