Anda di halaman 1dari 18

TELAAH HUKUM

ATAS
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia
Nomor : P.56/Menlhk-Seijen/2015
Tentang
Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
Dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan

ADV. dr. H. Mahdar Solihin. SH.


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Telaah/te·la·ah artinya :
penyelidikan; kajian; pemeriksaan; penelitian:
mereka mengadakan -- untuk permukiman;
TENAGA MEDIS
TENAGA KESEHATAN
TENAGA KESEHATAN LAIN

FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN


UU No.36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
Pasal 11 (1) Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam:
a. tenaga medis; b. tenaga psikologi klinis; c. tenaga keperawatan; d. tenaga
kebidanan; e. tenaga kefarmasian; f. tenaga kesehatan masyarakat; g. tenaga
kesehatan lingkungan; h. tenaga gizi; i. tenaga keterapian fisik; j. tenaga
keteknisian medis; k. tenaga teknik biomedika; l. tenaga kesehatan
tradisional; dan m. tenaga kesehatan lain.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 47 TAHUN 2016
TENTANG FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah,dan/atau masyarakat.
Bagian Kedua
Jenis dan Tingkatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pasal 3
Fasilitas Pelayanan Kesehatan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan berupa:
a. pelayanan kesehatan perseorangan; dan/atau
b. pelayanan kesehatan masyarakat.
Pasal 4
(1) Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 terdiri atas:
a. tempat praktik mandiri Tenaga Kesehatan;
b. pusat kesehatan masyarakat;
c. klinik;
d. rumah sakit;
e. apotek;
f. unit transfusi darah;
g. laboratorium kesehatan;
h. optikal;
i. fasilitas pelayanan kedokteran untuk kepentingan
hukum; dan
j. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tradisional.
PERATURAN PENGELOLAAN LIMBAH B3
1. UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan LH (pasal 58 – 61]
pidana (pasal 97 – 120)
2. UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
3. PP No.27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
4. PP No.101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3
5. Permen LH No.02 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan Limbah B3
6. Permen LH No.05 Tagun 2009 tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan
7. Permen LH No.18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah B3
8. Permen LH No.30 Tahun 2009 tentang NSPK (Norma,Standar,Prosedur,Kriteria]
Pengelolaan Limbah B3
9. Permen LH No.33 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pemulihan Lahan
Terkontaminasi Limbah B3
10.Permen LH No.14 Tahun 2013 tentang Simbol dan Label Limbah B3
11.Permen LHK No.55 Tahun 2015 tentang Tata Cara Uji Karakteristik Limbah B3
12.Permen LHK No.63 Tahun 2016 tentang Limbah B3 di Fasilitas Penimbunan
Akhir
13.Kep. Ka. Bapedal Nomor : Kep-01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3
14.Kep. Ka. Bapedal Nomor : Kep-02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah B3
15.Kep. Ka, Bapedal Nomor : Kep-03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah B3
16.Kep. Ka. Bapedal Nomor : Kep-02/BAPEDAL/01/1998 tentang Tata Laksana
Pengawasan Pengelolaan Limbah B3
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2018 tentang Kepalangmerahan
7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
9. Peraturan Pemerintah Nomor 103 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisional
10. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kepalangmerahan
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor1109/MENKES/PER/IX/2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Komplementer Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor
780/MENKES/PER/VIII/2008 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 003/Menkes/Per/I/2010
tentang Saintifikasi Jamu Dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 411/MENKES/PER/III/2010 tentang Laboratorium Klinik;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 812/MENKES/PER/VII/2010
tentang Penyelengaraan Pelayanan Dialisis Pada Fasilitas Kesehatan;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor1190/MENKES/PER/VIII/2010 tentang
Izin Edar Alat Kesehatan.
19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1191/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan;
20. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2052/MENKES/PER/X/2011
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
21. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 tentang
Industri dan Usaha Obat Tradisional;
22. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007 Tahun 2012 tentang
Registrasi Obat Tradisional;
23. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Refraksionis Optisien dan Optometris;
24. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Ortotis Prostetis;
25. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Okupasi Terapis;
26. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Terapis Wicara;
27. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi;
28. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Perawat Anestesi;
29. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian;
30. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis;
31. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Fisioterafis;
32. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Radiografer;
33. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2014 tentang
Pelayanan Kesehatan SPA;
34. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 tentang
Klinik;
35. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2014 tentang
Pembinaan, Pengawasan dan Perizinan, Pekerjaan Tukang Gigi;
36. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Higiene Sanitasi Depot Air Minum;
37. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
38. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat;
39. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2014 tentang
Perusahaan Rumah Tangga Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga
40. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2015 tentang
Izin danPenyelenggaraan Praktik Ahli Teknologi Laboratorium Medik;
41. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Optikal;
42. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang
Izin Penyelenggaraan Praktik Terapis Gigi dan Mulut;
43. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/MENKES/PER/V/2011
Tentang Registrasi, IzinPraktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian;
44. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 61 Tahun 2016 tentang Pelayanan
Kesehatan Empiris;
45. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
996/MENKES/SK/VIII/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sarana Pelayanan
Rehabilitasi Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif Lainnya (Napza);
46. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 167/KAB/B.VIII/1972
tentang Pedagang Eceran Obat, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1331/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor. 167/Kab/B.VIII/1972 tentang Pedagang
Eceran Obat;
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2007
TENTANG PENGESAHAN, PENGUNDANGAN, DAN PENYEBARLUASAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
BAB IV
PENYEBARLUASAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TELAH
DIUNDANGKAN
Pasal 29
(1) Pemerintah wajib menyebarluaskan peraturan perundang-undangan yang telah
diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia dan Berita Negara Republik
Indonesia.
(2) Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Menteri, Sekretariat Negara,
Sekretariat Kabinet, Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11,
Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Departemen yang memprakarsai
rancangan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan atau disahkan oleh Presiden
dan menteri/Pimpinan Lembaga,Pemerintah Non Departemen/Pimpinan Lembaga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1).
(3) Pemerintah Daerah wajib menyebarluaskan peraturan perundang-undangan yang telah
diundangkan dalam Lembaran Daerah dan peraturan di bawahnya yang telah diundangkan
dalam Berita Daerah.
(4) Penyebarluasan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (3) dimaksudkan agar
masyarakat mengerti, dan memahami maksud-maksud yang terkandung dalam
peraturan perundang-undangan dimaksud,
sehingga dapat melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan dimaksud.
(5) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4), adalah:
a. Lembaran Negara, Kementerian/Lembaga PemerintahNon Departemen, Pemerintah
Daerah dan pihak terkait lainnya;dan
b. masyarakat di lingkungan non pemerintah lainnya.
(6) Penyebarluasan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (3) dilakukan melalui:
a. media cetak;
b. media elektronik; dan
c. cara lainnya
Pasal 34
(1) Dalam rangka penyebarluasan peraturan perundang-undangan dengan
cara lain sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 29 ayat (6) huruf c:
a. Sekretariat Negara dan Sekretariat Kabinet;
b. Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2);
c. Kementerian yang memprakarsai rancangan peraturan perundang-
undangan yang ditetapkan atau disahkan oleh
Presiden;
d. Kementerian/Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1); dan
e. Pemerintah Daerah, dapat melakukan sosialisasi peraturan perundang-
undangan, sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 30 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d serta Pasal 31 baik
sendiri-sendiri maupun bekerjasama dengan
Menteri dan/atau lembaga terkait lain.
(2) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara
tatap muka atau dialog langsung, berupa
ceramah, workshop/seminar, pertemuan ilmiah, konferensi pers dan cara
lainnya.
Timeline
Permen LHK No :
P.56/Menlhk-
Setjen/2015 ttg
PP No.101 Permen LHK Tatacara dan
Tahun 2014 No.5 Tahun Persyaratan Teknis
UU No.32 Tahun ttg 2014 ttg Pengelolaan
2009 tentang Pengelolaan Baku Mutu Limbah B3 dari
PPLH Limbah B3 Air Limbah Fasyankes

2009 2014 2015


28 Oktober 2018
Surat Menteri
Limbah B3 di Klinik
LHK Kepada
Kab. Majalengka
Kapolri ttg
Kota/Kab.
Pembinaan
Tasikmalaya
Pengelolaan
Kab. Bandung
Limbah B3 Pada
Fasyankes

2019 2018 2017 2016


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai