Anda di halaman 1dari 20

KELOMPOK 1

Abdul Azis 1804010135


Anwar Hidayat 1804010158
Fina Repitiyana 1804010134
Hilda Farhatul Fitri 1804010142
Pitri Dwi Rahmawati 1804010117
DIARE DAN KONSTIPASI
FARMASI 3D
MATERI
01 DEFINISI DAN PATOFISIOLOGI

KLASIFIKASI DAN MANIFESTASI


02 KLINIS/GEJALA

03 DIAGNOSIS,TERAPI FARMAKOLOGI
DAN TERAPI NON FARMAKOLOGI

04 KASUS DAN PEMECAHAN


MASALAH
DEFINISI Diare adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi buang

DIARE DAN air besar sampai lebih dari tiga kali sehari disertai dengan penurunan
konsistensi tinja sampai ke bentuk cairan. Diare sering dianggap
gangguan penyakit yang ringan, namun penanganan yang tidak tepat dan
KONSTIPASI atau terlambat dapat membuat penderita diare mengalami dehidrasi atau
kekurangan cairan dan bahkan menimbulkan kematian (Djunarko, 2011).
Konstipasi atau sembelit adalah suatu keadaan di mana proses buang air
besar menjadi sulit, frekuensinya jarang, dan kadang tidak tuntas. Pada
kondisi normal, biasanya pergerakan isi usus paling sedikit 3x dalam
satu minggu. Sehingga apabila sudah tidak bisa BAB lebihdari 2 hari
dapat dikatakan sudah mengalami kondisi konstipasi
(Harrison MD et al, 2005).
PATOFISIOLOGI DIARE
• Diare Osmotik
Diare ini timbul pada pasien yang saluran ususnya terpapar dan tak mampu menangani beban hiperosmolar,yang biasanya
terdiri dari Karbohidrat atau ion divalen. Diare ini, terjadi bila cairan yang tidak atau kurang dapat diabsorbsi terdapat berlebihan,
sehingga menyebabkan retensi air dalam lumen usus yang akhirnya hilang dalam feses
(Paul et al., 1990).
• Diare sekretorik
Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh; Infeksi virus, kuman-kuman patogen maupun apatogen, Infeksi
bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella dysentriae. Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk, dan infeksi Parasit misalnya
Entamoeba hystolitica, dan Giardiosis lambia. Penyebab lain berupa hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh
bahan-bahan kimia, makanan, gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi (Suharyono, 1992)
• Overgrowth bactery, malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak. Dalam keadaan normal, usus halus anak adalah relatif
steril. Bakteri tumbuh lampau (Overgrowth bactery) dapat terjadi pada setiap kondisi yang menimbulkan stasis isi usus. Jumlah
bakteri usus dapat meningkat pada bayi dengan diare non spesifik yang persisten dan dengan intoleransi monosakarida
sekunder. Organisme coliform biasanya predominan, walaupun bakteri anaerob (seperti bacteriodes) mungkin meningkat
secara kuantitati(Suharyono, 1992).
• Tidak adanya mekanisme absorbsi ion secara aktif yang biasanya terdapat dalam keadaan normal. Contoh klasik ialah penyakit
kongenital chloridorrhoea. Pada penyakit ini, penderita tidak mampu mengabsorbsi klorida secara aktif karena defek
pada sistempenukaran anion ileum. Hal ini mengakibatkan berkurangnya absorbsi cairan, asidifikasi isi lumen usus dan
konsentrasi klorida tinggi dalam cairan tidak terabsorbsi yang tinggal dalam lumen ileum dan kolonKonsentrasi klorida tinja
jauh melebihi kombinasi konsentrasi natrium dan kalium (Suharyono, 1992).
PATOFISIOLOGI KONSTIPASI
Patofisiologi konstipasi dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor dari dalam lumen dan faktor dari luar
lumen :
Faktor dari Lumen Kolon dan Rektum
Ada tiga faktor dari dalam lumen yang dapat menyebabkan konstipasi, yaitu:
1. Obstruksi kolon akibat keganasan, volvulus, atau striktur : obstruksi pada kolon akan menyebabkan
kesulitan pasase feses.
2. Berkurangnya motilitas usus : misalnya pada pasien yang menggunakan laksatif secara berlebihan dalam
waktu lama.
3. Obstruksi pada jalan keluar : misalnya akibat prolaps rektum, rectocele, spasme sfingter anal eksternum,
atau kerusakan nervus pudendus akibat komplikasi persalinan spontan
Faktor dari Luar Lumen
Beberapa faktor dari luar lumen yang dapat menyebabkan konstipasi adalah :
• Pola makan yang rendah serat, kurang cairan, serta konsumsi alkohol dan kafein yang berlebihan
• Penggunaan obat yang mempengaruhi neurotransmitter yang mengatur gerakan kolon
• Gangguan sistemik seperti gangguan endokrin dan gangguan neurologi (Dr. Junita Br Tarigan)
klasifikasi

01 Diare 02 Konstipasi
Berdasarkan durasinya, diare umumnya dibedakan menjadi dua : Ada dua jenis konstipasi berdasarkan lamanya keluhan yaitu :
1. Diare Akut 1. konstipasi akut, disebut konstipasi akut bila keluhan
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat berlangsung kurang dari 4 minggu.
dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak 2. Konstipasi kronis yaitu bila konstipasi telah berlangsung lebih
datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. dari 4 minggu disebut konstipasi kronik. Penyebab konstipasi
2. Diare Kronis kronik biasanya lebih sulit disembuhkan. (Kasdu, 2005 )
Diare kronis yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah
selama masa diare tersebut. Penyebabnya diakibatkan luka oleh
radang usus,tumor ganas dan sebagainya. Diare kronik lebih
komplek dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi
bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain
(Depkes RI 2011)
01 Manifestasi klinis/ Gejala diare
Menurut Suratun & Lusianah (2010), gambaran
klinis diare yaitu sebagai berikut:
1.Muntah/muntah dan/atau suhu tubuh
meningkat, nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi
tinja cair, tenesmus, hematochezia, nyeri perut
atau kram perut
02 Manifestasi klinis/ Gejala konstipasi

Menurut Akmal, dkk (2010), ada beberapa tanda dan gejala yang umum ditemukan pada
sebagian besar atau terkadang beberapa penderita sembelit sebagai berikut:
a. Perut terasa begah, penuh dan kaku.
b. Feses lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, dan lebih sedikit daripada biasanya;
c. Feses sulit dikeluarkan atau dibuang ketika air besar, pada saat bersamaan tubuh
berkeringat dingin ( bahkan sampai mengalami ambeien/wasir )
d. Bagian anus atau dubur terasa penuh, tidak plong, dan bagai terganjal sesuatu disertai
rasa sakit akibat bergesekan dengan feses yang kering dan keras atau karena mengalami
wasir sehingga pada saat duduk tersa tidak nyaman.
e. Lebih sering bung angin yang berbau lebih busuk daripada biasanya.
f. Usus kurang elastis ( biasanya karena mengalami kehamilan atau usia lanjut), ada bunyi
saat air diserap usus, terasa seperti ada yang mengganjal, dan gerakannya lebih lambat
daripada biasanya.
g. Terjadi penurunan frekuensi buang air besar.
01 Diagnosis Diare

Diagnosis diare berdasarkan gejala klinik seharusnya sudah memadai dan sudah cukup untuk
kepentingan terapi. Hal ini karena diare yang disebabkan oleh infeksi dan karena intoleransi makanan
mencakup sebagian besar kasus diare. Namun demikian diagnosis pasti atau tetap perlu diupayakan demi
kepentingan penelitian, pendidikan dan upaya pencegahan pada masyarakat. Langkah-langkah diagnosis
gastroenteritis adalah sebagai berikut:
• Anamnesis, meliputi: lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak adanya
lendir dan darah.
• Pemeriksaan fisik, perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan
serta tekanan darah.
• Laboratorium
a) Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan
terhadap antibiotika.
b) Urine: Urine lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
c) Tinja: Pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik (Juffrie et al, 2010).
02 Diagnosis Konstipasi

Anamnesis dan pemeriksaan fisik memegang peranan penting dalam diagnosis konstipasi. Dari anamnesis dijumpai manifestasi
klinis seperti disebutkan di atas. Temuan klinis tersebut kemudian disesuaikan dengan kriteria diagnosis konstipasi menurut ROME
III. Diagnosis ditegakkan bila dijumpai setidaknya dua gejala selama sebulan pada anak usia kurang dari 4 tahun. Untuk anak usia
lebih dari 4 tahun, harus dijumpai 2 gejala atau lebih yang tidak termasuk IBS dan gejalanya harus dijumpai setidaknya sekali dalam
seminggu selama 2 bulan. Dikatakan konstipasi akut bila keluhan berlangsung kurang dari 1-4 minggu dan konstipasi dikatakan
kronis apabila keluhan berlangsung lebih dari 1 bulan. Pendapat lain yang diajukan oleh Croffie menyatakan bahwa konstipasi
dikatakan kronis apabila berlangsung lebih dari 8 minggu. Kriteria Diagnosis konstipasi Berdasarkan ROME III.
Bayi/balita (usia < 4 tahun)
Dalam 1 bulan paling kurang terdapat 2 kriteria dibawah ini :
• ≤ 2 x defekasi/ minggu
• ≥ 1 x episode inkontinensia/minggu setelah memperoleh toilet skill.
• Riwayat retensi feses yang berlebihan atau riwayat sangat nyeri atau sembelit.
• Terdapat massa feses yang besar di rektum.
• Terdapat riwayat feses yang berukuran besar yang menyumbat toilet.
• Keadaan tersebut dapat disertai dengan irritabel, Penurunan nafsu makan atau tidak
• Hal ini juga dapat disertai oleh feses yang berukuran besar.
Anak usia > 4 tahun
Dalam 2 bulan paling kurang terdapat 2 kriteria di bawah ini :
• ≤ 2 x defekasi/ minggu.
• ≥ 1 x episode inkontinensia/minggu.
• Riwayat posisi menahan atau BAB tertahan.
• Riwayat nyeri saat buang air besar atau tinja yang keras.
• Terdapat massa feses yang besar di dalam rektum.
• Riwayat feses yang berukuran besar yang menyumbat toilet.
02 Diagnosis konstipasi

• Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pengukuran kadar hormon tiroksin dan thyroid stimulating
hormone (TSH), tes serologi, foto polos abdomen, barium enema, manometri anorektal dan kolon, biopsi rektum,
pemeriksaan transit marker radioopaque dan ultrasonorafi abdomen. Pemeriksaan penunjang tersebut dilakukan untuk
menyingkirkan diagnosis banding konstipasi.
• Diagnosis Banding
Pesudokonstipasi adalah salah satu diagnosis banding yang sering dijumpai. Pada pseudokonstipasi orang tua mengeluh
bahwa anaknya menderita konstipasi padahal bukan konstipasi. Mereka mengeluh bayinya sering menggeliat, wajahnya
memerah dan tampak mengejan kesakitan saat buang air besar. Perlu ditanyakan mengenai konsistensi tinja dan
frekuensi defekasi, dilakukan pemeriksaan abdomen dan colok dubur. Apabila tinja lunak dan tidak dijumpai kelainan
dalam pemeriksaan fisik, hal tersebut merupakan kondisi normal. Apabila awitan konstipasi terjadi sejak lahir, perlu
dipertimbangkan diagnosis banding penyakit Hirschsprung. Jika anak demam, anoreksia, mual, muntah dan terjadi
penurunan berat badan perlu dipertimbangkan penyebab organik. Terdapat beberapa diagnosis banding lain dari
konstipasi yang terkait gangguan psikis, organik, paparan obat dan lain-lain.
.
TERAPI FARMAKOLOGI DIARE
• Bila sesak nafas dapat diberikan oksigen, infus untuk memberikan cairan dan elektrolit.
• Pemberian antibiotika apabila terdapat infeksi
• Bila penyebab penyakit berupa amoeba/parasit/giardia dapat diberikan metronidazol.
• Apabila pasien alergi terhadap makanan/obat/susu, dapat diobati dengan menghentikan
makanan/obat penyebab alergi tersebut.
• Keganasan/polip diobati dengan pengangkatan kanker/polip.
• TB usus diobati dengan OAT.
• Diare karena kelainan endokrin, diobati dengan kelainan endokrinnya.
• Malabsorbsi di atasi dengan pemberian enzim.
• Kolitis diatasi sesuai jenis kolitisnya.
TERAPI NON-FARMAKOLOGI
DIARE
Pasien sebaiknya mengkonsumsi makanan-makanan yang tinggi
kalori, tinggi protein, diet lunak tidak merangsang, bila tidak tahan
laktosa diberikan rendah laktosa, bila maldigesti lemak diberikan
rendah lemak. Bila penyakit chron dan kolitis ulserosa diberikan
rendah serat pada keadaan akut. Minum yang banyak dan bila perlu
infus untuk mencegah dehidrasi.
TERAPI FARMAKOLOGI
KONSTIPASI
1) Adsorben dan obat pembentuk massa
• Kerja obat : menyerap racun, mengurangi frekuensi buang air besar dan memadatkan massa tinja.
• Contoh obat : Norit (karbo-adsorben)
• Aturan pakai :
Dewasa: 3-4 tablet @250mg, 2-3 x sehari.
Anak: 1-2 tablet @250mg, 2-3 x sehari.
• Efek samping : muntah, konstipasi, feses hitam.
• Obat dengan kandungan bahan aktif norit yang beredar di pasaran : Bekarbon®, Norit®.
2) Rehidrasi Oral
• Kerja obat : glukosa menstimulasi secara aktif transportNa dan air melalui dinding usussehingga mencegah tubuh
kekurangan cairan yang banyak keluar bersama kotoran.
• Contoh obat : Oralit
• Aturan pakai : 1 bungkus serbukoralit dilarutkan dalam 200 mL (1 gelas)
• Efek samping : hiperkalemi dan hipernatremia.
• Obat di pasaran : Oralit®, Alphatrolit®, Aqualyte®, Bioralit®, Corsalit®
TERAPI FARMAKOLOGI
KONSTIPASI
3) Kombinasi kaolin-pektin dan attapulgite
• Kerja obat : untuk pengobatan simptomatik pada diare non-spesifik
• Aturan pakai : Dewasa dan anak usia lebih dari 12 tahun : 1 tablet setiap habis BAB, maksimum 12 tablet/hari
Anak 6-12 tahun : 1 tablet setiap habis BAB, maksimum 6 tablet/hari
• Efek samping : konstipasi, impaksi feses.
• Obat di pasaran : Akita®, Andikap®, Anstrep®, Neo diastop®, Neo diarex®, Neo eterodiastop®, Neo entrostop®,
Entrogard®, Neo asta®, Kaolimec®, Salfaplas®, New guanistreep®
4) Antimotilitas
• Kerja obat : menghambatgerak peristaltik usus dan meningkatkan penyerapan kembali cairan di usus besar.
• Contoh obat : Loperamid
• Aturan pakai :
Dewasa : 2 tablet @2 mg sekaligus disusul dengan 1 tablet setiap 2 jam sampai diare berhenti, mak 8 tablet/hari.
Anak > 8 tahun : 1 tablet @2 mg, 5 x sehari.
Anak < 8 tahun : sirup dengan dosis berdasarkan berat badan3kg : 4x sehari ¼takaran, 5kg : 4x sehari ¼ -0,5 takaran,
10kg : 4x sehari 0,5 –1 takaran, 6x sehari 1 takaran, 15kg : 5x sehari 1,5 takaran
(1 takaran = 5 mL).
• Efek samping : kejang perut, gangguan lambung, mulut kering, ruam kulit dan pusing
• Obat di pasaran : Imodium®,Alphamido®, Amerol®,Antidia®, Colidium®, Diadium®, Lexadium®,
Loremid®, Motilex®, Lomodiumt®, Lodiag®, Lopamid (Djunarko, 2011)
TERAPI NON-FARMAKOLOGI
KONSTIPASI
• Banyak minum air putih
• Pada bayi, ASI boleh tetap diberikan, tetapi untuk susu formula harus dibuat lebih encer sampai
dua kali lipat
• Hindari kopi, teh dan susu
• Makanan padat diganti dengan bubur, roti, atau pisang
• Memeriksa penyebab diare, apakah disebabkan oleh makanan, obat, susu, atau lainnya sehingga dapat
mencegah terulangnya diare
• Memeriksa tinja, apakah terdapat lendir atau darah atau tidak
• Memeriksa tanda-tanda dehidrasiringan sampai berat
• Cuci tangan setiap buang air untuk mencegah penularan
• Menjagakebersihan diri dan lingkungan (Djunarko, 2011)
KASUS DAN PEMECAHAN KASUS
DIARE
 Studi kasus DIARE Seorang anak usia 5 tahun buang air besar sebanyak 7 kali, karakteristik feses yaitu
terdapat mukoid, tetapi tidak terdapat darah. Selain itu, pasien menderita demam dan terus menangis.
 Pembahasan Analisa SOAP
• SUBJECT:Buang air besar sebanyak 7 kali, feses terdapat mukoid, tetapi tidak terdapat darah, demam dan
terus menangis.
• OBJECT : -
• ASSASMENT: Mengalami buang air besar sebanyak 7kali (Diare)
• PLANNING: Dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu
 Farmakologis: - Paracetamol sirup 250mg , 3 x sehari satu sendok teh jika diperlukan
- Oralit untuk penanganan pertama dan mencegah terjadinya dehidrasi
 Non Farmakologis: Cuci tangan yang bersih dan memakai sabun sebelum makan, memakan buah atau jus
buah, tidak jajan sembarangan
• KIE Memotivasi untuk meminum obat dan memulai pola hidup sehat.
KASUS DAN PEMECAHAN KASUS
KONSTIPASI
 Seorang pasien bernama ibu Ayi (35 thn) mengalami kesulitan buang air besar selama 3 hari pasca
melahirkan.
 Pembahasan Analisa SOAP
• SUBJECT: kesulitan buang air besar pasca melahirkan
• OBJECT: konstipasi selama 3 hari
• ASSASMENT: mengalami kesulitan buang air besar selama 3 hari paska melahirkan (konstipasi)
• PLANNING: Dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu
 Terapi non farmakologi, banyak meminum air putih ,makan makanan berserat (wortel, kacang-kacangan
dll), dan olah raga.
 Terapi farmakologi : pemberian obat bisakodil sebagai laksatif pembentuk massa, laktulosa
penggunaannya disarankan jika sangat diperlukan, penggunaan tidak dalam jangka waktu panjang.
• KIE : Menjelaskan pola hidup sehat. Tetap mengkonsumsi makanan kaya serat (sayuran dll) , minum
minimal 4 gelas per hari dan olahraga.
THANK YOU!!!!!!

Anda mungkin juga menyukai