Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

GERAONTIK DENGAN
DIARE
Bhakti Gustiarosma Suryani
c1714201070

Keperawatan Gerontik
Konsep penyakit/masalah kesehatan
keluarga
Definisi
● Diare atau gastroenteritis didefinisikan sebagai buang air besar (BAB) yang lebih dari tiga kali sehari
selama dua hari berturut-turut, yang dapat terkait atau tidak terkait dengan kondisi patologis. Penyakit
yang dapat diakibatkan oleh penggunaan antibiotik dan dapat berlangsung selama pengobatan dengan
antibiotik tersebut. Diare juga dapat disebabkan oleh virus gastroenteritis, keracunan makanan, sindrom
malabsorpsi, yang meliputi intoleran laktosa, malabsorpsi gluten, penyakit usus inflamatori atau penyakit
Crohn, kolitis ulseratif dan sindrom usus rengsa (Morris, 2014).
● diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan
frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011).
● Diare adalah buang air besar pada balita lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja
menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu (Juffrie dan
Soenarto, 2012).
● Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air đi dalam tinja
melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan
berlangsung kurang dari 14 hari (Tanto dan Liwang, 2014).
Epidemiologi
Diare adalah buang air besar (BAB)dengan konsistensi feces lebih cair dengan
frekuensi >3 kali sehari,Kecuali pada neonatus (bayi < 1 bulan) yang mendapatkan ASI
biasanya buang air besar dengan frekuensi lebih sering (5-6 kali sehari) dengan konsistensi
baik dianggap normal. Pada Riskesdas 2018, kasus diare diukur dengan wawancara kepada
responden dengan pertanyaan sebagai berikut: “Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA]
pernah didiagnosis menderita diare oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/ bidan)?”. Pada
responden yang menjawab tidak, ditanyakan gejala diare yang pernah dialami dengan
pertanyaan “Dalam 1 bulan terakhir, apakah [NAMA] pernah mengalami: Buang Air Besar
(BAB) 3 – 6 kali sehari BAB > 6 kali sehari, Kotoran/ tinja lembek atau cair”
Prevalensi diare menurut gejala dihitung dengan menggabungkan kasus diare baik
diagnosis maupun hanya memiliki gejala, Pada bayi usia 0-28 hari (neonatus), dikatakan
kasus diare jika responden mengaku didiagnosis diare oleh tenaga kesehatan atau jika
pernah mengalami gejala diare meliputi diare meliputi BAB > 6x perhari dan dengan
konsistensi lembek atau cair, Selain neonatus jika responden menjawab lebih dari 3x
dengan konsistensi lembek/cair, maka dianggap diare.
Tanda Gejala yang
Memerlukan
Evaluasi
1. Demam > 38° C
2. Nyeri abdomen berat, terutama
pada pasien usia di atas 50
tahun
3. Riwayat perawatan rumah sakit
4. Berada di panti jompo
5. Riwayat penggunaan antibiotik
6. Disentri (darah dan mukus di
tinja)
7. > 6 kali buang air besar dalam
waktu 24 jam
8. Gejala memburuk setelah 48
jam
9. Gejala dehidrasi berat (pusing,
haus berat, penurunan jumlah
urin).
Penyebab/ faktor resiko

Faktor risiko diare antara lain:


1) jenis kelamin perempuan lebih berisiko dari pada laki-laki
karena perempuan lebih banyak terlibat dalam kegiatan rumah
tangga sehari-hari seperti memasak.
2) selain itu pendidikan juga faktor risiko semakin tinggi pendidikan
maka pengetahuan akan meningkat.
3) Mencuci tangan juga merupakan faktor risiko mencuci tangan
dapat memutuskan rantai transmisi kuman patogen masuk
kedalam tubuh sehingga mencegah diare
Menurut Elsifaktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu:
4) tidak memadainya penyediaan air bersih,
5) air tercemar oleh tinja,
6) kekurangan sarana kebersihan,
7) pembuangan tinja yang tidak higienis,
8) kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek
9) serta penyimpanan makanan yang tidak semestinya.
• Tipe keluarga
Hasil penelitian menunjukan tipe keluarga
the older family/keluarga usila,keluarga
Data fokus terdiri dari suami istri yang telah lanjut
usia,sedangkan anak sudha memisahkan
diri. Karena keluarga dengan tipe the older
family memiliki kerentanan terhadap
penyakit salah satunya yaitu penyakit diare,
karena lingkungan yang tidak terawat dan
makanan yang seadanya untuk dimakan.

• Tahap perkembangan
Hasil penelitian menunjukan bahwa angka
lansia dengan diare terjadi pada Tahap VIII,
yaitu Keluarga usia lanjut, dimulai saat
pensiun sanmpai dengan salah satu
pasangan meninggal dan keduanya
meninggal. karena pada tahap ini Adaptasi
dengan perubahan kehilangan pasangan,
teman, kekuatan fisik dan pendapatan,
mempertahankan keakraban suami/istri dan
saling merawat, mempertahankan hubungan
dengan anak dan sosial masyarakat, mulai
menurun,sehingga berpengaruh terhadap
keseahatn lansia.
Lanjutan ..

• Lingkungan
Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadinya diare pada lansia angka resiko tingginya di sebabkan
karena faktor lingkungan di sekitar tempat tinggalnya.
• Peran keluarga
Ibu berperan sebagai istri
Suami berperan sebagai memberi dukungan terhadap istrinya
Anak berperan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan
spiritual.
• Tugas keluarga
Kemampuan keluarga memperoleh pengetahuan, pendidikan dan keterampilan Mempengaruhi
pola asuh Dukungan yang dapat diberikan pada anggota keluarga lainnya
• Fungsi keluarga
Hasil penelitian fungsi keluarga yaitu sebagai Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan adalah
fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi
Diagnosa
keperawatan

1) Diare b.d proses


infeksi,inflamasi di usus
2) Resiko ketidak seimbangan
cairan b.d kehilangan
cairan aktif
3) Kerusakan integritas kulit
b.d ekskresi/bab sering
4) Resiko defisit nutrisi b.d
penurunan intake
makanan
5) Ansietas b.d perubahan
status kesehatan
Perencanaan/luaran (SLKI) &
intervensi (SIKI)
No Intervensi kep, (SIKI) Luaran kep. (SLKI) Diagnosa
1. Manajmen diare Eliminasi fekal Diareb.d proses infeksi,inflamasi
Definisi : Setelah dilakukan intervensi ….X 24 jam maka di usus
Mengidentifikasi dan mengelola diare dan tingkat diare menurun dengan kriteria hasil : Mayor
dampaknya. 1) Kontrol pengeluaran feses meningkat Ds :
Tindakan 2) Keluhan defekasi lama dan sulit menurun (tidak tersedia)
Observasi 3) Mengejan saat defekasi menurun Do :
1) Identifikasi penyebab diare (mis. 4) Distensi abdomen menurun 1) Defekasi lebih dari iga kali
Inflanasi gastrointestinal, iritasi 5) Teraba massa pada rektal menurun dalam 24 jam
gastrointertinal, pr infeksi, malabsorpsi, 6) Urgensi menurun 2) Feses lembek atau cair
ansietas, stres, efek obat-obatan, 7) Nyeri abdomen menurun Minor
persembahkan botol susu) 8) Kram abdomen menurun Ds :
2) identifikasi riwayat pemberian makanan 9) Konsistensi feses membaik 3) Urgency
3) Identifikasi gejala invaginasi (mis. 10) Frekuensi defekasi membaik 4) Nyeri/kram abdomen
Tangisan keras, kepucatan pada bayi) 11) Peristaltik usus membaik Do:
4) Monitor volume, frekuensi, dan 5) Frekuensi peristaltik
konsistensi tinja meningkat
5) Monitor tanda dan gejala hipovolemia 6) Bising usus hiperaktif
(mis. takikardia, nadi teraba lemah,
tekanan darak turun, turgor kulit turun,
mukosa mulut kering, CRT melambat,
BB menurun)
6) Monitor iritasi dan ulserasi kulit di
daerah perianal
7) Monitor jumlah pengeluaran diare
8) Monitor keamanan penyiapan
makanan
Terapeutik
1) Berikan asupan cairan oral (mis. larutan
garam gula, oralit, pedialyte, renalyte)
2) Pasang jalur intravena Berikan cairan
intravena (mis. ringer asetat, ringer laktat).
3) Jika Ambil perlu sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
4) Ambil sampel feses untuk budaya, jika perlu
Kolaborasi
5) Kolaborasi mempersembahkan obat
antimotilitas (mis , loperamide, difenoksilat)
6) Kolaborasi mempersembahkan obat
antispasmodic / spasmolitik (mis. papaverin,
ekstak belladonn mebeverine)
7) Kolaborasi mempersembahkan-obat
pengeras feses (mis. atapulgit, smektit,
kaolin-pektin)

2 Pemantauan cairan Keseimbangan cairan Resiko ketidak


Definisi : Setelah dilakukan intervensi ….X 24 jam maka seimbangancairan b.d
Mengumpulkan dan menganalisis data yang tingkat diare menurun dengan kriteria hasil : kehilangan cairan aktif
disusun kesembangan cairan. 1) Asupan cairan meningkat
Tindakan : 2) Keluaran urin meningkat
Observasi 3) Kelembaban membran mukosa meningkat
1) Monitor frekuensi dan kekuatan nadi 4) Asupan makanan meningkat
2) Monitor frekuensi napas 5) Edema menurun
3) Monitor tekanan darah 6) Dehidrasi menurun
4) Monitor berat badan 7) Asites menurun
5) Monitor waktu pengisian kapiler 8) Konfusi menurun
6) Monitor elastisitas atau turgor kulit 9) Tekanan darah membaik
7) Monitor jumlah, warna dan berat 10) Denyut nadi radial membaik
jenis urine 11) Tekanan arteri rata-rata membaik
8) Monitor kadar albumin dan protein 12) Membran mukosa membaik
total 13) Mata cekung membaik
9) Monitor hasil pemeriksaan serum 14) Turgor kulit membaik
(mis. Osmolaritas serum, hematokrit 15) Berat badan membaik
, natrium, kalium, BU Pantau intake
dan output cairan
Terapeutik
10) Atur interval waktu sesuai dengan
kondisi pasien
11) Dok untuk menerima hasil
Edukasi
12) Jelaskan tujuan dan prosedur
13) Informasikan hasil pengukuran, jika
perlu
 
komplementer
Madu
Madu dapat sebagai anti bakteri dan prebiotik yang dapat mengatasi diare (Tehrani,
Khorasgani, & Roayaei, 2018) Selain itu, madu juga mampu mengobati masalah
konstipasi dan diare anak, meminimalkan patogen dan menurunkan durasi diare
(Pasupuleti, Sammugam, Ramesh, & Gan, 2017)
Cara pemberian terapi komplementer :
Madu diberikan 3 kali sehari sebanyak 5 ml dan ORS diberikan setiap diare .
Ekstrak Daun jambu biji dan daun lidah buaya
Menurut Ismail et al. (2012) jambu biji kaya akan tannin, fenol, flavonoid, minyak atsiri, lektin, vita- min,
asam lemak. Kandungan dari flavonoid yang bermanfaat sebagai obat karena menunjukan akti- vitas
antibakteri. Ekstrak etanol daun jambu biji menunjukan resistensi terhadap Escherichia coli (E. coli).
Cara pemberian terapi komplementer :
Dengan cara pembuatan ektrak daun jambu biji dengan ekstrak daun lidah buaya
• Buah sawo
Tanaman sawo memiliki potensi sebagai alternatif obat herbal dalam kehidupan sehari
hari. Masyarakat memanfaatkan buah sawo yang masih muda sebagai obat diare.
Tanaman sawo memiliki kandungan flavonoid, saponin dan tanin. Saponin banyak
terdapat pada bunga dan biji tanaman sawo, sedangkan tanin dan flavonoid banyak terdapat
pada buah muda, kulit batang dan daun. Saponin merupakan senyawa kimia yang memberikan
rasa pahit pada bahan pangan nabati. Tanin merupakan senyawa fenolik yang mempunyai
rasa sepat dan memiliki kemampuan untuk menyamak kulit.
● Cara pembuatan :
dengan meminum sari yang direbus, diiris, ditumbuk, maupun diperas.
● Ekstrak kunyit
Kunyit memiliki banyak kandungan senyawa kimia seperti kurkumin, lemak, protein, fosfor, besi,
resin, minyak atsiri, desmetoksikurkumin, oleoresin, bides metoksikurkumin, damar, dan gom
yang bermanfaat sebagai antivirus, antifungi, antimalaria, antioksidan, antikarsinogen, dan
antibakteri.
kurkumin yang merupakan salah satu senyawa dalam kunyit memiliki manfaat sebagai
antibakteri terbukti mampu melawan bakteri penyebab diare baik sebagai agen inhibitor
maupun agen baktericidal bergantung dosis yang digunakan, makin besar konsentrasi
ekstrak kunyit yang digunakan maka makin baik juga efek nya dalam memengaruhi
pertumbuhan bakteri penyebab diare khususnya E. coli.
Terimakasih
TRIAL TIMELINE
PRECLINICA CONCLUSIO
L NS
Earth is the blue planet Jupiter is the biggest one

02 04

01 03 05
EXPERIMEN
RESEARCH RESULTS
TATION
Venus is quite hot Mars is a cold place Saturn is the ringed one

Anda mungkin juga menyukai