Anda di halaman 1dari 19

KEBIJAKAN MONETER

NAMA : AYU PUSPITA SARI


STAMBUK : B19020010
PRODI : EKONOMI PEMBANGUNAN
KEBIJAKAN MONETER
 Definisi dan Konsep Kebijakan Moneter
Jumlah uang beredar tidak boleh terlalu berlebihan atau
kurang. Untuk itu, pengendalian jumlah uang beredar perlu
dilakukan untuk menciptakan iklim yang baik bagi stabilitas
harga dan pertumbuhan ekonomi, serta pengendalian
terhadap kegiatan kredit. Kebijakan yang digunakan oleh
pemerintah untuk mengatur jumlah uang yang beredar
inilah yang dinamakan dengan kebijakan moneter.
Kontribusi kebijakan moneter terhadap stabilitas harga
sangat penting untuk menekan tingkat inflasi. Pertumbuhan
jumlah uang beredar sebaiknya mengikuti pertumbuhan
ekonomi sehingga secara tidak langsung dapat menekan
tingkat pengangguran. Bank sentral selaku pelaksana
kebijakan moneter dapat menjalankan kebijakan baik yang
bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
Kebijakan moneter dianggap lebih baik
sebagai alat stabilisasi kegiatan ekonomi oleh
negara karena alasan berikut ini :
 Tidak menimbulkan masalah crowding out.
 Decision lag-nya tidak terlalu lama sehingga
waktu pelaksanaan kebijakan dapat
disesuaikan dengan masalah ekonomi yang
dihadapi.
 Tidak menimbulkan beban kepada generasi
yang akan datang dalam bentuk keperluan
untuk membayar bunga dan mencicil utang
pemerintah.
KEBIJAKAN MONETER DAPAT DIBEDAKAN MENJADI
DUA, YAITU SEBAGAI BERIKUT :

1.Kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif, yaitu kebijakan


umum yang bertujuan mempengaruhi jumlah penawaran uang
dan tingkat bunga dalam perekonomian. Kebijakan ini
mencakup :
 Operasi pasar terbuka
 Mengubah persyaratan cadangan minimum (reserve requirement)
 Mengubah tingkat suku bunga (discount rate)

2.Kebijakan moneter yang bersifat kualitatif :


 Pengawasan pinjaman secara selektif yaitu menentukan jenis-
jenis pinjaman yang harus dikurangi atau digalakkan.
 Pembujukan moral, yaitu bank sentral mengimbau serta
membujuk bank-bank untuk melakukan suatu hal yang diarahkan,
misalnya pada saat terlalu banyak jumlah uang beredar, bank
sentral bisa membujuk pada bank untuk mengurangi penyaluran
kreditnya.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN
EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MONETER, YAITU :

 Perbedaan tingkat elastisitas permintaan


uang
 Perbedaan elastisitas efisiensi modal
marginal (MEI)
 Perubahan dalam marginal propensity to
consume (MPC).
MANAJEMEN MONETER KONVENSIONAL DAN ISLAM

 Manajemen Moneter Konvensional


Adanya ketidakteraturan dan hubungan antarvariabel
dalam perekonomian yang menjadikan kita sulit untuk
mengidentifikasi alur suatu kebijakan moneter
mencapai tujuannya sehingga banyak pihak melihat
mekanisme moneter seperti halnya Black Box. Dengan
demikian, kita perlu sedikit mengurai dan memahami
proses yang terjadi di dalamnya. Pada dasarnya, ada
dua paradigma`dalam memahami mekanisme transmisi
moneter, yakni dengan paradigma uang pasif dan
paradigma uang aktif. Perbedaan antara dua
paradigma ini terletak dari penggunaan sasaran
operasional yang digunakan dalam mekanisme
moneternya (Karim, 2007).
UANG PASIF

Paradigma uang pasif percaya bahwa kesenjangan output merupakan


kausal utama dalam mekanisme transmisi. Dalam paradigma ini suku
bunga jangka pendek dan nilai tukar dijadikan sebagai sasaran antara
(intermediateobjective) yang akan mempengaruhi perkembangan besaran
permintaan, kesenjangan output, dan ekspektasi inflasi.
Dalam paradigma uang pasif ini, uang dinyatakansebagai variable
endogen yang menyebabkan otoritas moneter tidak mempunyai
kemampuan secara penuh untuk mengatur jumlah uang beredar (Freixas
dan Rochet, 1998). Asumsi yang digunakan dalam paradigma endogenous
konvensional ini adalah :
 Jumlah uang yang beredar adalah dependen (bergantung) terhadap
tingkat suku bunga, dengan demikian uang adalah variabel endogen.
 Instrumen moneter yang dijadikan sasaran operasional bank sentral
bukanlah jumlah uang yang beredar, melainkan suku bunga.
Sasaran pokok yang ingin dicapai oleh paradigm ini adalah tercapainya
target inflasi yang telah ditetapkan sebelumnya (price targeting) dengan
menggunakan sasaran suku bunga jangka pendek sebagai instrumen
moneternya.
UANG AKTIF
 Paradigma uang aktif percaya bahwa likuiditas merupakan
penyebab utama dalam mekanisme transmisi moneter.
Dalam paradigma ini suku bunga dianggap sebagai
variabel biasa yang terjadi dalam mekanisme transmisi
moneter. Penganut paradigma ini ialah Milton Friedman.
Paradigma uang aktif secara sederhana dapat dijelaskan
dengan teori kuantitas (quantity theory of money). Teori
yang diajukan oleh Irving Fisher dengan MV=PT
merupakan dasar pijakan utama dalam paradigma uang
aktif ini. Bahwa perubahan % M + dengan % V sebanding
dengan perubahan % P + % T. Dalam pandangan ini
diasumsikan bahwa M secara penuh mampu dikendalikan
oleh otoritas moneter, sedangkan nilai V adalah konstan.
Dengan demikian, jumlah uang beredar merupakan sarana
yang aktif dijadikan pemerintah sebagai instrumen
moneter dalam mengendalikan tingkat inflasi (Karim,
2007).
MANAJEMEN MONETER ISLAM
 Dasar pemikiran manajemen moneter dalam konsep
islam adalah terciptanya stabilitas permintaan uang dan
mengarahkan permintaan uang tersebut pada tujuan
yang penting dan produktif (Karim, 2007). Oleh karena
itu, setiap instrumen yang akan mengarahkan pada
instabilitas dan pengalokasian sumber daya yang tidak
produktif akan ditinggalkan. Dalam teori Keynes
disebutkan bahwa adanya permintaan spekulatif
terhadap uang pada dasarnya dipengaruhi oleh
keberadaan suku bunga (the theory of liquidity
preference). Pergerakan suku bunga merupakan refleksi
pergerakan permintaan uang untuk spekulatif. Semakin
tinggi permintaan uang untuk spekulatif, semakin
rendah tingkat bunga yang berlaku di pasar. Demikian
pula sebaliknya. Apabila permintaan uang spekulatif
menurun, tingkat suku bunga akan relatif meningkat.
INSTRUMEN MONETER KONVENSIONAL DAN
ISLAM
 Instrumen Moneter Konvensional
Suatu otoritas moneter mempunyai pengaruh yang
penting walaupun secara tidak langsung terhadap arah
tingkat harga, output dan nilai tukar uang suatu negara.
Otoritas moneter atau bank sentral, melakukan hal
tersebut melalui kemampuannya dalam mengendalikan
penawaran uang dan kredit bank serta melalui
pengaruhnya terhadap tingkat suku bunga, arus kredit,
dan perkembangan sektor finansial pada sebuah
perekonomian. Pengaruh spesifik yang lain adalah
kemampuan bank sentral untuk mengendalikan jumlah
maksimum suku bunga yang dapat dibayarkan terhadap
jumlah simpanan tertentu pada bank-bank dan
menentukan proporsi saham yang dapat dibeli melalui
kredit.
INSTRUMEN MONETER ISLAM
Menurut Karim (2007), terdapat beberapa
instrumen moneter Islam yang dikembangkan
oleh ekonom muslim kontemporer.

 Mazhab Pertama (Iqtishaduna)


Menurut mazhab iqtishaduna tidak
diperlukan kebijakan moneter disebabkan
hampir tidak adanya sistem perbankan dan
minimnya penggunaan uang.
 Mazhab kedua (Mainstream)
Instrumen yang digunakan mazhab kedua
untuk mempengaruhi permintaan agregat
adalah dengan mengenakan biaya atau pajak
atas dana atau aset produktif yang
menganggur (dues of idle fund). Peningkatan
dues of idle fund akan mengalihkan
permintaan uang yang semula ditujukan
untuk penimbunan uang/aset yang produktif
pada tujuan yang akan meningkatkan
produktivitas uang tersebut pada sektor real
sehingga investasi meningkat.
 Mazhab Ketiga (Alternatif)
Sistem kebijakan moneter yang dianjurkan
oleh mazhab alternatif adalah syuratiq
process, yaitu suatu kebijakan diambil oleh
otoritas moneter berdasarkan musyawarah
sebelumnya dengan otoritas sektor real.
Jadi, keputusan-keputusan kebijakan
moneter yang dituang dalam bentuk
instrumen moneter biasanya merupakan
harmonisasi dengan kebijakan-kebijakan
pada sektor real.
APLIKASI INSTRUMEN MONETER ISLAM

Menurut Karim (2007), beberapa aplikasi instrumen moneter Islam


yang telah dikembangkan, yaitu sebagai berikut :

 Sudan
Pada masa sebelum diberlakukannya syariat Islam pada sistem
perbankan di Sudan, Bank Sentral Sudan sangat tergantung pada
instrumen langsung, seperti tingkat suku bunga, plafon kredit (credit
celling), ketentuan rasio likuiditas (statutory liquidity ratio), dan
tingkat diskonto. Pada tahun 1984, setelah diperkenalkan syariah
islam di Sudan, Bank Sentral Sudan mengeluarkan arahan dan
perintah pada seluruh bank yang beroperasi di Sudan agar
menjalankan prinsip-prinsip perbankan yang sesuai dengan syariat
Islam dalam aktivitas kesehariannya. Akibatnya, Bank Sentral Sudan
dihadapkan pada permasalahan subtitusi instrumen moneter
konvensional dengan instrumen yang sesuai dengan syariat Islam
untuk dapat mempertahankan perannya sebagai pengawas dan
pemberi arahan bagi bank-bank, melakukan ekspansi atau kontraksi
penawaran uang atau kredit, dan mengimplementasikan kebijakan
moneter,serta sekaligus menjaga kepentingan publik.
INSTUMEN-INSTRUMEN MONETER YANG DIGUNAKAN OLEH
BANK SENTRAL SUDAN DALAM OPERASIONALNYA ADALAH
SEBAGAI BERIKUT :

 Reserve Requirement (RR). Paling kurang disediakan 20%


(10% untuk simpanan mata uang asing).
 Bank-bank komersial harus mencapai dan memelihara rasio
likuiditas sebesar 10% dari dana giro dan tabungan dalam
bentuk mata uang lokal.
 Plafon kredit 90% diprioritaskan pada :
 Pertanian
• Ekspor
• Perindustrian
• Pertambangan dan energi
• Transportasi dan pergudangan
• Profesional, perajin dan bisnis keluarga ukuran kecil
• Perumahan rakyat
• Incestasi pada pasar saham resmi Khartoum.
 Margin keuntungan minimum murabahah 10%-50%.
 Penyertaan minimum nasabah untuk perjanjian
musyarakah sebagai alat untuk mengatur jumlah
ketersediaan sumber daya untuk kredit.
 Aturan kredit kualitatif dan kuantitatif, seperti :
• Minimum 50% dari kredit diberikan pada daerah rural
• Kredit tidak diberikan kepada orang atau institusi yang
gagal sebelumnya.
• Seluruh kredit harus dipastikan memenuhi kebutuhan
syariah.
 Foreign exchange operation sebagai alat Bank Sentral
Sudan untuk menjaga stabilitas nilai tukar uang (bukan
untuk fungsi kontrol likuiditas).
 Open market operation dengan menggunakan instrumen :
• Central Bank Musyaraka Certificate (CMC).
• Government Musharaka Sertificate (GMC)
 Ijara certificate (sukuk). Sukuk ini
merepresentasikan tiga perjanjian dasar :

 Perjanjian pembelian aset


 Perjanjian sewa menyewa
 Perjanjian penjualan aset
IRAN
Iran adalah satu-satunya negara yang menerapkan sistem
perekonomian dengan mengacu pada pemikiran teori
pemikiran ekonomi islam mazhab iqtishaduna.Banyak
modifikasi yang dilakukan oleh otoritas moneter di Iran
terhadap sistem perbankannya agar tetap kompetitif pada
era persaingan global ini. Berikut instrumen yang dipakai :
 Reserve requirement ratio. Rasio cadangan dari 10% sampai
30%, biasanya digunakan untuk menarik dana yang
dianggurkan, yang secara potensial dapat digunakan dalam
peningkatan likuiditas.
 Adjusted open market operation
 Discount rates. Karena adanya pelarangan riba, instrumen
ini tidak digunakan seluas konvensional. Discounting ini
terjadi pada sekuritas yang berdasarkan transaksi real.
 Credit ceiling
 Minimum expecting profit ratio of bank dan bank’s share of
profit in various contract.
INDONESIA
Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi bank sentralnya mempunyai
instrumen moneter syariah, diantaranya sebagai berikut :

 Giro Wajib Minimum. Dalam pelaksanaannya besaran GWM adalah 5%


dari pihak ketiga yang berbentuk rupiah dan 3% yang berbentuk mata
uang asing.
 Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah (sertifikat IMA).
Sertifikat IMA adalah suatu instrumen yang digunakan oleh bank-bank
syariah yang kelebihan dana untuk mendapatkan keuntungan dan sebagai
sarana penyedia dana jangka pendek bagi bank-bank syariah yang
kekurangan dana.
 Sertifikat Wadiah Bank Indonesia/SWBI (sekarang menjadi Sertifikat Bank
Indonesia Syariah/SBIS). SWBI/SBIS adalah instrumen Bank Indonesia (BI)
yang sesuai dengan syariah Islam yang digunakan dalam OMO. SWBI/SBIS
juga dapat digunakan oleh bank-bank syariah yang mempunyai kelebihan
likuiditas sebagai sarana penitipan dana jangka pendek.
 Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) sebagai fasilitas bagi bank syariah
yang membutuhkan dana di pasar uang sehingga mereka dapat saling
mengadakan perjanjian antarbank syariah.

Anda mungkin juga menyukai