Nah, salah satu hal yang juga umum dialami oleh generasi tersebut adalah santap hasil kenduri. Kenduri (disebut juga
genduren), merupakan salah satu tradisi budaya kita sebagai wujud syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Sang
Pencipta, Allah SWT. Nikmat dari panen misalnya. Tradisi ini masih tetap berjalan hingga sekarang, terutama di desa-desa.
Sang pengempu acara mengundang warga disekitar rumahnya (biasanya kumpulan warga satu RT). Acara berisi sambutan-
sambutan singkat, sambil disuguh minuman ringan dan rokok ala kadarnya. Acara biasanya ditutup dengan do'a dan
sesudahnya mulai dikeluarkanlah jamuan makanan besarnya. Yang menarik, jamuan makan tersebut hanya sebagai simbul
saja karena setelah 2 atau 3 suap makanan langsung dibungkus dan dibawa pulang untuk disantap bersama dengan
keluarga yang sudah menunggu.
Berhubung ada acara kenduri, biasanya ibu-ibu tidak memasak untuk makan malam hari ini. Kan sudah ada makanan dari
kenduri, kalau masak nanti malah mubazir. Jadi, sudah barang pasti anggota keluarga menunggu sang Ayah pulang
membawa berkat (makanan kenduri yang dibawa pulang).
Berkat biasanya dibawa pulang dalam sebuah kemasan daun jati, beberapa ada yang menggunakan daun pisang. Setelah
berkat datang, biasanya ditaruh di tempat lapang dalam rumah dan dikerumuni oleh semua anggota keluarga. Ayah, Ibu,
Anak menyantap bersama. Sungguh nikmat makan dengan cara seperti ini. Makanan meski disantap bersama, tidak ada
yang saling berebut. Masing-masing anggota keluarga sudah tahu batasan-batasannya. Batasan-batasan tersebut secara
verbal - non verbal sudah diajarkan oleh orangtua secara sadar maupun tidak.