Anda di halaman 1dari 13

Farmakologi

Anestesi IV
Andi Ayulia Mulfawati
11120192041
Definisi

Obat anestesi intravena adalah obat anestesi yang diberikan melalui jalur intravena, baik obat
yang berkhasiat hipnotik atau analgetik maupun pelumpuh otot. Setelah berada didalam pembuluh
darah vena, obat – obat ini akan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh melalui sirkulasi umum,
selanjutnya akan menuju target organ masing–masing dan akhirnya diekskresikan sesuai dengan
farmakodinamiknya masing-masing.
Anastesi Intravena

Indikasi Kontraindikasi

1. Prosedur pembedahan yang singkat 1. Pembedahan di daerah kepala dan leher


2. Prosedur pembedahan yang tidak 2. Pembedahan yang membutuhkan relaksasi
membutuhkan relaksasi 3. Prosedur pembedahan panjang
3. Pembedahan dengan kontraindikasi anestesi
regional
4. Tambahan untuk obat inhalasi yang kurang
kuat
5. Tambahan pada anestesi regional
Propofol (Diprivan®)

Mekanisme Kerja Mekanisme kerjanya sampai saat ini masih kurang diketahui ,tapi diperkirakan efek
primernya berlangsung di reseptor GABA – A (Gamma Amino Butired Acid)

- Waktu paruh 24-72 jam


- Durasi 20-75 menit
Digunakan secara intravena dan bersifat lipofilik dimana 98% terikat protein plasma
(albumin), eliminasi terjadi di hepar menjadi suatu metabolit tidak aktif. Kelarutan
lemak yang tinggi dari propofol menyebabkan onset kerjanya yang cepat yang hampir
Farmakokinetik
sama cepatnya dengan thiopental tersadar setelah pemberian dosis tunggal juga cepat
akibat paruh waktu distribusinya yang sangat cepat (2-8 menit). Dosis induksi cepat
menyebabkan sedasi (rata - rata 30 – 45 detik) dan kecepatan untuk pulih juga relatif
singkat.

Farmakodinamik
- Dosis induksi (2mg/kgBB)  pasien tidak sadar, pemulihan kesadaran berlangsung
cepat
SSP - Dosis kecil  efek sedasi, tanpa efek analgetik
- Perubahan mood
- ↓ TIK dan TIO sebanyak 35%
Propofol (Diprivan®)
– Dosis induksi  depresi jantung dan pembuluh darah. ↓tekanan darah dan
↑denyut nadi
Kardiovaskular
– Mengurangi pembebasan katekolamin
– ↓ resistensi vaskularisasi sitemik sebanyak 30%
– ↓ frekuensi pernapasan dan volume tidal (sementara)
Pernapasan
– Dapat terjadi apnea (30 detik)
– Induksi : 1-2.5 mg/kgBB/IV
– Sedasi : 25-75 µg/kgBB/menit/IV
– Pemeliharaan pada anestesi umum : 100-150 µg/kgBB/menit/IV
– Dosis diturunkan pada orang tua atau pasien dengan gangguan hemodinamik atau
Dosis dan Penggunaan apabila digabung dengan obat anestesi lain
– Dapat dilarutkan dengan D5% untuk mendapatkan konsentrasi yang minimal
(0.2%)
– Hindari penggunaan jika kondisi obat sudah terbuka lebih dari jam untuk
menghindari kontaminasi bakteri
– Nyeri pada pemberian 50-75% akibat iritasi pembuluh darah
Efek Samping – Mual dan muntah
– Kejang mioklinik
Ketamin (Ketalar®, Ketaject®)
– Pasien dengan trauma kepala, tumor otak, operasi intracranial, glaucoma,
operasi intraokuler.
Kontraindikasi
– Pasien hipertendi (TD >160/100mmHg)
– Pasien dengan penyakit kardivaskuler
Blok terhadap reseptor opiat dalam otak dan medulla spinalis yang memberikan efek
Mekanisme kerja
analgesik, sedangkan interaksi terhadap reseptor metilaspartat dapat menyebakan
anastesi umum dan juga efek analgesic
– Onset 30 detik
– Durasi 5-10 menit

– Distribusi: Larut lemak cepat didistribusikan ke seluruh organ. Efek mulai


muncul dalam 30-60 detik setelah pemberian dengan dosis induksi dan adakan
kembali sadar setelah 15-20 menit.
Farmakokinetik
– Metabolisme: Di hepar dengan enzim sitokrom p450  konjugasi glukoronida
 senyawa larut air diekskresi melalui urin

– Ekskresi: Produk akhir dari biotransformasi ketamin diekskresikan melalui


ginjal.
Ketamin (Ketalar®, Ketaject®)
Farmakodinamik
– Dalam 30 detik setelah pemberian  perubahan tingkat kesadaran
– Gerakan tidak disadari : Gerakan mengunyah, menelan, tremor, dan kejang (efek
SSP anestesi dissosiatif)
– Efek psikologis : mimpi buruk, ilusi, perasaan melayang, euphoria, eksitasi,
kebingungan, ketakutan

– Lakrimasi, nistagmus, kelopak mata terbuka spontan (tanda khas)


Mata – ↑ tekanan intraokuler
– ↑ tekanan darah dan jantung
Kardiovaskuler – Vasokonstriksi pembuluh darah perifer
– Dilatasi bronkus
Pernapasan

– Dosis induksi : 1-4 mg/kgBB/IV


Dosis dan pemberian – Dosis sedative dan analgetik : 0.2-0.8 mg/kgBB/IV
– Dosis pemeliharaan secara intetmitten diulang setiap 10-15 menit dengan dosis
setengah dari dosis awal sampai operasi selesai

– ↑ sekresi air liur, Mioklonus. ↑TIK, nystagmus, diplopia


Efek Samping – Agitasi dan perasaan Lelah, halusinasi, mimpi buruk
Benzodiazepin: Diazepam (Valium®), Lorazepam (Ativa®), Midazolam (Miloz®)
Farmakokinetik - Benzodiazepin dimetabolisme di hepar
- Diazepam : efek puncak muncul setelah 4-8 menit, dengan waktu paruh 20 jam
Farmakodinamik
- Amnesia, hipnotik, antikonvulsan, relaksasi otot
- Menurunkan laju aliran darah otak
SSP
- Kehilangan kesadaran
- Perubahan mood
- Vasodilatasi sistemik ringan
Kardiovaskuler
- ↓ Cardiac Output
- ↓ frekuensi napas dan volume tidal
Respirasi
- Depresi pusat napas
Muskuloskeletal - Penurunan tonus otot rangka
Midazolam
Dosis dan - Induksi : 0.05-0.15 mg/kgBB/IV
penggunaan - Pemeliharaan : 0.05mg/kgBB/IV prn
- Sedasi : 0.5-1 mg diulangi
Benzodiazepin: Diazepam (Valium®), Lorazepam (Ativa®), Midazolam (Miloz®)
Diazepam
- Induksi : 0.3-0.5mg/kgBB/IV
- Pemeliharaan : 0.1mg/kgBB prn
- Sedasi : 2 mg diulangi
Dosis dan
Penggunaan
Lorazepam
- Induksi : 0.1 mg/kgBB
- Pemeliharaan : 0.02 mg/kgBB prn
- Sedasi : 0.25 mg diulangi
- Midazolam dapat menyebabkan depresi napas
Efek Samping
- Diazepam dan lorazepam dapat menyebabkan iritasi vena
Thiopental (Pentotal, Tipenton)
Dikemas dalam bentuk tepung/bubuk kuning, berbau belerang. Dalam ampul 500mg atau 1000mg. Dilarutkan
dalam aquades sampai kepekatan 2.5% (1cc=25mg)
Keuntungan - Induksi mudah dan cepat
- Tidak ada delirium
- Kesadaran cepat pulih
- Tidak ada iritasi mukosa jalan napas
Kekurangan - Depresi napas
- Depresi kardiovaskuler
- Cenderung terjadi laryngospasme
- Relaksasi otot abdomen kurang
- Tidak ada efek analgetik
Farmakokinetik - Waktu paruh 3-6 jam
- Onset 30-60 detik
- Durasi kerja 20-30 menit
- Dalam darah 70% diikat albumin dan 30% bebas
- Metabolisme terutama di hepar dan sebagian keluar dari urin tanpa diubah
Thiopental (Pentotal, Tipenton)
Farmakodinamik
- SSP - Sedasi dan hipnosis
- Kesadaran menurun secara progresif
- ↓ kebutuhan oksigen otak  perfusi otak menurun  ↓ aliran darah otak dan TIK
- Kardiovaskuler - Depresi pusat vasomotor dan kontraktilitas miokard  vasodilatasi  ↓ Cardiac
Output  hipotensi
- Respirasi - Depresi pernapasan
- ↓ sensitivitas terhadap kadar CO2
Dosis dan - Dosis induksi lambat 2-6mg/kgB
Penggunaan
Efek samping - Larutan sangat alkalis (pH 10-11)  injeksi keluar dari vena dapat menyebabkan
nyeri, bengkak, kemerahan, dan nekrosis
- Injeksi intrarteri  rasa terbakar, spasme arteri
Fentanil
Merupakan obat narkotik sintetik yang paling banyak digunakan. Poetensinya mencapai 1000x lebih kuat
diabndingkan petidin dan 50-100x lebih kuat dari morfin. Mula kerjanya cepat dan masa kerjanya pendek.
Farmakokinetik - Dimetabolisme di hepar, dan dibuang melalui empedu dan urin
Farmakodinamik
- Menurunkan kesadaran
SSP
- Analgetik yang sangat kuat
Kardiovaskuler - Tidak ada perubahan pada kontraktilitas otot jantung/tonus otot pembuluh darah
- Depresi pusat napas
Respirasi
- Depresi frekuensi dan volume napas
- Dosis analgetik 1-2 µg/kgBB/IV bolus
- Premedikasi bedah : 50-100 mcg/dosis/IV pelan diberikan 30-60 menit sebelum
Dosis dan pembedahan
Penggunaan - Induksi bedah minor : 0.5-2 mcg/kgBB/dosisIV
- Induksi bedah major : 2-20 mcg/kgBB/dosis IV
- Dosis pemeliharaan : 1-2 mcg/kgBB/jam
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai