Anda di halaman 1dari 33

Kredit Pajak, PPh Pasal

28/29, dan PPh Pasal 25

Kelompok 8
3A05
Kelompok 8

Vicky Dwi Julio Mariana Kilany Monasari Sihura Endah Sayekti


2016017219 Lau 2019017183 2019017193
2019017178
KREDIT PAJAK
●Kredit pajak merupakan jumlah pembayaran pajak yang telah
dibayar oleh wajib pajak di awal periode. Jumlah pajak yang dibayar
merupakan akumulasi dari pajak yang dipungut pihak lain, serta
dikurang pajak terutang (termasuk pajak penghasilan yang terutang
di luar negeri). Sedangkan segala bentuk penghasilan yang sudah
dikenakan pajak yang bersifat final, tidak boleh diperlakukan sebagai
kredit pajak

●Wajib pajak harus mengkreditkan pajak yang telah dipotong dan


dipungut untuk mengurangi jumlah pajak terutangnya pada akhir
tahun. Aturan mengenai kredit pajak ini diatur dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 (UU KUP).
JENIS KREDIT PAJAK
Berdasarkan ketentuan pasal 28 UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan yang telah mengalami
perubahan menjadi UU Nomor 36 Tahun 2008 atau dikenal dengan
UU PPh, berikut ini jenis-jenis kredit pajak
yang berlaku: 
a) Pemotongan pajak atas penghasilan dari pekerjaan, jasa dan
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 UU PPh.
b) Pemungutan pajak atas penghasilan dari kegiatan di bidang impor
atau kegiatan usaha di bidang lain sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 UU PPh.
c) Pemotongan pajak atas penghasilan berupa dividen, bunga,
royalti, sewa, hadiah dan penghargaan, dan imbalan jasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 UU PPh.
d) Pajak yang dibayar atau terutang atas penghasilan dari luar negeri
yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24
UU PPh.
e) Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak sendiri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 UU PPh.
f) Pemotongan pajak atas penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 ayat (5) UU PPh.
a. PPh Pasal 21
WPOP dapat mengurangi jumlah pajak terutang dengan
mengkreditkan PPh Pasal 21 yang telah dipotong dalam tahun pajak
bersangkutan. Pemotongan PPh Pasal 21 yang dimaksud adalah
sehubungan dengan pekerjaan,jasa atau kegiatan dengan nama dan
dalam bnetuk apapun yang diperoleh WPOP dalam negeri wajib
dilakukan oleh :
1. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium , tunjangan
dan pembayaran lain sbg imbalan pekerjaan yang dilakukan pegawai
atau bukan pegawai.
2. Bendahara pemerintah yang membayar gaji,upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa ,
atau kegiatan.
3. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan
pembayaran lain dalam rangka pensiun.
4. Badan yg membayar honorarium atau pembayaran lain sbg imbalan
jasa.
5. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran kegiatan.
2. PPh Pasal 22
Meliputi PPh yang dipungut dalam tahun pajak bersangkutan oleh:
a. Bank devisa atau Dirjen Bea Cukai atas impor barang.
b. Dirjen Perbendaharaan, Bendara Pemerintah Pusat maupun Daerah yang
melakukan pembayaran pembelian.
c. BUMN dan BUMD yang melakukan pembelian dengan dana dari APBN
atau APBD kecuali badan pada butir d.
d. BI, Perusahaan Pengelola Asset, Badan Urusan Logistik,PT Telkom,
PLN,dll.
e. Badan usaha di bidang industri semen,kertas, baja dan otomotif yang
ditunjuk Kantor Pelayanan Pajak ata penjualan hasil produksi dalam negeri.
f. Produsen atau importir bahan bakar minyak,gas dan pelumas.
g. industri dan eksportir bergerak dalam sektor perhutanan,perkebunan,
pertanian, dan perikanan atas pembelian bahan keperluan industri atau
ekspor dari pedagang pengumpul.
3. PPh Pasal 23
PPh Pasal 23 dipotong atas penghasilan dibawah ini dengan nama
dan bentuk apapun, disdiakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh
tempo pembayarannya olehh badan pemerintah,subjek pajak luar
negeri, penyelenggara kegiatan, BUT, atau perwakilan perusahaan
luar negeri lainnya kepada WP dalam negeri atau bentuk usaha tetap:
a. Sebesar 15% dari jumlah bruto atas dividen,bunga, royalti, dan
hadiah,penghargaan, bonus, dan selain telah dipotong PPh Pasal
21.
b. Sebesar 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain
sehubungan penggunaan harta dan imbalan sehubungan dengan
jasa teknik, manajemen,konstruksi,konsultan dll yang dipotong
PPh Pasal 21.
4. PPh Pasal 24
Adalah pajak terutang di luar negeri atas penghasilan yang diterima di
luar negeri dalam tahun bersangkutan, sebesar PPh terutang di luar negeri
tetapi tidak boleh melebihi perhitungan pajak terutang berdasar UU PPh.
Perhitungan batas maksimum kredit pajak luar negeri yg dapat
dikreditkan tsb harus dilakukan masing-masing negara.
5. PPh Pasal 26
Pemotongan pajak WPLN bersifat final namun atas penghasilan yg
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b dan c UU PPh dan atas
penghasilan WPOP atau badan luar negeri yang berubah status menjadi
WP dalam negeri atau bentuk usaha tetap, pemotongan pajaknya tidak
final shg dapat dikreditkan dalam SPT Tahunan PPh.
Contoh

PPh Terutang Rp80.000.000


kredit pajak:
Pemotongan pajak dari penghasilan (Pasal 21) Rp 5.000.000
Pemungutan pajak oleh pihak lain (Pasal 22) Rp10.000.000
pemotongan pajak dari modal (Pasal 23) Rp 5.000.000
kredit pajak luar negeri (Pasal 24) Rp15.000.000
dibayar sendiri oleh WP (Pasal 25) Rp10.000.000 (+)
jumlah PPh yang dapat dikreditkan
Rp45.000.000(-)
PPh yang masih harus dibayar
Rp35.000.000
PPH PASAL 28/29

1. PENGERTIAN PPH PASAL 28a


Adalah pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata
lebih kecil dari jumlah kredit pajak di atas maka setelah
dilakukan pemeriksaan, kelebihan pembayaran pajak
dikembalikan setelah diperhitungkan dengan utang pajak
berikut sanksi‐sanksinya.
KETENTUAN PENGEMBALIAN PPH
PASAL 28 A
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum dilakukan
pengembalian pajak di antaranya: 
1. Keabsahan bukti pungutan dan bukti potongan serta bukti
pembayaran pajak oleh wajib pajak sendiri untuk tahun pajak
bersangkutan.
2.Kebenaran materiil tentang besarnya pajak penghasilan yang
terutang.

Oleh karena itu, pihak yang telah ditentukan berhak untuk


mengadakan pemeriksaan atas laporan keuangan dan catatan lain
yang berkaitan dengan penentuan besarnya pajak penghasilan
terutang. Berdasarkan pasal 28A UU PPh, kelebihan pembayaran
pajak merupakan hak wajib pajak dan harus dikembalikan kepada
wajib pajak sebagai restitusi.
Sedangkan kekurangan pembayaran pajak yang terutang harus
dilunasi sebelum SPT Pajak Penghasilan disampaikan,
paling lambat pada batas akhir penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan.
CONTOH SOAL
Penghasilan Kena Pajak Ibu Nunu di tahun 2016 dianggap Rp200.000.000.
Selain itu, dia
juga memiliki kredit pajak
 Pph Pasal 22 sebesar Rp7.000.000
 Pph Pasal 23 sebesar Rp9.500.000.
Ibu Nunu juga terdapat penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) terhadap
Kementerian
sebesar Rp1.000.000.000.
PENYELESAIAN:
PPh Terutang Ibu Nunu 
= (5% x Rp50.000.000) + (Rp150.000.000 x 15%) = Rp25.000.000
Kredit Pajak:
PPh 22 = Rp7.000.000
PPh 23 = Rp9.500.000
PPh 22 = 1,5% x Rp1.000.000.000 = Rp15.000.000
Jumlah Kredit Pajak
= Rp7.000.000 + Rp9.500.000 + Rp15.000.000 = Rp31.500.000
PPh Pasal 28 = PPh Terhutang – Kredit Pajak
PPh Pasal 28 = Rp25.000.000 – Rp31.500.000 = (Rp6.500.000)
Pajak penghasilan Pasal 28 yaitu adanya kelebihan pembayaran
PPH PASAL 28/29

1. PENGERTIAN PPH PASAL 29


Adalah pajak yang harus dilunasi oleh Wajib Pajak Orang
Pribadi dan/atau Badan sebagai akibat PPh Terutang dalam
Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan lebih
besar dari pada kredit pajak yang telah dipotong atau dipungut
oleh pihak lain dan yang telah disetor sendiri.
CONTOH SOAL
1. Perhitungan PPh Pasal 29 Orang Pribadi
Pak Rudi adalah pengusaha restoran (UMKM) di Lampung yang termasuk
ke dalam Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu dan memakai
pencatatan di dalam penghitungan besarnya PPh. Berikut adalah perhitungan
pajak tersebut?
Jawab :
PPh Pasal 25 (WPOPPT) yang telah dilunasi adalah (0,75% x Rp200.000.000) =
Rp1.500.000.
Setelah dihitung kembali, pajak yang seharusnya dibayar Pak Rudi yang
terutang selama setahun ialah Rp2.000.000
PPh Pasal 29 yang wajib dilunasi Pak Rudi adalah Rp2.000.000 – Rp1.500.000
= Rp500.000
1. Perhitungan PPh Pasal 29 Badan
PT Jayapak setelah menghitung jumlah PPh terutang tahun pajak
2019, diketahui PPh terutangnya dalam
setahun sebesar Rp12.000.000. Pada 2020, PT Jayapak memperoleh
laba yang lebih banyak. Sesudah dihitung kembali, pajak
terutang pada 2020 adalah Rp15.000.000.
Jawab :
Angsuran dari PPh Pasal 25 selama tahun 2012 (12 bulan) adalah
Rp1.000.000 x 12 = Rp12.000.000
PPh Pasal 29 tahun 2012 yang wajib dilunasi PT Jayapak adalah:
= PPh yang terutang – Angsuran PPh Pasal 25
= Rp15.000.000 – Rp12.000.000 = Rp3.000.000
PPH PASAL 25

PENGERTIAN PPH PASAL 25

Merupakan angsuran PPh yang harus dibayar sendiri oleh WP


untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 UU No.7 Tahun 1983 sebagaimana
telah diubah terakhir dengan UU No.36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan.
Menghitung angsuran bulanan

Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan (tahun pajak


berikutnya
setelah tahun yang dilaporkan di SPT tahunan PPh) dihitung
sebesar PPh yang terutang pajak tahun lalu,
yang dikurangi dengan:
 Pajak penghasilan yang dipotong sesuai Pasal 21 (yaitu
sesuai tarif pasal 17 ayat (1) bagi pemilik NPWP dan tambahan
20% bagi yang tidak memiliki NPWP) dan Pasal 23 (15%
berdasarkan dividen, bunga, royalti, dan hadiah serta 2%
berdasarkan sewa dan penghasilan lain serta imbalan jasa)
serta pajak penghasilan yang dipungut sesuai pasal
22 (pungutan 100% bagi yang tidak memiliki NPWP);
 Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri
yang boleh dikreditkan sesuai pasal 24; lalu dibagi 12 atau
total bulan dalam pajak masa setahun.
Tarif PPh Pasal 25
1.Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP)
Contoh 1
Pajak Penghasilan yang terutang tuan hakim berdasarkan SPT Tahunan PPh tahun 2016 sebesar
Rp50.000.000. pajak yang telah dipotong atau dipungut oleh pihak ketiga serta yang terutang atau
dibayar di luar negeri dalam tahun 2016 sbb:
• Pemotongan PPh Pasal 21 melalui pemberi kerja Rp15.000.000
• Pemotongan PPh Pasal 22 oleh pihak lain Rp10.000.000
• Pemotongan PPh Pasal 23 oleh penyelenggara kegiatan Rp2.500.000
• Pembayaran pajak di luar negeri Rp7.500.000 seluruhnya dpt dikreditkan (sbg PPh Pasal 24)
Angsuran bulanan PPh Pasal 25 tahun 2017 adalah:
PPh menurut SPT Tahunan PPh tahun 2016 Rp 50.000.000
Kredit Pajak tahun 2016:
PPh Pasal 21 Rp15.000.000
PPh Pasal 22 Rp10.000.000
PPh Pasal 23 Rp 2.500.000
PPh Pasal 24 Rp 7.500.000
Total kredit pajak Rp 35.000.000(-)
Dasar perhitungan angsuran Rp 15.000.000

angsuran PPh pasal 25 tahun ini = Rp 15.000.000 : 12


=Rp 1.250.000
Tarif PPh Pasal 25
1.Wajib Pajak Badan
Contoh 2
Pajak Penghasilan terutang PT Perdana berdasarkan SPT Tahunan PPh tahun 2016 sebesar
Rp120.000.000. pajak yang telah dipotong atau dipungut oleh pihak ketiga serta yang terutang atau
dibayar di luar negeri dalam tahun 2016 sbb:
• PPh yang dipungut oleh pihak lain (PPh Pasal 22 ) Rp30.000.000
• PPh yang dipotong oleh pihak lain (PPh Pasal 23) Rp15.000.000
• PPh yang dibayar di luar negeri Rp42.500.000 , tetapi berdasarkan ketentuan yang dapat
dikreditkan (PPh Pasal 24) Rp40.000.000
Pajak Penghasilan yang telah dipotong/dipungut oleh pihak lain dan yang dibayarkan atau terutang
di luar negeri tsb untuk bagian tahun pajak yang meliputi ma 8 bulan dalam tahun 2016
Angsuran bulanan PPh Pasal 25 tahun 2017 adalah:
PPh menurut SPT Tahunan PPh tahun 2016 Rp 120.000.000
Kredit Pajak tahun 2016:
PPh Pasal 22 Rp30.000.000
PPh Pasal 23 Rp 15.000.000
PPh Pasal 24 Rp40.000.000
Total kredit pajak Rp 85.000.000(-)
Dasar perhitungan angsuran Rp40.000.000

angsuran PPh pasal 25 tahun ini = Rp 40.000.000 : 8


=Rp 5.000.000
Menghitung Angsuran PPh Untuk Bulan
Sebelum Batas Waktu Penyampaian SPT
Tahunan PPh
Contoh
Apabila SPT PPh pada contoh 1 (WP Orang pribadi) disampaikan oleh WP orang
pribadi pada bulan maret 2017, besarnya angsuran pajak yang harus dibayar untuk
bulan Januari dan Februari 2017 adalah sebesar angsuran pajak bulan Desember
2016. misalnya, besarnya angsuran pajak bulan Desember 2016 Rp1.000.000
sehingga angsuran PPh bulan Januari dan Februari masing-masing Rp1.000.000.
(berlaku juga untuk WP Badan)
Menghitung Angsuran PPh Pasal 25
apabila Dalam Tahun Berjalan Diterbitkan
Surat Ketetapan Pajak Untuk Tahun Pajak
Contoh Yang Lalu
Berdasarkan SPT PPh tahun 2016 yang disampaikan WP dalam
bulan Februari 2017, perhitungan besarnya angsuran pajak
yang harus dibayar adalah Rp1.250.000. dalam bulan Juni
2017, telah diterbitkan surat ketetapan pajak tahun 2016 yang
menghasilkan besarnya angsuran pajak setiap bulan
Rp2.000.000.
berdasarkan ketentuan tsb, besarnya angsuran pajak mulai Juli
2017 adalah Rp2.000.000. penetapan angsuran pajak
berdasarkan surat ketetapan pajak tsb bisa sama, lebih besar,
atau lebih kecil dari angsuran pajak sebelumnya berdasar SPT.
PPh Pasal 25 Hal-hal tertentu

1. WP berhak atas kompensasi kerugian


Jika WP berhak atas kompensasi kerugian, besarnya angsuran PPh
Pasal 25 sama dengan PPh yang dihitung atas dasar perhitungan PPh
dikurangi dengan PPh yang dipotong/dipungut atau terutang di luar
negeri yang boleh dikreditkan sesuai ketentuan Pasal 21, Pasal 22,
Pasal 23, dan Pasal 24 UU PPh, kemudian dibagi 12 atau banyaknya
bulan dalam tahun pajak.
2. WP memperoleh penghasilan tidak teratur
Jika WP memperoleh penghasilan tidak teratur maka besarnya ngsuran PPh
Pasal 25 adalah sama dengan PPh yang dihitung dengan dasar perhitungan PPh
dikurangi dengan PPh yang dipotong/dipungut atau dibayar/terutang di luar
negeri yang boleh dikreditkan sesuai ketentuan Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, dan
Pasal 24 UU PPh, kemudian dibagi 12 aau banyaknya bulan dalam tahun pajak.
dasar perhitungan PPh yang dimaksud adalah jumlah penghasilan neto menurut
SPT Tahunan PPh tahun pajak yang lalu setelah dikurangi penghasilan tidak
teratur yang dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh.
3. SPT PPh tahun lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yg
ditentukan
Apabila SPT Tahunan PPh tahun lalu disampaikan setelah lewat batas
waktu, yaitu selambat-lambatnya tiga bulan setelah akhir tahun pajak
untuk WPOP dan empat bulan setelah akhir tahun pajak untu WP
Badan, besarnya PPh Pasal 25 dihitung:
a. Untuk bulan mulai batas waktu penyampaian SPT sampai dengan
bulan sebelum disampaikannya SPT tsb, besarnya PPh Pasal 25
sama dengan besarnya angsuran PPh Pasal 25 bulan terakhir dan
bersifat sementara.
b. Untuk bulan bulan setelah WP menyampaikan SPT Tahunan PPh,
besarnya angsuran PPh Pasal 25 dihitung kembali berdasar
ketentuan dan berlaku surut.
4. WP diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT
Tahunan Pph
Besarnya PPh Pasal 25 dihitung sbb;
a. Untuk bulan-bulan mulai batas waktu penyampaian SPT
Tahunan sampai dengan bulan sebelum disampaikannya SPT
Tahunan tsb, besarnya angsuran PPh pasal 25 sama dengan
besarnya PPh Pasal 25 yang dihitung berdasarkan SPT
Tahunan sementara yang disampaikan WP pada saat
mengajukan permohonan izin perpanjangan.
b. Untuk bulan-bulan setelah WP menyampaikan SPT Tahunan
PPh, besarnya angsuran PPh Pasal 25 dihitung kembali
berdasarkan SPT Tahunan tsb (sama dengan ketentuan pada
huruf b “SPT Tahunan PPh Tahun yang Lalu Disampaikan
setelah lewat batas waktu yang ditentukan”) dan berlaku surut
mulai bulan batas waktu penyampaian SPT Tahunan.
5. WP membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh yang
mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar daripada angsuran
bulanan sebelum pembetulan

Apabila PPh Pasal 25 setelah pembetulan SPT Tahunan lebih


besar daripada PPh Pasal 25 sebelum pembetulan, atas kekurangan
setoran PPh Pasal 25 terutang bunga sebesar 2% untuk jangka
waktu yang dihitung sejak jatuh tempo penyetoran PPh Pasal 25
dari masing-masing bulan sampai tanggal penyetoran.
Apabila besarnya PPh Pasal 25 setelah pembetulan lebih kecil
daripada PPh Pasal 25 sebelum pembetulan, atas kelebihan setoran
PPh Pasal 25 dapat dipindahbukukan ke PPh Pasal 25 bulan
berikutnya setelah penyampaian SPT Tahunan Pembetulan.
6. Terjadi perubahan usaha atau kegiatan WP
Apabila sesudah 3 bulan atau lebih berjalannya suatu tahun pajak, WP
mengalami penurunan usaha, dapat menunjukkan PPh yang akan terutang
untuk tahun pajak tsb kurang dari 75% dari PPh terutang yang menjadi
dasar perhitungan PPh Pasal 25 maka WP dapat mengajukan permohonan
pengurangan besarnya PPh Pasal 25 .
Apabila dalam tahun pajak berjalan WP mengalami peningkatan usaha
dan diperkirakan PPh yang terutang untuk tahun pajak tsb lebih dari
150% dari PPh terutang yang menjadi dasar perhitungan, besarnya PPh
Pasal 25 untuk bulan yang tersisa dari tahun pajak bersangkutan harus
dihitung kembali berdasar perkiraan kenailaan PPh terutang tsb oleh WP
sendiri atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat WP terdaftar
PPh pasal 25 :
1. Bagi WP Baru
Wajib pajak baru adalah WP orang pribadi dan badan yang baru pertamakali memperoleh
penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas dalam tahun pajak berjalan.
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk WP baru adalah sebesar PPh yang dihitung
berdasarkan penerapan tarif umum atas penghasilan neto sebulan yang disetahunkan
dibagi 12.
Angsuran PPh Pasal 25 sebulan=(tarif pasal 17x(12x penghasilan neto sebulan):12)

2. WP Bank dan Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi


Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dapat dihitung dengan:
Angsuran PPh Pasal 25 sebulan=(tarif pasal 17x(perkiraan laba triwulan
pertamax4):12

3. Bagi WP BUMN dan BUMD


Besarnya angsuran PPh Pasal 25 sebesar PPh yang dihitung berdasarkan penerapan tarif
umum atas laba rugi fiskal menurut Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP)
tahun bersangkutan yang disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
dikurangi pemotongan PPh Pasal 22, PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 24.
4. WP masuk bursa dan WP lainnya yang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan harus membuat Laporan Keuangan
berkala.

Besarnya angsuran PPh Pasal 25 sebesar PPh yang dihitunng


berdasarkan penerapan tarif umum atas laba rugi fiskal menurut
laporan keuangan berkala terakhir yang disetahunkan dikurangi
dengan pemotongan dan pemungutan PPh Pasal22, Pasal 23, dan
Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri tahun pajak yang
lalu, dibagi 12.

5. WP Orang Pribadi Pengusaha Tertentu

Besarnya angsuran PPh Pasal 25 sebesar 0.75% dari jumlah


peredaran bruto setiap bulan dari masing-masing tempat usaha tsb.
Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal
25 selambat-
1. PPh Pasal 25 harus dibayar/disetorkan
lambatnya tanggal 15 bulan takwim berikutnya
setelah masa pajak berakhir.
2. WP diwajibkan menyampaikan SPT masa selambat-
lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir.
3. Bagi WP tertentu:
a. Jika WP memiliki beberapa tempat usaha, harus
mendaftarkan masing masing tempat usahanya di
Kantor Pelayanan Pajak bersangkutan.
b. WP yang memiliki beberapa tempat usha lebih dari
satu wilayah Kantor Pelayanan Pajak harus
mendaftarkan setiap tempat usahanya di masing
masing Kantor Pelayanan Pajak.
c. SPT Tahunan PPh harus disampaikan di Kantor
Pelayanan Pajak tempat domisili WP terdaftar.
PPh Pasal 25 Bagi WPOP yang
Berpergian ke Luar Negeri

WPOP dalam negeri yang tidak memiliki NPWP dan berusia 21 tahun yang
bertolak ke luar negeri wajib membayar pajak. Yang termasuk istri, anggota
keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak
angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya WP bersangkutan.
Biaya fiskal luar negeri (FLN) yang wajib dibayar WPOP:
1. Rp2.500.000 untuk setiap orang bertolak ke luar negeri dengan pesawat
udara.
2. Rp1.000.000 untuk setiap orang bertolak ke luar negeri dengan angkutan
laut.
Tatacara Pengecualian Pembayaran
Fiskal Luar Negeri bagi WPOP
dalam negeri
Terimakasih

CREDITS:
This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images
by Freepik.
Please keep this slide for attribution.

Anda mungkin juga menyukai