Anda di halaman 1dari 33

PERAWATAN

KLIEN DENGAN LUKA BAKAR


Pengertian

 luka yang disebabkan o/


pengalihan energI dari suatu
sumber panas kepada tubuh.
 Panas dapat dipindahkan lewat
hantaran / radiasi
elektromagnetik.
 Dalamnya luka bakar bergantung
pada suhu agen penyebab luka
bakar & lamanya kontak dengan
agen tersebut.
Etiologi

 Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn) berupa Gas, Cairan,


Bahan padat (Solid)
 Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
 Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
 Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
Klasifikasi menurut dalamnya jaringan
yang rusak:

 Luka bakar derajat pertama superfisial


terbatas pada epdermis yang ditandai
dengan adanya nyeri & eritema tanpa lepuh
 Luka bakar derajat ke2 ketebalan parsial
dalam meluas ke epidermia & ke dalam
lapisan dermis
 Luka bakar derajat ke2 ketebalan parsial
dalam ke seluruh dermis
 Luka bakar derajat ke3 ketebalan penuh
meluas ke epidermis, dermis & jaringan
subkutis.
 Luka bakar derajat ke4 meluas ke otot,
tulang dan jaringan dalam
Klasifikasi luka bakar berdasarkan
luas permukaan tubuh yang terbakar

Rule of nine / rule of wallace yaitu:


 Kepala & leher = 9%
 Lengan masing-masing 9% =
18%
 Badan depan 18%, badan
belakang 18% = 36%
 Tungkai masing-masing 18%
= 36%
 Genetalia/perineum = 1%
 Total : 100%
Respons kardiovaskular terhadap luka bakar

 Segera setelah luka bakar yang luas, muncul edema jaringan


yang terkena & area di sekitarnya.
 Hal ini terjadi karena pecahnya kapiler & kebocoran cairan
plasma & protein ke dalam ruang interstisium.
 Edema meningkatkan tekanan pada jaringan, keparahan
hipoksia, & kerusakan yang fatal.
 Terjadi pelepasan sitokinin, prostaglandin, leukotrin, &
histamin yang meningkatkan permeabilitas kapiler.
 Setelah beberapa jam, edema menyebar di sekitar daerah yang
terkena luka bakar seiring dengan kemampuan kapiler u/
berfungsi sebagai sawar difusi yang hilang.
 Edema dapat terjadi pada daerah yang tidak terkena luka bakar
akibat peningkatan permeablilitas kapiler terhadap air &
protein.
 Penimbunan cairan dalam ruang interstisium di seluruh tubuh
menyebabkan penurunan volume darah yang bersirkulasi
secara bermakna yang akhirnya menurunkan isi sekuncup &
tekanan darah.
 Selama periode kebocoran kapiler, terjadi peningkatan
kepekatan darah & aliran darah melambat.
 Pasien berisiko mengalami bekuan darah.
 Dengan melemahnya denyut jantung, terutama penimbunan
darah di paru sehingga timbul kongesti paru & peningkatan
risiko pembetukan embolus.
 Penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan hipoksia ginjal
& haluaran urin menjadi berkurang.
 Sistem renin angiotensin terangsang sehingga terjadi
peningkatan sehingga terjadi peningkatan retensi garam dan air.
 Karena kapiler tidak mengalami peningkatan volume, maka
edema semakin parah & semakin meningkatkan risiko kongesti
paru & pneumonia.
 Hipoksia saluran cerna menyebabkan cedera pada sel-sel
penghasil mukus sehingga timbul ulkus lambung & duodenum
Respons sel terhadap luka bakar

 Akibat luka bakar yang luas, sel2 berada di luar daerah yang
terkena dapat menjadi permeabel terhadap elektrolit sehingga
natrium & kalsium tertimbun di dalam sel.
 Selain itu, magnesium & fosfat keluar dari sel.
 Air berdifusi ke dalam sel, akibatnya sel membengkak.
 Sel yang cedera pecah & menghasilkan kalium yang masuk ke
dalam cairan ekstraseluler.
 Perubahan2 ini mempengaruhi potensial membran semua sel &
dapat menyebabkan disritmia jantung serta perubahan pada
fungsi susunan saraf pusat.
 Luka bakar yang luas menghambat fungsi imun.
 Berkurangnya fungsi imun, disertai hilangnya fungsi protektif
kulit, menempatkan pasien pada risiko tinggi mengalami
infeksi.
 Penurunan fungsi kekebalan tampaknya disebabkan oleh
pelepasan hormon2, tidak terbatas pada glukokortikoid,
terutama kortisol.
 Kortisol dikeluarkan dalam keadaan stres & merupakan
imunosupresan pada konsentrasi tinggi.
 Pada luka bakar yang luas, laju metabolisme secara drastis
meningkat.
 Peningkatan kecepatan metabolisme dapat terjadi akibat
pengaktifan sistem saraf simpatis, respons stres & usaha untuk
menyeimbangkan panas yang hilang ketika fungsi penyekat kulit
hilang.
 Kecepatan metabolisme tinggi, peningkatan kortisol & epinefrin
(hormon yang dilepaskan pasca-absorptif) serta perubahan
sensitivitas insulin menyebabkan kerusakan jaringan, pemecahan
protein & lemak.
 Pemecahan protein berkontribusi pada pelisutan otot yang parah.
Penatalaksanaan

 Perawatan luka
 Therapi antibiotic topical
 Penggantian balutan
 Debridemen
PROSES
KEPERAWATA
N
Pengkajian

Muskuloskeletal
 kekuatan, keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit;
gangguan massa otot, perubahan tonus.

Kardiovaskular:
 hipotensi , nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer, kulit putih & dingin, takikardia,
disritmia, pembentukan oedema jaringan
Psikososial
 masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
 ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
Eliminasi:
 haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis, penurunan bising usus/tak ada
Pencernaan
 oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
Neurosensori:
 kesemutan.
 perubahan orientasi; afek, perilaku; refleks tendon dalam (RTD) pada cedera
ekstremitas; aktifitas kejang, laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman
penglihatan; ruptur membran timpanik, paralisis

Kenyamanan:
 luka bakar derajat 1 secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara &
perubahan suhu
 luka bakar ketebalan sedang derajat ke2 sangat nyeri;
 smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat ke2 tergantung pada keutuhan
ujung saraf
 luka bakar derajat ke3 tidak nyeri.
Pernafasan:
 serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
menelan sekresi oral & sianosis
 Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar
dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru);
stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
Keamanan:
 Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5
hari
 Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian
kapiler lambat
Pemeriksaan diagnostik:

 Kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena


peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
 Gas-gas darah arteri (GDA) & sinar X dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
 BUN & kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
 Urinalisis menunjukkan mioglobin menandakan kerusakan otot
pada luka bakar ketebalan penuh luas.
 Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
 Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera
inhalasi asap.
MASALAH KEPERAWATAN

 Bersihan jalan nafas tidak efektif


 Nyeri akut
 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
 Hambatan mobilitas fisik
 Kerusakan integritas kulit
 Resiko infeksi
 Kekurangan volume cairan
 Gangguan konsep diri : Body image
INTERVENSI
Meningkatkan pertukaran gas & bersihan jalan nafas

 Pemeriksaan untuk mengkaji pertukaran gas yang adekuat & bersihan


jalan nafas
 Frekuensi, kualitas & dalamnya respirasi harus dicatat.
 membalikan tubuh pasien
 mendorong pasien u/ batuk serta bernafas dalam,
 memulai inspirasi kuat yang periodic dengan spirometri &
mengeluarkan timbunan secret melalui pengisapan trachea jika
diperlukan
 Pengaturan posisi tubuh pasien u/ mengurangi kerja pernafasan serta
meningkatkan ekspansi dada yang maksimal
 pemberian oksigen yang dilembabkan/ pelaksanaan ventilasi mekanis
Mengurangi nyeri & ketidaknyamanan

 kassa penutup steril yang bisa membantu mengurangi rasa


nyeri
 preparat analgetik harus sudah diberikan sebelum nyeri terasa
sangat hebat.
 mengajarkan teknik-teknik relaksasi kepada pasien
 pengalihan perhatian
Mempertahankan nutrisi yang adekuat.

  Perawat harus kolaborasi dengan ahli gizi u/ merencanakan


diet tinggi kalori tinggi protein yang dapat diterima oleh pasien.
 Asupan kalori pasien harus dicatat
 Lingkungan pasien sedapat mungkin harus dibuat
menyenangkan pada jam jam makan.
 Memesan makanan yang disukai pasien & menawarkan
kudapan yang kaya akan protein serta vitamin
Meningkatkan Mobilitas Fisik.

 Membalikan tubuh, & mengatur posisi yang benar


 Latihan gerak yang aktif maupun pasif
 Bidai / alat-alat fungsional lainnya dapat digunakan pada
ekstremitas untuk mengendalikan kontraktur.
Memperbaiki Integritas Kulit dengan Perawatan Luka

 pengkajian serta pencatatan setiap perubahan atau kemajuan


dalam proses kesembuhan luka
 menjaga agar semua anggota tim perawatan terus mendapatkan
informasi tentang berbagai perubahan pada luka / penanganan
pasien.
Mencegah Infeksi

 Perawat bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang


aman serta bersih dan meneliti luka bakar
 pemeriksaan kultur dan pemeriksaan leukosit harus dipantau.
 Teknik aseptic harus diterapkan dalam prosedur perawatan luka
bakar serta prosedur invasive lainnya.
 Membasuh tangan dengan teliti sebelum dan sesudah menyentuh
setiap pasien
 Perawat harus melindungi pasien terhadap sumber-sumber
kontaminasi
 Memandikan bagian-bagian tubuh yang tidak terbakar dan
mengganti linen yang dilakukan secara teratur
Memulihkan keseimbangan Cairan & Elektrolit

 memeriksa Tanda-tanda Vital


 memeriksa keluaran urin dengan sering
 Memeriksa curah jantung pada pasien luka bakar yang berat.
 Volume cairan yang diinfuskan harus sebanding dengan
volume haluaran urin.
 Kadar elektrolit serum juga harus dipantau.
Memperkuat Strategi koping.

 Perawat dapat membantu pasien untuk mengembangkan


strategi koping yang efektif dengan menetapkan harapan yang
spesifik terhadap perilaku
 meningkatkan komunikasi yang jujur untuk membangun
hubungan saling percaya
 membantu pasien dalam mempraktikan berbagai strategi yang
tepat & memberikan dorongan yang positif bila diperlukan.
Jazakumullahu Khairan
KMB III

Anda mungkin juga menyukai