Anda di halaman 1dari 6

Sejarah Dakwah Rasulullah

SAW Periode Makkah 


Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Tahun Gajah, apa maksudnya? Di tahun
kelahiran Rasulullah saw. Ada peristiwa
besar di Mekkah. Abrahah pergi ke Mekkah
dan menghancurkan Ka’bah. Ia
mengerahkan tentara dan pasukan
gajahnya. Namun, perjalanan pasukan
gajah ini terhenti di Mina. Allah swt.
membinasakan pasukan itu dengan
mengirimkan serombongan Burung Ababil
yang melemparkan kerikil mematikan.
Tahun terjadinya peristiwa itu dinamakan
Tahun Gajah. Oleh karena itu, masyarakat
menamakan tahun kelahiran Nabi sebagai
tahun gajah. Tepatnya menjelang dini hari
Senin tanggal 12 Rabi’ul awal yang
bertepatan dengan tanggal 25 April 571
Masehi.
Silsilah/Nasab Rasulullah SAW
Nasabnya adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul
Muthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Quraisy
bin Kilab. Rasulullah saw. memiliki silsilah yang
berujung pada Adnan anak keturunan Nabi Ismail a.s.
Semuanya dikenal sebagai orang-orang yang mulia
dan shalih. Tak heran jika Rasulullah saw. adalah anak
Adam yang paling mulia kehormatan dan paling
utama nasabnya. “Aku adalah manusia pilihan dari di
antara manusia pilihan dari di antara manusia
pilihan.”
Rasulullah saw. adalah putra semata wayang
Abdullah, anak terakhir Abdul Muthallib. Abdul
Muthalllib pernah bernazar, jika dikaruniai 10 anak
lelaki, ia akan menyembelih satu orang di antaranya
untuk Allah. Ketika diundi, keluarlah nama Abdullah.
Ketika Abdul Muthallib akan memenuhi nazarnya,
kaumnya bermusyawarah dan menawarkan
kepadanya agar menebus putra bungsunya itu dengan
100 ekor unta atau serata dengan diat 10 orang budak.
Abdullah wafat saat Rasulullah saw. masih dalam
kandungan Aminah, ibunya. Aminah adalah anak
Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab.
Rasulullah saw. lahir di hari Senin, 12 Rabi’ul Awal
tahun Gajah. Aminah mengirimkan bayinya ke Abdul
Muthallib. Lantas Abdul Muthallib membawa bayi
yang dinamainya Muhammad itu berthawaf
mengelilingi Ka’bah.
Ibu Susu Rasulullah SAW
Sudah menjadi tradisi kalangan terpandang Arab, bayi-
bayi mereka disusui oleh murdi’at (para wanita yang
menyusui bayi). Rasulullah saw. ditawarkan kepada
murdi’at dari Bani Sa’ad yang sengaja datang ke Mekkah
mencari bayi-bayi yang masih menyusu dengan harapan
mendapat bayaran dan hadiah. Tapi mereka menolak
karena Rasulullah saw. anak yatim. Namun Halimah
Sa’diyah tidak mendapatkan seroang bayi pun yang akan
disusui. Karena itu, agar pulang tanpa tangan hampa, ia
mengambil Rasulullah saw. yang yatim itu sebagai anak
susuannya.
Keberadaan Muhammad mungil memberi berkah kepada
keluarga Halimah, bahkan bagi kabilahnya. Setelah dua
tahun, Halimah membawa Muhammad kecil
mengunjungi ibunya. Karena sadar bahwa keberadaan
Muhammad kecil memberi berkah kepada kampungnya,
Halimah memohon Aminah agar Muhammad kecil
diizinkan tinggal kembali bersama Bani Sa’ad. Aminah
setuju.
Muhammad cilik dikembalikan ke Mekkah setelah terjadi
peristiwa pembelahan dada. Dua malaikat datang
menghampiri Rasulullah saw. dengan membawa bejana
dari emas berisi es. Mereka membelah dada Rasulullah
saw. dan mengeluarkan hatinya. Hati itu dibedah dan
dikeluarkan gumpalan darah yang berwarna hitam.
Kemudian dicuci dengan es. Setelah itu dikembalikan
seperti semula. Halimah khawatir dengan keselamatan
Muhammad cilik. Ia dan suaminya sepakat
mengembalikan Muhammad kecil kepada ibunya.
Aminah dan Abdul Muthallib Wafat
Muhammad kecil pun tinggal bersama ibunya. Ketika
berusia 6 tahun, Muhammad cilik dibawa ibunya
mengunjungi paman-pamannya dari Bani Adi bin Najjar di
Yatsrib (yang kemudian hari berubah nama menjadi
Madinah). Dalam perjalanan ini Aminah wafat di Abwa
dan dikuburkan di sana.
Kemudian Muhammad cilik diasuh kakeknya, Abdul
Muthallib. Namun tak berlangsung lama, hanya 2 tahun.
Abdul Muthallib wafat ketika Rasulullah saw. berusia 8
tahun. Rasulullah saw. kemudian diasuh oleh pamannya,
Abu Thalib.
 
Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah Periode
Mekah
1. Substansi Dakwah Nabi Muhammad saw Periode Mekah
a. Ajaran-ajaran Tauhid (Keimanan)
1. Mengajak masyarakat Arab untuk menyembah Allah swt
dan meninggalkan berhala.
2. Beriman kepada rasul.
3. Beriman kepada hari akhir.
b. Ajaran-ajaran Akhlak
1. Mengajak manusia selalu berbuat baik, dan mau
meninggalkan perbuatan dosa.
2. Mengajak manusia untuk saling mengasihi, menyayangi,
dan saling menolong.
3. Dilarang membunuh, menganiaya, berdusta, dan
mencuri.
4. Mengajak untuk mengasihi fakir miskin dan yatim piatu.
2. Strategi Dakwah Rasul Periode Mekah
 
DIBAWAH NAUNGAN KENABIAN DAN
KERASULAN
 
Di Gua Hira’
 
Setelah melalui perenungan yang lama dan telah terjadi
jurang pemisah antara pemikiran Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam dan kaumnya, beliau nampak lebih
menggandrungi untuk mengasingkan diri. Hal ini terjadi
tatkala beliau menginjak usia 40 tahun; beliau membawa
roti dari gandum dan bekal air ke gua Hira’ yang terletak
di jabal an-Nur , yaitu sejauh hampir 2 mil dari Mekkah.
Gua ini merupakan gua yang indah, panjangnya 4 hasta,
lebarnya 1,75 hasta dengan ukuran zira’ al-Hadid (hasta
ukuran besi).
 
Di dalam gua tersebut, beliau berpuasa bulan Ramadhan,
memberi makan orang-orang miskin yang
mengunjunginya. Beliau menghabiskan waktunya dalam
beribadah dan berfikir mengenai pemandangan alam di
sekitarnya dan adanya kekuasaan dalam menciptakan
dibalik itu. Kaumnya yang masih menganut ‘aqidah yang
amburadul dan cara pandang yang rapuh membuatnya
tidak tenang akan tetapi beliau tidak memiliki jalan yang
jelas, manhaj yang terprogram serta cara yang terarah
yang membuatnya tenang dan setuju dengannya.
 
 
Pilihan mengasingkan diri (‘uzlah) yang diambil oleh beliau
Shallallahu ‘alaihi wasallam ini merupakan bagian dari tadbir
(aturan) Allah terhadapnya. Juga, agar terputusnya
hubungannya dengan kesibukan-kesibukan di muka bumi,
gemerlap hidup dan nestapa-nestapa kecil yang mengusik
kehidupan manusia menjadi noktah perubahan dalam
mempersiapkan diri menghadapi urusan besar yang sudah
menantinya sehingga siap mengemban amanah kubro, merubah
wajah bumi dan meluruskan garis sejarah. ‘Uzlah yang sudah
ditadbir oleh Allah ini terjadi tiga tahun sebelum beliau ditaklif
dengan risalah. Beliau mengambil jalan ‘uzlah ini selama
sebulan dengan semangat wujud yang bebas dan mentadabburi
kehidupan ghaib yang tersembunyi dibalik wujud tersebut
hingga tiba waktunya untuk berinteraksi dengan kehidupan
ghaib ini saat Allah memperkenankannya.
 
Jibril ‘alaihissalam turun membawa wahyu
 Tatkala usia beliau mencapai genap empat puluh tahun- yaitu
usia yang melambangkan kematangan, dan ada riwayat yang
menyatakan bahwa diusia inilah para Rasul diutus – tanda-
tanda nubuwwah (kenabian) sudah tampak dan mengemuka,
diantaranya; adanya sebuah batu di Mekkah yang
mengucapkan salam kepada beliau, terjadinya ar-Ru’ya –ash-
Shadiqah- (mimpi yang benar) yang datang berupa fajar subuh
yang menyingsing. Hal ini berlangsung hingga enam bulan –
masa kenabian berlangsung selama dua puluh tiga tahun- dan
ar-Ru’ya ash-Shadiqah ini merupakan bagian dari empat puluh
enam tanda kenabian. Ketika memasuki tahun ketiga dari
pengasingan dirinya (‘uzlah) di gua Hira’, tepatnya di bulan
Ramadhan, Allah menghendaki rahmatNya dilimpahkan
kepada penduduk bumi dengan memberikan kemuliaan kepada
beliau, berupa pengangkatan sebagai Nabi dan menurunkan
Jibril kepadanya dengan membawa beberapa ayat al-Qur’an.
 

Anda mungkin juga menyukai