Anda di halaman 1dari 14

METODE

PENGUJIAN
KELECAKAN
(SLUMP) BETON
PENGERTIAN BETON
Menurut SNI 2847:2013, beton adalah campuran semen portland atau semen hidrolis
lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan (admixture).
Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin mengeras dan akan mencapai kekuatan
rencana (f’c) pada usia 28 hari. Beton memliki daya kuat tekan yang baik oleh karena itu beton
banyak dipakai atau dipergunakan untuk pemilihan jenis struktur terutama struktur bangunan,
jembatan dan jalan.
Beton terdiri dari ± 15 % semen, ± 8 % air, ± 3 % udara, selebihnya pasir dan kerikil.
Campuran tersebut setelah mengeras mempunyai sifat yang berbeda-beda, tergantung pada cara
pembuatannya. Perbandingan campuran, cara pencampuran, cara mengangkut, cara mencetak,
cara memadatkan, dan sebagainya akan mempengaruhi sifat-sifat beton. (Wuryati, 2001:76).
KEUNGGULAN BETON
Menurut (Tjokrodimuljo, 2007) beton memiliki beberapa kelebihan
antara lain sebagai berikut ini.
1. Harga yang relatif lebih murah karena menggunakan bahan-bahan dasar yang umumnya
mudah didapat
2. Termasuk bahan yang awet, tahan aus, tahan panas, tahan terhadap pengkaratan atau
pembusukan oleh kondisi lingkungan, sehingga biaya perawatan menjadi lebih murah
3. Mempunyai kuat tekan yang cukup tinggi sehingga jika dikombinasikan dengan baja
tulangan yang mempunyai kuat tarik tinggi sehingga dapat menjadi satu kesatuan struktur
yang tahan tarik dan tahan tekan.
4. Pengerjaan atau workability mudah karena beton mudah untuk dicetak dalam bentuk dan
ukuran sesuai keinginan.
KEKURANGAN BETON
Walaupun beton mempunyai beberapa kelebihan, beton jua memiliki beberapa kekurangan,
menurut (Tjokrodimuljo, 2007) kekurangan beton adalah sebagai berikut ini.
1. Bahan dasar penyusun beton agregat halus maupun agregat kasar bermacam-macam sesuai
dengan lokasi pengambilannya, sehingga cara perencanaan dan cara pembuatannya
bermacam-macam.
2. Beton mempunyai beberapa kelas kekuatannya sehingga harus direncanakan sesuai dengan
bagian bangunan yang akan dibuat, sehingga cara perencanaan dan cara pelaksanaan
bermacam-macam pula.
3. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga getas atau rapuh dan mudah retak. Oleh
karena itu perlu diberikan cara-cara untuk mengatasinya, misalnya dengan memberikan baja
tulangan, serat baja dan sebagainya agar memiliki kuat tarik yang tinggi.
PENGERTIAN KELECAKAN
(SLUMP)
 Slump beton ialah besaran kekentalan
(viscocity) / plastisitas dan kohesif dari
beton segar(SNI 03 – 1972 – 1990).
 Pengujian Slump Beton merupakan salah
satu pengetesan yang dilakukan untuk
mengetahui kekentalan beton, hal
tersebut sangat diperlukan karena
berkaitan dengan kelecakan atau
kemudahan adukan beton tersebut
dikerjakan (atau workability).
Mulyono(2004:124)
FUNGSI PENGUJIAN SLUMP
 Mengacu pada SNI 1972-2008 dan ICS 91.100.30

Uji Slump adalah suatu uji empiris/metode yang


digunakan untuk menentukan konsistensi/kekakuan
(dapat dikerjakan atau tidak)dari campuran beton
segar (fresh concrete) untuk menentukan tingkat
workability nya. Kekakuan dalam suatu campuran
beton menunjukkan berapa banyak air yang
digunakan. Untuk itu uji slump menunjukkan apakah
campuran beton kekurangan, kelebihan, atau cukup
air.
PROSEDUR PENGUJIAN
SLUMP
 BAHAN
1. Beton Segar (fresh concrete) yang diambil secara acak agar dapat
mewakili beton secara keseluruhan.
 ALAT

1. Kerucut terpenggal (kerucut yang bagian runcingnya hilang) sebagai


cetakan slump. Diameter bawah 30 cm, diameter atas 10 cm, tinggi
30 cm. 
2. Batang logam bulat dengan panjang ± 50 cm diameter 10-16 mm.
3. Pelat Logam rata dan kedap air sebagai alas
4. Sendok adukan
5. Pita Ukur
PROSEDUR PENGUJIAN
SLUMP
 TAHAPAN UJI SLUMP:

1. Basahi cetakan kerucut dan plat dengan kain basah


2. Letakkan cetakan di atas plat
3. Isi 1/3 cetakan dengan beton segar, padatkan dengan batang logam sebanyak merata dengan
menusukkannya. Lapisan ini penusukan bagian tepi dilakukan dengan besi dimiringkan
sesuai dengan dinding cetakan. Pastikan besi menyentuh dasar. Lakukan 25-30 x tusukan.
4. Isi 1/3 bagian berikutnya (menjadi terisi 2/3) dengan hal yang sama sebanyak 25-30 x
tusukan. Pastikan besi menyentuh lapisan pertama.
5. Isi 1/3 akhir seperti tahapan nomor 4
6. Setelah selesai dipadatkan, ratakan
permukaan benda uji, tunggu kira-kira 1/2
menit. Sambil menunggu bersihkan
kelebihan beton di luar cetakan dan di plat.
7. Cetakan diangkat perlahan TEGAK LURUS
ke atas
8. Ukur nilai slump dengan membalikkan
kerucut di sebelahnya menggunakan
perbedaan tinggi rata-rata dari benda uji.
9. Toleransi nilai slump dari beton segar  ±  2
cm 
10. Jika nilai slump sesuai dengan standar, maka
beton dapat digunakan
PERHITUNGAN NILAI SLUMP
 NILAI SLUMP = Tinggi cetakan - tinggi ratarata benda uji

Bentuk Slump akan berbeda sesuai dengan kadar airnya. 

 Gambar 1 : Collapse / runtuh

Keadaan ini disebabkan terlalu banyak air/basah sehingga campuran dalam cetakan runtuh
sempurna. Bisa juga karena merupakan campuran yang workabilitynya tinggi yang
diperuntukkan untuk lokasi pengecoran tertentu sehingga memudahkan pemadatan,
 Gambar 2 : Shear

Pada keadaan ini bagian atas sebagian bertahan, sebagian runtuh sehingga berbentuk miring,
mungkin terjadi karena adukan belum rata tercampur.
 Gambar 3 : True

Merupakan bentuk slump yang benar dan ideal.


STANDAR NILAI SLUMP YANG
BIASA DIPAKAI
 0-25 mm untuk jalan raya
 10-40 mm untuk pondasi (low workability)
 50-90 mm untuk beton bertulang normal menggunakan vibrator (medium workability)
 >100 mm untuk high workability
BERDASARKAN ACI
COMMITEE 2011 :
BERDASARKAN PERATURAN BETON
BERTULANG INDONESIA 1971

Anda mungkin juga menyukai