Anda di halaman 1dari 40

FARMASI RUMAH SAKIT

DOSEN PENGAMPUH

Apt.Feri Setiadi.S.Far.,M .Farm.


RUMAH SAKIT

 Menurut PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN
ORGANISASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.( permenkes
no 30 tahun 2019)
 Pengertian RS Menurut WHO (World Health Organization),
Rumah Sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial
dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan
penyakit (preventif) kepada masyaraka
 Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah
sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Organisai RS

Organisasi Rumah Sakit disesuaikan dengan besarnya


kegiatan dan beban kerja Rumah Sakit.
 Struktur organisasi Rumah Sakit harus membagi habis
seluruh tugas dan fungsi Rumah Sakit.
Setiap pimpinan organisasi di lingkungan Rumah Sakit
wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi,
simplifikasi, sinkronisasi dan mekanisasi di dalam
lingkungannya masing-masing serta dengan unit-unit
lainnya.
Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri dari

1. kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit


2. unsur pelayanan medis
3. unsur keperawatan
4. unsur penunjang medis
5. unsur administrasi umum dan keuangan
6. komite medis
7. satuan pemeriksaan internal.
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit

Kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a
adalah pimpinan tertinggi dengan nama jabatan kepala,
direktur utama, atau direktur.
Fungsi Kepala Rumah Sakit

a. koordinasi pelaksanaan tugas dan fungsi unsur


organisasi;
b. penetapan kebijakan penyelenggaraan Rumah Sakit
sesuai dengan kewenangannya;
c. penyelenggaraan tugas dan fungsi Rumah Sakit;
d. pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelaksanaan
tugas dan fungsi unsur organisasi; dan
e. evaluasi, pencatatan, dan pelaporan
Unsur Pelayanan Medis

Unsur pelayanan medis sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 6 ayat (1) huruf b merupakan unsur organisasi di
bidang pelayanan medis yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada kepala Rumah Sakit atau
direktur Rumah Sakit
Unsur pelayanan medis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dipimpin oleh direktur, wakil direktur, kepala bidang,
atau manajer
Fungsi unsur pelayanan medis

a. penyusunan rencana pemberian pelayanan medis;


b. koordinasi dan pelaksanaan pelayanan medis;
c. pelaksanaan kendali mutu, kendali biaya, dan
keselamatan pasien di bidang pelayanan medis; dan
d. pemantauan dan evaluasi pelayanan medis.
meliputi pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan gawat
darurat.
Unsur Keperawatan

Unsur keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6


ayat (1) huruf c merupakan unsur organisasi di bidang
pelayanan keperawatan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada kepala Rumah Sakit atau
direktur Rumah Sakit.
Fungsi Unsur keperawatan

a. penyusunan rencana pemberian pelayanan keperawatan;


b. koordinasi dan pelaksanaan pelayanan keperawatan;
c. pelaksanaan kendali mutu, kendali biaya, dan
keselamatan pasien di bidang keperawatan; dan
d. pemantauan dan evaluasi pelayanan keperawatan.
Unsur Penunjang Medis

Unsur penunjang medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal


6 ayat (1) huruf d merupakan unsur organisasi di bidang
pelayanan penunjang medis yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada kepala Rumah Sakit atau
direktur Rumah Sakit
Fungsi Unsur Penunjang Medis

a. penyusunan rencana pemberian pelayanan penunjang


medis;
b. koordinasi dan pelaksanaan pelayanan penunjang medis;
c. pelaksanaan kendali mutu, kendali biaya, dan
keselamatan pasien di bidang pelayanan penunjang
medis;
d. pengelolaan rekam medis; dan
e. pemantauan dan evaluasi pelayanan penunjang medis.
Unsur Administrasi Umum dan Keuangan

Unsur administrasi umum dan keuangan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf e merupakan unsur
organisasi di bidang pelayanan administrasi umum dan
keuangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit
Administrasi Umum

a. ketatausahaan; f. pencatatan, pelaporan, dan


b. kerumahtanggaan; evaluasi;
c. pelayanan hukum dan g. penelitian dan
kemitraan; pengembangan;
d. pemasaran; h. sumber daya manusia; dan
e. kehumasan; i. pendidikan dan pelatihan.
Keuangan

a. perencanaan anggaran;
b. perbendaharaan dan mobilisasi dana; dan
c. akuntansi.
Komite Medis

Komite Medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat


(1) huruf f merupakan unsur organisasi yang mempunyai
tanggung jawab untuk menerapkan tata kelola klinis yang
baik (good clinical governance).
Meningkatkan Profesionalisme Staf Medis
Yang Bekerja Di Rumah Sakit Dengan
Cara
a. melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang
akan melakukan pelayanan medis di rumah sakit;
b. memelihara mutu profesi staf medis; dan
c. menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf
medis.
Komite lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa komite:

a. keperawatan;
b. farmasi dan terapi;
c. pencegahan dan pengendalian infeksi;
d. pengendalian resistensi antimikroba;
e. etika dan hukum;
f. koordinasi pendidikan; dan
g. manajemen risiko dan keselamatan pasien.
Satuan Pemeriksaan Internal

Satuan pemeriksaan internal sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 6 ayat (1) huruf g merupakan unsur organisasi yang
bertugas melaksanakan pemeriksaan audit kinerja internal
rumah sakit.
Funfsi satuan pemeriksaan internal

a. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan manajemen risiko di


unit kerja rumah sakit;
b. penilaian terhadap sistem pengendalian, pengelolaan, dan
pemantauan efektifitas dan efisiensi sistem dan prosedur
dalam bidang administrasi pelayanan, serta administrasi
umum dan keuangan;
c. pelaksanaan tugas khusus dalam lingkup pengawasan intern
yang ditugaskan oleh kepala Rumah Sakit atau direktur
Rumah Sakit;
d. pemantauan pelaksanaan dan ketepatan pelaksanaan tindak
lanjut atas laporan hasil audit; dan
e. pemberian konsultasi, advokasi, pembimbingan, dan
pendampingan dalam pelaksanaan kegiatan operasional
rumah sakit.
Dewan Pengawas Rumah Sakit

Dewan Pengawas Rumah Sakit sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 23 merupakan unit nonstruktural yang
bersifat independen, dibentuk, dan bertanggung jawab
kepada pemilik Rumah Sakit.
FORMULARIUM NASIONAL

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2018 TENTANG
PENYUSUNAN DAN PENERAPAN FORMULARIUM
NASIONAL DALAM PENYELENGGARAAN
PROGRAM JAMINAN KESEHATAN
DEFINISI

Formularium Nasional adalah daftar obat terpilih yang


dibutuhkan dan digunakan sebagai acuan penulisan resep pada
pelaksanaan pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan
program jaminan kesehatan. (Pasal 1)
Pengaturan penyusunan dan penerapan Formularium Nasional
dalam penyelenggaraan program jaminan kesehatan merupakan
acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
provinsi/kabupaten/kota, Fasilitas Kesehatan tingkat pertama,
Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjut, dan pihak lain yang
terkait dalam penyusunan dan penerapan Formularium Nasional
dalam penyelenggaraan program jaminan kesehatan. (pasal 2)
Komite nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
terdiri atas:

a. tim ahli;
b. tim evaluasi
c. tim pelaksana
d. tim reviu.
Tim Ahli

(1) memberikan masukan teknis/ilmiah dalam


penyusunan Formularium Nasional; dan
(2) melakukan penilaian terhadap usulan obat yang akan
dimasukkan dalam Formularium Nasional.
Tim Evaluasi

(1) melakukan evaluasi daftar obat dalam Formularium


Nasional; dan
(2) memberikan dukungan teknis dalam penerapan
kebijakan Formularium Nasional yang telah ditetapkan
Tim Pelaksana

 (1) menyusun daftar obat yang akan dimasukkan dalam


Formularium Nasional;
(2) menginventarisasi dan mengkompilasi usulan
masukan daftar obat yang akan dimasukkan dalam
Formularium Nasional;
(3) menyiapkan rancangan Formularium Nasional; dan
(4) melaksanakan pendokumentasian, finalisasi dan
pelaporan kegiatan penyusunan Formularium Nasional.
Tim Reviu

(1) menyusun kajian evaluasi efikasi dan keamanan obat


dengan meminta pertimbangan tim ahli farmakologi dan
epidemiologi klinik; dan
 (2) memberikan masukan teknis/ilmiah yang diperlukan
Tim Evaluasi.
Pasal 6 Penyusunan Formularium Nasional dilakukan
dengan tahapan:

a. pengusulan
b. seleksi administratif
c. kompilasi usulan
d. pembahasan teknis
e. rapat pleno
f. Finalisasi
g. penetapan.
Pengusulan

a. dinas kesehatan daerah provinsi/kabupaten/kota;


b. rumah sakit Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
serta swasta;
c. perhimpunan/organisasi profesi dokter, dokter gigi,
dokter spesialis dan dokter gigi spesialis; dan/atau
d. unit di Kementerian Kesehatan dan Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional.
Seleksi administratif

a. usulan berasal dari pengusul sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 7 ayat (1)
b. obat yang diusulkan harus disertai data pendukung dan
bukti ilmiah terkini (evidence based medicine) yang
menunjukkan manfaat dan keamanan obat bagi populasi;
c. obat yang diusulkan harus memiliki izin edar dan usulan
penggunaannya harus sesuai dengan indikasi yang
disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan.
d. Obat yang diusulkan bukan obat tradisional dan suplemen
makanan.
Kompilasi usulan

Kompilasi usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal batas
akhir penyampaian usulan.
Pembahasan teknis

Dalam pembahasan teknis sebagaimana dimaksud pada


ayat (3), komite nasional dapat melibatkan komite
penilaian teknologi kesehatan dan/atau dewan
pertimbangan klinis sesuai dengan kebutuhan.
Rapat pleno

Hasil rapat pleno berupa rekomendasi daftar obat yang


akan dimuat dalam Formularium Nasional.
Finalisasi

a. penyempurnaan redaksional Formularium Nasional


hasil rapat pleno;
b. memberikan rekomendasi daftar obat yang tercantum
Formularium Nasional kepada Menteri melalui Direktur
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
PENERAPAN FORMULARIUM NASIONAL

 Penerapan Formularium Nasional dilakukan melalui


pemantauan dan evaluasi secara berkala.
Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan untuk menilai ketaatan dan dampak penerapan
Formularium Nasional dalam penyelenggaraan jaminan
kesehatan.
Pemantauan dan evaluasi terhadap penerapan Formularium
Nasional dilakukan oleh Menteri, Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan, dinas kesehatan daerah provinsi,
dan dinas kesehatan daerah kabupaten/kota sesuai dengan
tugas dan fungsi masingmasing.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai