Anda di halaman 1dari 18

PEMBINAAN

PERAN SERTA
MASYARAKAT
DOSEN PENGAMPU :
H E R I N AWA T I , M . K E B
NAMA ANGGOTA KELOMPOK

• 1. ANJANETTE CHIKA MAIA


• 2. EVA MULIFAH
• 3. NURAINI WULANDARI
• 4. PUJIANI
• 5. YOGI FITRIANI
• 6. YOLANDA PUTERI HERMANDO
YANG MAU DIBAHAS

A. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat


B. Menyusun Konsep, Strategi & Langkah –
Langkah Perbedayaan Masyarakat
C. Mengaplikasikan Konsep Strategi & Langkah
– Langkah Pemberdayaan Masyarakat
A. PENGERTIAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DALAM KONTEK PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS

• Pemberdayaan masyarakat merupakan strategi pembangunan. Dalam perspektif


pembangunan ini, disadari betapa penting kapasitas manusia dalam upaya
meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya materi dan
nonmaterial. Sebagai suatu strategi pembangunan, pemberdayaan dapat diartikan
sebagai kegiatan membantu klien untuk memperoleh daya guna mengambil
keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan, terkait dengan diri
mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan
tindakan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk
menggunakan daya yang dimiliki dengan mentransfer daya dari lingkungannya
(payne, 1997: 266 dalam buku “modern social work theory”).
B. MENYUSUN KONSEP, STRATEGI, DAN LANGKAH
– LANGKAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1. Konsep Strategi Pemberdayaan Masyarakat


2. Langkah Pembinaan Peran Serta Masyarakat
1. KONSEP STRATEGI PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

• Strategi adalah cara untuk mengerahkan tenaga, dana, daya, dan peralatan
yang dimiliki guna mencapai tujuan yang ditetapkan. Arti pemberdayaan
masyarakat itu sendiri adalah suatu proses yang mengembangkan dan
memperkuat kemampuan masyarakat untuk terus terlibat dalam proses
pembangunan yang berlangsung secara dinamis sehingga masyarakat
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil
keputusan secara bebas (independent) dan mandiri (Sumaryo, 1991).
• Bagaimana memberdayakan masyarakat merupakan suatu masalah tersendiri
yang berkaitan dengan hakikat dari power atau daya (mengandung pengertian
“kemampuan”, “kekuatan” ataupun “kekuasaan”) serta hubungan antarindividu
atau lapisan sosial yang lain. Pada dasarnya setiap individu dilahirkan dengan
daya. Hanya saja kadar daya itu berbeda antara satu individu dengan individu
yang lain. Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkait
(interlinking factors), seperti pengetahuan, kemampuan, status, harta,
kedudukan dan jenis kelamin. Faktor-faktor yang saling terkait tersebut pada
akhirnya membuat hubungan antarindividu, dengan dikotomi subjek (penguasa)
dan objek yang dikuasai meliputi kaya-miskin, laki-laki- perempuan, guru-
murid, pemerintah-warganya, serta antaragen pembangunan dan si miskin.
Bentuk relasi sosial yang dicirikan dengan dikotomi subjek dan objek tersebut
merupakan relasi yang ingin “diperbaiki” melalui proses pemberdayaan.
• Pemberdayaan merupakan proses pematahan atau breakdown dari
hubungan atau relasi antara subjek dengan objek. Proses ini
mementingkan adanya “pengakuan” subjek akan “kemampuan” atau
“daya” (power) yang dimiliki objek. Secara garis besar, proses ini
melihat pentingnya mengalir daya (flow of power) dari subjek ke
objek dengan memberi kesempatan untuk meningkatkan hidupnya
dengan memakai sumber yang ada. Pada akhirnya, “pengakuan” oleh
subjek terhadap kemampuan individu miskin untuk dapat
mewujudkan harapannya merupakan bukti bahwa individu tersebut
mempunyai daya. Mengalirnya daya ini dapat berwujud suatu upaya
dari objek untuk meningkatkan hidupnya dengan memakai daya yang
ada padanya serta dibantu juga dengan daya yang dimiliki subjek.
• Dalam pengertian yang lebih luas, mengalirnya daya ini merupakan
upaya atau cita-cita untuk mengintegrasikan masyarakat miskin ke
dalam aspek kehidupan yang lebih luas. Hasil akhir dari proses
pemberdayaan adalah beralihnya fungsi individu yang semula objek
menjadi subjek (yang baru) sehingga relasi sosial yang ada nantinya
hanya dicirikan dengan relasi antarsubjek dengan subjek yang lain.
Dengan kata lain, proses pemberdayaan mengubah pola relasi lama
subjek-objek menjadi subjek-subjek.
UNTUK MERANGSANG LAHIRNYA GERAKAN MASYARAKAT
YANG BERMULA PADA KOMUNITAS LOKAL, ADA SEJUMLAH
SYARAT YANG TERLEBIH DAHULU HARUS DIPENUHI. TIGA
SYARAT TERPENTING ADALAH SEBAGAI BERIKUT.

• 1. RESTRUKTURISASI KELEMBAGAAN KOMUNITAS.


• Tatanan dasar yang mengatur kehidupan komunitas perlu direorientasi dari
pola feodalistis dan kolonial (pemerintahan yang kuat dan paternalistik) ke
pola pemerintahan yang lebih profesional dan masyarakat yang dinamis.
Tatanan baru perlu menjamin kebebasan masyarakat berekspresi dan
mengembangkan inisiatif lokal untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
asasinya. Masyarakat harus menjadi subjek dan penentu utama dari segala
kegiatan pembangunan dalam arti yang sesungguhnya.
UNTUK MERANGSANG LAHIRNYA GERAKAN MASYARAKAT
YANG BERMULA PADA KOMUNITAS LOKAL, ADA SEJUMLAH
SYARAT YANG TERLEBIH DAHULU HARUS DIPENUHI. TIGA
SYARAT TERPENTING ADALAH SEBAGAI BERIKUT.

• 2. Meninjau kembali segala kebijakan yang memperlemah


kebudayaan masyarakat dan menggantinya dengan kebijakan
yang lebih memihak pada upaya peningkatan keberdayaan
masyarakat desa untuk memperbaiki nasib sendiri.
UNTUK MERANGSANG LAHIRNYA GERAKAN MASYARAKAT
YANG BERMULA PADA KOMUNITAS LOKAL, ADA SEJUMLAH
SYARAT YANG TERLEBIH DAHULU HARUS DIPENUHI. TIGA
SYARAT TERPENTING ADALAH SEBAGAI BERIKUT.

• 3. Pada aras program, pendekatan top-down harus segera diganti


pendekatan bottom up, tercermin dari mekanisme pengambilan keputusan
dan penyelenggaraan program. Istilah program pengembangan masyarakat
seharusnya tidak lagi berkonotasi program masuk desa melainkan program
dari desa. Artinya, dalam segala kegiatan pembangunan desa masyarakat
desa itulah yang menjadi subjek dan pelaku utama. Mulai dari penjajakan
masalah dan kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, pegawasan, evaluasi,
sampai pemanfaatan hasil-hasilnya. Dalam keadaan demikian, masyarakat
akan menerima kegagalan maupun keberhasilan program secara
bertanggung jawab.
2. LANGKAH PEMBINAAN PERAN
SERTA MASYARAKAT
• Pembinaan peran serta masyarakat pada umumnya merupakan ekologi
manusia. Manusia didorong agar berupaya mengembangkan kemampuannya
menjadikan pelaku upaya kesehatan keluarga di masyarakat.
• Secara garis besar langkah mengembangkan peran serta adalah :
• a. Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat
melalui dialog untuk mendapatkan dukungan.
• b. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan
masalah kesehatan keluarga dengan menggali dan menggerakkan sumber daya
yang dimilikinya.
• c. Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk masyarakat melalui kader
yang telah terlatih ( Depkes RI, 1997 ).
C. MENGAPLIKASIKAN KONSEP STRATEGI, DAN
LANGKAH – LANGKAH PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

• Pemberdayaan masyarakat cendrung dikaitkan sebagai


unsur pendorong (driving’s force) social-ekonomi dan
politik. Pemberdayaan adalah suatu upaya dan proses
bagaimana agar berfungsi sebagai “power”( driving’s
force ) dalam pencapaian tujuan yaitu pengembangan
diri. Secara konseptual, pemberdayaan harus
mencakupin enam hal sebagai berikut:
• a. Learning by doing artinya pemberdayaan adalah sebagai proses hal belajar
dan ada suatu tindakan-tindakan konkrit yang terus menerus yang dampaknya
dapat terlihat.
• b. Problem solving pemberdayaan harus memberikan arti terjadinya
pemecahan manusia.
• c. Self-evaluation yaitu bahwa pemberdayaan harus mampu mendorong
seseorang atau kelompok tersebut untuk melakukan evaluasi secara mandiri.
• d. Self-development and coordination artinya mendorong agar mampu
melakukan hubungan koordinasi dengan pihak lain secara lebih luas.
• e. Self –selection suatu kumpulan yang tumbuh sebagai upaya pemilihan dan
penilaian secara mandiri dalam menetapkan langkah – langkah kedepan.
• f. Self – decisim dalam memilih tindakan hendaknya dimiliki kepercayaan
diri dalam memutuskan sesuatu secara mandiri (self-decisim) (Saraswati,
1997:79-80)
TAHAPAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
• 1. Tahap Persiapan. Pada tahapan ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan, yaitu:
pertama, penyimpanan petugas, yaitu tenaga pemberdayaan masyarakat yang bisa
dilakukan oleh community woker, dan kedua penyiapan lapangan yang pada dasarnya
diusahakan dilakukan secara non-direktif.
• 2. Tahapan pengkajian (assessment). Pada tahapan ini yaitu proses pengkajian dapat
dilakukan secara individual melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dalam hal
ini petugas harus berusaha mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan (feel
needs) dan juga sumber daya yang dimiliki klien.
• 3. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan. Pada tahapan ini petugas sebagai
agen perubahan (exchange agent) secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk
berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam
konteks ini masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan
kegiatan yang dapat dilakukan.
4. Tahap pemfomalisasi rencana aksi. Pada tahapan ini agen perubahan membantu masing-
masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang mereka
akan lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Di samping itu juga petugas membantu
untuk memformalisasikan gagasan mereka ke dalam bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya
dengan pembuatan proposal kepada penyandang dana. 

5. Tahap pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan. Dalam upaya pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat peran masyarakat sebagai kader diharapkan dapat menjaga
keberlangsungan program yang telah dikembangkan. Kerja sama antar petugas dan masyarakat
merupakan hal penting dalam tahapan ini karena terkadang sesuatu yang sudah direncanakan
dengan baik melenceng saat di lapangan. 

6. Tahap evaluasi. Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas program
pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga.
Dengan keterlibatan warga tersebut diharapkan dalam jangka waktu pendek biasanya membentuk
suatu sistem komunitas untuk pengawasan secara internal dan untuk jangka panjang dapat
membangun komunikasi masyarakat yang lebih mendirikan dengan memanfaatkan sumber daya
yang ada. 

7. Tahap terminasi. Tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan hubungan secara formal
dengan komunitas sasaran. Dalam tahap ini diharapkan proyek harus segera berhenti.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai