Anda di halaman 1dari 30

Pengembangan Obat II

“Penentuan Dosis obat pada Drug Discovery


& Development”

Oleh :
Nama : Nursyafni
NO. BP : 1921012004
Tahap Drug Discovery & Development
Hewan yang Digunakan

• Menggunakan hewan pengerat dan non-pengerat


• Awal uji menggunakan hewan pengerat seperti
mencit dan tikus (lihat efeknya)
• Dilanjutkan ke hewan non pengerat, memonitor efek
yg lebih spesifik (babi, kelinci, anjing, primata)
Informasi yg didapat dari uji keamanan padahewan

• Target Organ Toksisitas


• Hubungan antara dosis dan respon
• Didapatkan nilai MTD (Max Tolerated Dose) yaitu Dosis
Max obat yg akan menghasilkan efek tanpa
menyebabkan efek samping yg tidak diinginkan
• Potensi efek yang diamati
• Temuan dihubungkan dengan manusia (informasi awal
yg mgkn akan berefek pd manusia)
• Merupakan monitoring ESO yang potensial dlm uji klinis
Dose Range Finding Toxicology Studies

Diawali dalam • Misal nya dosis 10, 20,100 sampai limit dose yg
rentang dosis diterima yaitu 1000 mg/Kg BB
• Dalam kelompok 3-4 hewan
yang besar

Dilakukan
• Misal: dilakukan kenaikan dosis tiap 2
peningkatan hari
dosis sesuai • Didapat MEC
protokol

Gejala • Didapatlah MTD


• Dosis diulang
Toksisitas selama bbrp
Muncul waktu
Penanganan ESO pada Hewan Uji
Key Parameter Observed
• Melihat gejala klinis,
• penurunan berat badan,
• Penurunan nafsu makan
• Melihat ikatan obat dalam serum dan plasma
• dll
Humane Endpoint Pengamatan ESO
Endpoint Pengamatan ESO
Batas penentuan Max Tolerated Dose (MTD)
• Deskripsi yang dipaparkan pada kolom tingkat
keparahan Moderate/Medium maka itulah endpoint
untuk identifikasi MTD
• Maka diambil dosis sebelum efek tersebut muncul
sebagai titik MTD
• Sampel darah hewan diambil untuk diperiksa
metabolitnya
Perhitungan LD50

Artinya, dosis suatu obat pada LD50 dapat memberikan


respons kematian sebanyak 50% dari total orang yang
mengonsumsinya.
Hasil Uji Toksikologi

• Dari hasil uji toksikologi ini didapatlah rentang


dosis yang aman dan memiliki efek
• Informasi dosis ini yang digunakan pada uji
toksikologi inilah yg digunakan untuk pengujian di
tahap Fase Klinis
• Yaitu Fase klinis I dan II, III
Latar Belakang

Dunaliella Salina Chlorophyceae salah satu jenis fitoplankton dalam


kelas Chlorophyceae (alga hijau
Dilaporkan bahwa Dunaliella Salina Chlorophyceae kaya akan kandungan β-karoten dan
9- atau 9′- cis -β-karoten, lutein, dan zeaxanthin dianggap sebagai karotenoid utama yang
diidentifikasi memiliki efisiensi antioksidan kuat
Dunaliella Salina berpotensi dikembangkan sebagai obat suplemen meningkatkan sistem
imun
Tujuan Penelitian
• Tidak ada informasi yang tersedia di literatur sampai
sekarang untuk studi toksisitas jangka panjang
(toksisitas kronis) Dunaliella Salina Chlorophyceae.
• Jadi penelitian ini dianggap sebagai studi pertama
tentang studi kronis Dunaliella Salina menggunakan
takaran 100 mg/kg BB setiap hari secara oral selama 3
bulan bertuturut-turut untuk 2 jenis kelamin pada
mencit dan tikus.
• Dunaliella Salina menggunakan takaran 100 mg/kg BB
dalam bentuk bubuk
Metoda dan Sampel
• Mencit Swiss jantan dan betina dengan berat rata-rata
20-30 g serta tikus Wistar albino jantan dan betina
dengan berat 120-130 g diperoleh dari Animal House
Lab, National Reserch Centre (NRC), Dokki, Mesir
• Hewan-hewan dirawat menurut Pedoman Komite Etis
NRC, Giza, Mesir dengan nomor etika persetujuan :
13.115.
Desain Experimental

• Sebagai kontrol mencit jantan dan betina (masing-masing


15 mencit)
Kelompok 1 dan 2 • setiap hari diberikan normal saline 0.9% NaCl selama 3
bulan berturut-turut

• Mencit jantan dan betina (masing-masing 15 mencit)


Kelompok 3 dan 4 • diberikan secara oral setiap hari dengan 100 mg/kg BB
bubuk Dunaliella Salina selama 3 bulan berturut-turut.

• Kontrol tikus jantan dan betina (masing-masing 15 tikus)


Kelompok 5 dan 6 • diperlakukan seperti kontrol mencit.

• Tikus jantan dan betina (masing-masing 15 tikus)


Kelompok 7 dan 8 • diberikan secara oral setiap hari dengan 100 mg/kg BB
bubuk Dunaliella Salina selama 3 bulan berturut-turut.

Hewan-hewan diamati setiap hari untuk diamati perilaku, asupan


makanan dan air, selama 3 bulan berturut-turut
Setelah 3 bulan

Darah puasa sampel dikumpulkan


disentrifugasi pada 3000 rpm selama 15 menit untuk
memisahkan serum
Parameter yang Diukur
Parameter biokimia yang ditentukan di dalam serum menggunakan
Biodiagnostic kits (Bio diagnostic Co, Mesir
Parameter • Untuk jaringan hati, jantung dan ginjal pemeriksaan histopatologi (kondisi
Biokimia dan fungsi jaringan) dilakukan irisan jaringan kemudian difiksasi dengan
formaldehida 10 % dan tertanam dalam lilin paraffin blok.
• Lalu bagian setebal 5 µm diwarnai dengan hematoxylin dan eosin
kemudian diperiksa di bawah mikroskop cahaya untuk penentuan pakah
ada perubahan patologis dari organ yang diamati.

• Hitung eritrosit, kadar hemoglobin (HB) dan hematokrit (PCVt) ditentukan segera
Parameter dalam sampel darah
Hematologi • Sel darah putih/White Blood Concentration (WBC) ditentukan

Parameter • , Alanin dan Aspartat Aminotransferase (AST dan ALT), serta Alkaline Phostpatase (ALP)
Biokimia diamati pada serum mencit dan tikus
• Total urea dan kreatinin ditentukan), Jumlah bilirubin juga ditentukan
• Kadar glukosa diukur
Hasil Pengamatan

Tidak menujukkan tanda toksisitas pada kedua jenis


kelamin pada mencit dan tikus (tidak ada kematian,
tidak ada rambut rontok, tidak ada diare, tidak ada
bercak kuning).
Selain itu, kelainan perilaku , asupan makanan dan
minuman, dan status kesehatan diantara hewan yang
dirawat tidak diamati
Hasil Pengamatan

Organ hati Hematolo Kadar


dan ginjal gi glukosa
- Aktivitas enzim fungsi Perubahan tidak
hati normal signifikan pada
- pengurangan yang tidak Kadar glukosa
parameter
signifikan terdeteksi dalam
Complete Blood darah normal
kadar urea, kreatinin dan
albumin Count (CBC)

- histopatologis peningkatan signifikan


mengungkapkan miosit (sel-
sel yang membentuk otot kadar HB pada mencit
jantung) normal, dan tikus baik jantan
- sel parenkim ginjal normal, dan betina yang diberi
-se lobulus hati normal perlakuan
Tabel Pengamatan
Tabel Pengamatan
Tabel Pengamatan
Kesimpulan

• Peningkatan yang ditandai pada level HB diamati


pada kedua jenis kelamin mencit dan tikus
dibandingkan dengan kontrol yang mungkin terkait
dengan potensi aktivitas Dunaliella Salina kaya akan
antioksidan karotenoid seperti β-karoten, astaxanthin
dan fucoxanthin, menyebabkan peningkatan enzim
antioksidan, berkurangnya sitokin inflamasi akibat
dari penghambatan oksidatif stress
Kesimpulan
Tidak ada perbedaan yang signifikan diamati di semua
parameter hematologi dan biokimia juga seperti dalam
pemeriksaan histopatologi jantung, ginjal dan hati dari
kedua jenis kelamin mencit dan tikus
pasca pemberian kronis 100 mg/kg BB Dunaliella Salina
selama 3 bulan berturut-turut.
Dunaliella Salina berpotensi untuk dikembangkan
sebagai obat imunomodulator di masa depan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai