Anda di halaman 1dari 77

Obat Gangguan Sistem

Neurologi
APT. RATIH PRATIWI SARI, M.SC
Penggolongan Obat SSP

Farmakodinamikanya
Berdasarkan Farmakodinamikanya

Merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak


langsung merangsang aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta
syarafnya
SSP Berdasarkan

Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak


langsung memblokir  proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum
tulang belakang dan saraf- sarafnya
Obat-obat SSP
Obat-obat
Golongan Obat sistem Saraf Pusat

Analgetik &
Anti Inflamasi Anti Konvulsi
Non Steroid

Hipnotik- Anestesi Umum


Sedatif dan Lokal

Psikotropik
ANALGETIKA

 Analgetika atau obat penghilang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan
anastetika umum)
 Berdasarkan efek farmakologinya Analgetik dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Analgetik Narkotik
2. Analgetik Perifer ( Non-narkotik)
Apa itu Nyeri ?

 Sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila kita mengalami cedera atau
kerusakan pada tubuh kita yang disebabkan baik oleh gangguan Fisik ataupun
kimia. Nyeri dapat terasa sakit, panas, gemetar, kesemutan.
 Nosisepsi adalah mekanisme dimana stimuli perifer yg dianggap berbahaya
ditransmisikan ke sistem saraf pusat.
 Nociceptors polimodal (PMN) adalah tipe neuron sensorik perifer utama yang
merespon terhadap rangsangan berbahaya. Sebagian besar adalah Serat-serat yang
menanggapi rangsangan termal, mekanik dan kimia.
Mekanisme Umum Penghambatan Nyeri

Merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer dengan analgetik perifer

Merintangi penyaluran rangsangan di saraf-saraf sensoris, misal dengan anastetik lokal

Blokade pusat nyeri di susunan saraf pusat dengan analgetik sentral (narkotik) atau
dengan anastetik umum
1. Analgetik Opioid/Narkotik
Disebut juga OPIOIDA (=mirip opiat) adalah zat yang bekerja terrhadap reseptor
opioid khas di susunan saraf pusat (SSP) hingga persepsi nyeri dan respon
emosional terhadap nyeri berubah (dikurangi).

Tubuh dapat mensintesa zat-zat opioidnya sendiri, yakni zat endorfin (adalah
kelompok polipeptida endogen yang terdapat di cairan cerebrospinal (CCS) dan
dapat menimbulkan efek yang menyerupai efek morfin).
Berdasarkan Kerjanya dapat digolongkan

Agonis Opiat Antagonis Opiat Kombinasi


• morfin, kodein, • Nalokson, nalorfin, • Zat ini juga dapat
heroin, nicomorfin pentazosin mengikat pada
• Zat sintesis : reseptor opioid,
metadon dan tetapi tidak
derivat-derivatnya mengaktivasi
(propoksifen), kerjanya dengan
petidin dan sempurna
derivatnya serta
tramadol
Morphine

 Efek terhadap SSP


Analgesia : Meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit. Oleh karena itu,
membantu pasien untuk menghilangkan dysphoria, kecemasan. Tetapi tidak
menghilangkan kesadaran.
Depresi pernapasan dan penekanan batuk: mengurangi respon dari pusat
pernafasan di batang otak dan menghambat kadar karbon dioksida langsung pd
pusat pernapasan.
Codein

 Efek farmakologis yang diberikan oleh codein mirip dg Morphine.


 Digunakan untuk pengobatan batuk dan nyeri ringan
 Efek samping yg ditimbulkan sedasi, depresi pernafasan, efek terhadap GI,
kecanduan. (walaupun tidak sebesar morphine)
Petidin

 Efek mirip dg morphine, bekerja pd agonis μ-reseptor


 Digunakan untuk terapi : analgesik, asma jantung, sedasi (mengurangi dosis
anestesi) dan hibernasi buatan.
 Efek samping: menyebabkan depresi pernapasan dan kecanduan.

Metadon
 digunakan untuk mengobati kecanduan morfin dan diamorfin karena kecanduan
kronis dan signifikan nya
Antagonis Opioid

 Antagonis murni termasuk nalokson (short-acting) dan naltrexone (long-acting).


Mereka memblokir μ-, reseptor κ-dan-δ .
 Nalokson tidak mempengaruhi ambang nyeri, tapi memblok stres akibat
analgesia, dan dapat memperburuk nyeri klinis.
 digunakan untuk mengobati overdosis opioid atau untuk meningkatkan
pernapasan pada bayi baru lahir yg dipengaruhi oleh efek opioid yang diberikan
kepada ibu.
2. Obat Analgesik Perifer (Non Narkotik)

 Parasetamol
 Salisilat : Asetosal, salisilamid, dan benorilat
 Penghambat prostaglandin (NSAID’S) ; ibupropen
 Derivat-derivat Pirazolinon : aminofenazon
 Derivat-derivat antranilat : mefenaminat
 Lainnya : benzidamin
Penggunaan
 Efek Analgetik
Meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi susunan saraf pusat
atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan (intensitas nyeri ringan
sampai sedang)
 Efek antipiretik
Obat-obat ini akan menurunkan suhu badan hanya pada keadaan demam. Daya
antipiretiknya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus yang
mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dan bertambahnya pengeluaran kalor dan
disertai keluar keringat yang banyak.
 Efek anti radang atau anti inflamasi
Analgetik juga memiliki daya anti radang, khususnya kelompok NSAID’S (Non-Steroid
Anti Inflamasi Drugs) termasuk asetosal
Zat-zat ini digunakan untuk rasa nyeri yang disertai peradangan
ANALGETIK ANTI RADANG
(NSAID’S)
 NSAID’S (Non Steroid Anti InflamasiDrugs) berkhasiat analgetik, antipiretik dan
anti radang dan sering digunakan untuk menghalau gejala penyakit rema, seperti
arthritis rheumatica, artrosis.

 Obat ini juga efektif untuk peradangan lain akibat trauma (pukulan, benturan,
kecelakaan). Juga pada setelah pembedahan atau memar akibat olah raga. Intinya
obat ini mencegah pembengkakan bila diminum sedini mungkin dalam dosis yang
cukup tinggi.
Penggolongan

 Salisilat : asetosal, benorilat dan diflunisal


Dosis anti radang 2-3 kali lebih tinggi dari pada dosis analgetik. Tetapi karena
resiko efek samping sehingga jarang digunakan dalam obat rematik.
 Asetat : diklofenak, alklofenak, indometasin, sulindac
Alklofenak jarang digunakan lagi karena menimbulkan reaksi kulit.
Indometasin termasuk obat yang terkuat daya anti radangnya. Tetapi lebih sering
menyebabkan keluhan lambung.
Con’t

 Propionat: Ibupropen, ketopropen, naproksen


 Oxicam : piroksikam, tenoxicam, meloxicam
 Antranilat: mefenaminat, nifluminat dan meclofenamic acid
 Pirazolon : (oxy) fenilbutazon, azapropazon
 Lainnya : Nabumeton, benzidamin kream 3%, bufexamac kream 5%
Benzidamin berkhasiat anti radang tetapi kurang efektif pada gangguan rematik
Mekanisme Kerja

 Cara kerja NSAID’S sebagian besar berdasarkan hambatan sintesa prostaglandin


dimana kedua jenis ciklo-oksigenase diblokir
 NSAID’S idealnya hanya menghambat ciklo-oksigenase II/COX-II (peradangan)
dan tidak COX-I (perlindungan mukosa lambung)
Efek Samping secara Umum

 Efek ulcerogan : mual, muntah, nyeri lambung, gastritis


 Obat yang banyak menimbulkan keluhan lambung serius adalah indometasin,
piroksikam.
 Gangguan fungsi ginjal: insufisiensi, kelainan pada regulasi elektrolit dan air
(udem, hiperkalemia). Prostaglandin (PG) memelihara volume darah yang
mengalir melalui ginjal (perfusi) karena terhambatnya sintesa PG maka perfusi
dan laju filtrasi glomeruler berkurang dengan efek-efek tersebut.
 Agregasi trombosit dikurangi, sehingga masa perdarahan dapat diperpanjang.
Efek ini reversible kecuali asetosal.
 Reaksi kulit : ruam dan urtikaria (diklofenak dan sulindac)
 Lain-lain : bronkokontriksi, efek sentral, gangguan fungsi hati (diklofenak)
Enzim Siklo-Oksigenase

 Siklo – oksigenase 1 (COX-1) : Lambung , Usus, Ginjal, Platelet

 Siklo – oksigenase 2 (COX-2) : inflamasi


Nonselective COX Inhibitors
Salicylic acid derivates : aspirin, sodium salicylates, salsalate, diflunisal,
sulfasalazine, olsalazine
Para-aminophenol derivatives : acetaminophen
Indole & indene acetic acids : indomethacin, sulindac
Heteroaryl acetic acids : tolmetin, diclofenac, ketorolac
Arylpropionic acids : ibuprofen, naproxen, flurbiprofen, ketoprofen,
fenoprofen, oxaprozin
Anthranilic acids (fenamates) : mefenamic acid, meclofenamic acid
Enolic acids : oxicams (piroxicam, meloxicam)
Alkanones : nabumetone
Selective COX-2 Inhibitors
Diaryl-substituted furanones : rofecoxib
Diaryl-substituted pyrazoles : celecoxib
Indole acetic acids : etodolac
Sulfonanilides : nimesulide
ASPIRIN

 Asam Asetil Salisilat = Asetosal


 Batang pohon willow (Leroux; 1829)
 Antipiretik
 Prototipe dari NSAID
 Penghambat non-selektif
COX-1 & COX-2
PARA AMINO FENOL

 Fenasetin; Asetaminofen; Asetanilid

Parasetamol
 Digunakan pertama tahun 1893
 Menghambat sintesis PG di sentral
 Efek analgesik & antipiretik serupa Aspirin
 Antiinflamasi <<<
PIRAZOLON

 Fenilbutazon; Dipiron ; Antipirin & Aminopirin

Fenilbutazon & Oksifenbutazon


 Efek analgesik <
 Efek antiinflamasi, efek urikosurik
 Retensi Na, Cl & air  edema  payah jantung
 Iritasi lambung >>, alergi
ASAM MEFENAMAT

 Analgesik
 Antiinflamasi <
 ESO: iritasi lambung, diare pada px tua, hipersensitivitas, gangguan fungsi ginjal
 jangan > 7 hari
 KI: bumil, < 14 tahun
AS. PROPIONAT

 Ibuprofen, Naproksen  kurang toksik


 Ketoprofen, As. Tiaprofenat
 Analgesik, Anti inflamasi <<
 Gangguan fngs ginjal: diuresis & natridiuresis <  Furosemid & Tiazid;
mengurangi efek antihipertensi
 KI: bumil, busu
 Ketoprofen: antiinflamasi sedang
INDOMETASIN

 Analgesik-Antipiretik & antiinflamasi


 Hambatan migrasi leukosit (=kolkisin)
 ESO: gangguan GIT, agranulositosis, aplastik anemia, trombositopenia, alergi
 Gangguan funsi ginjal:
 hiperkalemia
 diuresis & natridiuresis <  Furosemid & Tiazid; mengurangi efek antihipertensi
 KI: bumil, busu, < 14 tahun
DIKLOFENAK

 Derivat asam fenil asetat


 KI: Bumil
 Penggunaan Klinis :
Reumatoid Artritis
Osteoartritis
PIROKSIKAM

 NSAID unsur baru  Oksikam


 Penggunaan klinis
 reumatoid artritis
 osteo artritis
 spondilitis ankilosa
 KI: bumil
MELOXICAM (MOVI - COX)

 Selektif menghambat COX-2


 Efek saluran cerna & ginjal (-)
 Penggunaan Klinis:
Reumatoid Artritis
Osteoartritis
CELECOXIB (CELEBREX)

 Hambat PG terutama COX-2


 Antiinflamasi, analgesik & antipiretik
 Pengaruh agregasi platelet; edema (-)
 Penggunaan klinis:
Reumatoid Artritis, Osteoartritis
Hati–hati: asma, hipertensi, gangguan jantung & ginjal, bumil, busu, < 18 tahun
ANESTESI

 KEADAAN DIMANA HILANGNYA SENSASI RASA NYERI DISERTAI


HILANGNYA KESADARAN (ANASTESI UMUM) ATAUPUN TIDAK
(ANASTESI LOKAL)
 OBAT ANASTESI DIGOLONGKAN MENJADI 2 :

ANATESI ANATESI
UMUM LOKAL
ANESTESI UMUM

 Dalam anestesi terdapat taraf-taraf narkosa tertentu yaitu penekanan sistrem saraf
sentral secara bertingkat.

Taraf
pelumpuhan
Taraf anesthesia sumsum tulang

Taraf eksitasi

Taraf analgesia

Taraf-taraf Narkosa
 Tujuan narkose adalah untuk mencapai taraf
anestesia dengan sedikit mungkin kerja ikutan
atau efek samping, oleh karena itu taraf pertama
sampai ketiga adalah yang paling penting
sedangkan taraf keempat harus dihindari. Pada
proses recovery (sadar kembali) terjadi dengan
urutan taraf terbalik dari taraf ketiga sampai
kesatu.
 Persyaratan anestesi umum
Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu
anestesi umum adalah :
1. Berbau enak dan tidak merangsag selaput lendir
2. Mula kerja cepat tanpa efek samping
3. Sadar kembalinya tanpa kejang
4. Berkhasiat analgesik baik dengan melemaskan otot-otot
seluruhnya
5. Tidak menambah perdarahan kapiler selama waktu pembedahan
Guna mencapai narkosa umum yang cukup dalam dan lama
digunakan suatu anestetika dengan penambahan suatu obat
pembantu , yang bertujuan untuk menghindarkan atau
memperkecil kerja ikutan dan memperkuat salah satu khasiat
anestetiknya, seperti :
 Sebelum narkose (premedikasi) diberikan obat-obat sedatif (klorpromazin, morphin
dan petidin) guna meniadakan kegelisahan dan obat-obat parasimpatolitik (atropin)
guna menekan sekresi ludah yang berlebihan.
 Selama narkose, diberikan obat-obat relaksasi otot (tubokurarin, galamin)
 Setelah narkose(post medikasi) diberikan obat-obat analgesik (methampiron) dll,
sedativa (luminal) dan anti emetika (klorpromazin HCl)
Penggolongan Anestesi Umum menurut
penggunaannya
Anestesi injeksi Anestesi inhalasi

uap melalui saluran pernafasan, contohnya


diazepam
eter

barbital ultra short acting (tiopental dan


heksobarbital)
ANESTESI
LOKAL
 Obat anestesi lokal yang pertama dikenal adalah kokain yang diperoleh dari
Erythroxylon coca yang dapat memberi rasa nyaman dan mempertinggi daya
tahan tubuh.
 Pd thn 1892 dikembangkan anestesi lokal sintesis seperti prokain dan benzokain
beserta derivatnya. Kemudian pd tahun 1940 keatas dikenalkan anestesi modern
yaitu lidokain, prilokain dan bupivakain.
 Anestesi lokal dikatakan ideal bila memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut :
 Tidak merangsang jaringan
 Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf
sentral
 Toksisitas sistemis rendah
 Efektif pada penyuntikan dan penggunaan lokal pd selaput lendir
 Mula kerja sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu cukup
lama
 Larut
dalam air dengan menghasilkan larutan stabil dan tahan
pemanasan (proses sterilisasi)
KHASIAT DAN MEKANISME KERJA

MENGHINDARKAN UNTUK
SEMENTARA PEMBENTUKAN DAN
TRANSMISI IMPULS MELALUI SEL-
SEL SARAF DAN UJUNGNYA

MENGHAMBAT PENERUSAN IMPULS


DGN JALAN MENURUNKAN
PERMIABELITAS MEMBRAN SEL
SARAF UNTUK ION NATRIUM, YG
DIBUTUHKAN OLEH SEL SARAF YG
LAYAK.
EFEK LAIN
1. MENEKAN SSP, BS MENYEBABKAN DEPRESI DAN TERHAMBATNYA
PERNAPASAN SAMPAI AKHIRNYA KEMATIAN.TP ANASTESI LOKAL
SINTETIK TDK TERLALU BERAT MENEKAN SSP DIBANDING KOKAIN.
2. MENEKAN SISTEM KARDIOVASKULAR
 PENURUNAN KEPEKAAN UNTUK RANGSANGAN LISTRIK
 PENURUNAN KECEPATAN PENERUSAN IMPULS DAN DAYA KONTRAKSI JANTUNG
 EFEK INI DIGUNAKAN SEBAGAI OBAT ANTI ARITMIA SPT : PROKAIN DAN
PROKAINAMIDA3. VASODILATASI, PD DOSIS YANG AGAK BESAR YANG BISA
MENCAPAI PEREDARAN DARAH ( KECUALI KOKAIN YANG BEREFEK
VASOKONSTRIKSI)
3. VASODILATASI, PD DOSIS YANG AGAK BESAR YANG BISA MENCAPAI PEREDARAN DARAH
( KECUALI KOKAIN YANG BEREFEK VASOKONSTRIKSI)
Penggunaan Anestesi Lokal

 Anestesi lokal
umumnya digunakan
secara parenteral, Anestesi
misalnya pembedahan permukaan
Anestesi Infiltrasi
kecil dimana
pemakaian anestesi
umum tidak
dibutuhkan.
Berdasarkan cara
pemakaiannya Anestesi
lokal dibagi menjadi 6
jenis :
Anestesi Konduksi
Anestesi epidural
(penyaluran saraf)

Anestesi Spinal
(intratekal/injeksi
punggung)
Penggolongan

 Secara kimiawi anestesi lokal dibagi dalam 3 kelompok, yaitu :


a. Senyawa ester, contohnya prokain, benzokain, buvakain, tetrakain dan oksibuprokain
b. Senyawa amida, contohnya lidokain, prilokain, mepivakain, bupivikain, cinchokain
c. Lain-lain, contohnya jokain dan benzilalkohol
HIPNOTIK-SEDATIVE

 Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas moderate yang memberikan efek
menenangkan
 hipnotik adalah substansi yang dapat memberikan efek mengantuk dan yang dapat
memberikan onset serta mempertahankan tidur
 Hipnotik dan sedatif merupakan golongan obat pendepresi susunan saraf pusat
(SSP). Efeknya bergantung dosis, mulai dari ringan yaitu menyebabkan tenang
atau kantuk, menidurkan, hingga berat yaitu kehilangan kesadaran, keadaan
anestesi, koma dan mati.
 Obat ini digunakan berhubungan dengan sistem saraf pusat seperti tatalaksana
nyeri akut dan kronik, tindakan anesthesia, penatalaksanaan kejang serta insomnia
Klasifikasi Obat Hipnotik-Sedative

Benzodiazepin

Barbiturat

Golongan obat nonbarbiturat-nonbenzodiazepin


BENZODIAZEPIN

 Benzodiazepin adalah obat yang memiliki lima efek farmakologi sekaligus, yakni
anxiolisis, sedasi, anti konvulsi, relaksasi otot melalui medulla spinalis, dan
amnesia retrograde.
 Keunggulan benzodiazepin dari barbiturat yaitu rendahnya tingkat toleransi obat,
potensi penyalahgunaan yang rendah, margin dosis aman yang lebar, rendahnya
toleransi obat dan tidak menginduksi enzim mikrosom di hati
 Mekanisme Kerja:
Efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat aksi gamma-aminobutyric acid
(GABA) sebagai neurotransmitter penghambat sehingga kanal klorida terbuka dan
terjadi hiperpolarisasi post sinaptik membran sel dan mendorong post sinaptik
membrane sel tidak dapat dieksitasi
Con’t

 Efek sedative timbul dari aktivasi reseptor GABAA sub unit alpha-1 yang
merupakan 60% dari reseptor GABA di otak (korteks serebral, korteks sereblum,
thalamus). Sementara efek ansiolitik timbul dari aktifasi GABA sub unit alpha 2
Barbiturat

 Secara kimia, barbiturate merupakan derivate asam barbiturate. Asam barbiturate


(2,4,4-trioksoheksahidropirimidin) merupakan hasil reaksi kondensasi antara
ureum dengan asam malonat.
 Mekanisme Kerja:
 Golongan barbiturate bekerja pada neurotransmitter penghambat GABA pada
sistem saraf pusat. Aktifasi reseptor ini meningkatkan konduktase klorida
transmembran, sehingga terjadi hiperpolarisasi membrane sel post sinaps
  Efek hipnotik barbiturate dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis
hipnotik.
Golongan obat nonbarbiturat-
nonbenzodiazepin
 Propofol
 Ketamin
 Dekstrometorphan
 dll
Propofol

 Propofol adalah substitusi isopropylphenol yang digunakan secara intravena


sebagai 1% larutan pada zat aktif yang terlarut, serta mengandung 10% minyak
kedele, 2,25% gliserol dan 1,2% purified egg phosphatide. Obat ini secara
struktur kimia berbeda dari sedative-hipnotik yang digunakan secara intravena
lainnya
Mekanisme Kerja
Propol relative selektif dalam mengatur reseptor GABA dan tampaknya tidak
mengatur ligand-gate ion channel lainnya. Propofol dianggap memiliki efek
sedative hipnotik melalui interaksinya dengan reseptor GABA
KETAMINE

 Ketamin adalah derivate phencyclidine yang meyebabkan disosiative anesthesia


yang ditandai dengan disosiasi EEG pada talamokortikal dan sistem limbik.
 ketamine larut dalam air dan dapat menyebabkan analgesic pada dosis
subanestetik
 Mekanisme Kerja
Ketamin bersifat non-kompetitif phenycyclidine di reseptor N-Methyl D Aspartat
(NMDA). Ketamin juga memiliki efek pada reseptor lain termasuk reseptor opioid,
reseptor muskarinik, reseptor monoaminergik, kanal kalsium tipe L dan natrium
sensitive voltase. Tidak seperti propofol dan etomide, katamin memiliki efek lemah
pada reseptor GABA.
Dekstromethorpan

 Dekstromethorphan adalah NMDA antagonis dengan afinitas ringan yang paling


sering digunakan sebagai penghambat respon batuk di sentral. Obat ini memiliki
efek yang seimbang dengan kodein sebagai antitusif tetapi tidak memiliki efek
analgesic. Tidak seperti kodein, obat ini tidak menimbulkan efek sedasi atau
gangguan sistem gastrointestinal. DMP memiliki efek euphoria sehingga sering
disalahkan.

 Tanda dan gejala penggunaan berlebihan DMP adalah hipertensi sistemik,


takikardia, somnolen, agitasi, ataxia, diaphoresis, kaku otot, kejang, koma,
penurunan suhu tubuh
PSIKOTROPIK

 Psikotropika adalah zat-zat kimia yang menekan kerja susunan saraf pusat dan
memberikan efek mengkhayal (halusinasi), gangguan cara berpikir, perubahan
emosi/perasaan, dan juga memberikan efek stimulasi (merangsang).
Obat Psikotropik biasanya menimbulkan :
1. Keadaan ketergantungan
2. Depresi dan stimulan susunan saraf pusat (SSP)
3. Menyebabkan halusinasi
4. Menyebabkan gangguan fungsi motorik atau persepsi
Penggolongan Berdasarkan Farmakologi

Obat-obat yang menekan fungsi-fungsi psikis tertentu


di SSP

Obat-obat yang menstimulir (merangsang) fungsi-


fungsi tertentu di SSP

Obat-obat yang mengacaukan mental tertentu


Obat-obat yang menekan fungsi-fungsi
psikis tertentu di SSP
   Obat Golongan Neuroleptika
obat yang menekan fungsi psikis tertentu, tanpa menekan fungsi-fungsi umum
seperti berpikir dan berkelakuan normal. Obat-obatab ini dapat meredakan
emosi dan agresi yang pada umumnya diderita oleh psikosis, yaitu penderita
penyakit jiwa seperti schizophrenia.
 Obat Transquillizer
Adalah obat-obat penenang yang berkhasiat selektif terutama pada bagian obat
yang menguasai emosi-emosi kita, yakni system limbis dan menekan SSP.
Bedanya dengan neuroptika adalah bukan merupakan antipsikotika
Obat-obat yang menstimulir (merangsang) fungsi-
fungsi tertentu di SSP

 Obat golongan anti depressive


Adalah obat yang dipergunakan untuk menghilangkan, memperbaiki dan meringankan
gejala-gejala suasana jiwa seperti murung dan lain sebagainya.
 Obat golongan Psikostimulansia
Obat ini memiliki kemampuan untuk mempertinggi inisiatif, kewaspadaan serta prestasi
fisik dan mental, rasa letih dapat diminimalisir bahkan dihilangkan. Termasuk dalam
golongan ini adalah amfetamin-amfetamin serta doping yang lain
Obat-obat yang mengacaukan mental tertentu

 Obat ini justru kebalikan dari golongan neuroptika yang berguna meredakan
emosi serta khayalan, obat ini justru menimbulkan halusinasi, pikiran-pikiran, dan
impian-impian khayalan. Obat ini termasuk golongan psikodisleptika. Contoh
obat golongan ini adalah (LSD (Lysergic Acid Dicthylamide).
ANTI KONVULSI

 Anti konvulsi atau anti kejang digunakan untuk mencegah dan mengobati
penyakit epilepsy, yaitu suatu gangguan syaraf yang muncul secara tiba-tiba dan
berkala, adakalanya disertai perubahan kesadaran.
Jenis-jenis Epilepsi

Petit Mal

Grand Mal
Penggolongan Obat
Konvulsi

Hidantoin
Asam
Benzodiazepin
Karbamazepin
Barbiturat
Valproat
LATIHAN

 Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi diatas, kerjakan latihan


berikut ini
 1) Apa yang dimaksud dengan hangover akibat pemakaian hipnotik ? Apa
implikasi dalam keperawatan ?
 2) Apa efek samping serius dari pemakaian analgesic narkotik ?
 3) Apa nama obat yang dipakai untuk mengobati status epileptikus ? Dengan cara
apa obat-obat itu harus diberikan?
Obat Syaraf Otonom

 Obat otonom yaitu obat-obat yang bekerja pada susunan syaraf otonom, mulai
dari sel syaraf sampai sel efektor. Obat ini berpengaruh secara spesifik dan
bekerja pada dosis kecil.
 Mekanisme Kerja:
mempengaruhi transmisi neurohormonal dengan cara menghambat atau
mengintensifkannya. Terdapat beberapa kemungkinan pengaruh obat pada transmisi
system kolinergik dan adrenergic, yaitu: a. Menghambat sintesis atau pelepasan
transmitor
b. Menyebabkan penglepasan transmitor.
c. Berikatan dengan reseptor
d. Menghambat destruksi transmitor.
Penggolongan Obat Berdasarkan Efek
Utamanya

Kolinergik Adrenergik Antikolinergik Antiadrenergik

Penghambat Saraf
Β – blocker Obat Ganglion
Aderenergik
Obat Kolinergik

 Efek obat golongan ini menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas susunan
saraf parasimpatis.
 Ada 2 macam reseptor kolinergik
1. Reseptor muskarinik yang merangsang otot polos dan memperlambat denyut
jantung
2. reseptor nikotinik/ neuromuskular yang mempengaruhi otot rangka
Penggolongan Kolinergik

 1) Ester kolin: tidak digunakan pengobatan (efek luas dan singkat), meteorismus,
(kembung), retensio urine, glaukoma, paralitic ileus, intoksikasi atropin/ alkaloid
beladona, faeokromositoma.
 2) Antikolinesterase: atonia otot polos (pasca bedah, toksik), miotika, diagnosis
dan pengobatan miastemia gravis (defisiensi kolinergik sinap), penyakit
Alzheimer (defisiensi kolinergik sentral)
 3) Alkaloid Tumbuhan: untuk midriasis (pilokarpin)
 4) Obat Kolinergik Lain: digunakan untuk memperlancar jalanya kontras
radiologik, mencegah dan mengurangi muntah (Metoklopramid)
Adrenergic

 Yakni obat yang merangsang system syaraf simpatis, karena obat- ini menyerupai
neurotransmitter (norepinafrin /NE dan epinephrine). Obat-obat ini bekerja pada
suatu reseptor adrenergic yang terdapat pada sel-sel otot polos, seperti pada
jantung, dinding bronkiolus saluran gastrointestinal, kandung kemih dan otot
siliaris pada mata.

 Reseptor adrenergic meliputi alfa1, alfa2, beta1 dan beta2


Kerja obat adrenergic dapat di bagi dalam 7 jenis:
1) Perangsang perifer terhadap otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa, dan terhadap
kelenjar liur dan keringat.
2) Penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan pembuluh darah otot rangka.
3) Perangsangan jantung, dengan akibat peningkatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi.
4) Perangsangan SSP, misalnya perangsangan pernapasan, peningkatan kewaspadaan,
aktivitas psikomotor dan pengurangan nafsu makan
5) Efek metabolic, misalnya peningkatan glikogenesis di hati dan otot, lipolisis dn pelepasan
asam lemak bebas dari jaringan lemak.
6) Efek endokrin, misalnya mempengaruhi efek insulin, rennin dan hormone hipofisis.
7) 7) Efek prasinaptik, dengan akibat hambatan atau peningkatan penglepasan
neurotransmitter NE dan Ach.
Antikolinergik

 Obat-obat yang menghambat kerja asetilkolin dengan menempati reseptor-


reseptor asetilkolindisebut dengan antikolinergik atau parasimpatolitik. Obat ini
mempengaruhi organ jantung, saluran pernapasan, saluran gastrointestinal,
kandung kemih, mata dan kelenjar eksokrin dengan menghambat saraf
parasimpatis, sehingga system saraf simpatis (adrenergic) menjadi dominan.
Penggolongan Obat Antikolinergik

1) Antikolinergik klasik (alkaloid belladonna, atropine sulfat dan skopolamin)


2) Antikolinergik sintetik (Propantelin)
3) Antikolinergik-antiparkisonisme (triheksifenidil hidroklorida, prosiklidin,
biperiden dan benztropin)
Antiadrenergik

 Obat-obat antiadrenergik umumnya mengahambat efek neurotransmitter


adrenergic dengan menempati reseptor alfa dan beta baik secara langsung maupun
tidak langsung.

Penghambat saraf
Antagonis adrenergik
Adrenoreseptor
Β - Blocker
 Jenisnya adalah propanolol yang menjadi prototype golongan obat ini.

Penghambat Saraf Adrenergik


Penghambat saraf adrenergic menghambat aktivitas saraf adrenergic berdasarkan gangguan
sintesis atau penyimpanan dan penglepasan neurotransmitor di ujung saraf adrenergic.
Obat Ganglion

 Obat Ganglion Reseptornya dikenal sebagai reseptor nikotinik yang sensitive


terhadap peghambatan oleh heksametonium.
 Obat Ganglion terbagi menjadi 2:
1. Zat yang menstimulasi kolinoreseptor di ganglion otonom
2. zat penghambat ganglion
LATIHAN

 Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi diatas, kerjakan latihan


berikut ini
 1) Jelaskan efek samping yang dapat timbul pada pemakaian obat adrenergic
 2) Jelaskan indikasi pemakaian anti adrenergic (Tolazolin)
 3) Sebutkan dan berikan contoh 7 jenis kerja obat adrenergic !

Anda mungkin juga menyukai