Anda di halaman 1dari 29

GERAKAN

SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN


(1000 HPK)

1
Pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan

– Masalah gizi dan kesehatan bukan


disebabkan terutama oleh faktor genetik
melainkan oleh karena faktor lingkungan
hidup yang dapat diperbaiki dengan fokus
pada masa 1000 HPK
– Perbaikan gizi pada kelompok 1000 HPK
akan menunjang proses tumbuh kembang
janin, bayi dan anak sampai usia 2 tahun

2
MENGAPA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN,
PENTING?
Dampak jangka pendek Dampak jangka panjang

Perkembangan Kognitif dan


otak prestasi
belajar

Gizi pada
1000 hari pertama Pertumbuhan
kehidupan massa tubuh Kekebalan
(janin dan Kapasitas kerja
bayi 2 tahun) dan komposisi badan

Diabetes, Obesitas,
Metabolisme Penyakit jantung dan
glukosa, lipids, protein pembuluh darah,
Mati Hormon/receptor/gen kanker, stroke,
dan disabilitas lansia

Sumber: Short and long term effects of early nutrition (James et al 2000) 3
HIPOTESIS BARKER
ANAK YANG KECIL ( BB RENDAH )
SAAT LAHIR ATAU SEMASA BAYI
MEMILIKI RESIKO YANG TINGGI
MENDERITA “PENYAKIT JANTUNG
PEMBULUH DARAH” ( PJPD ) DAN
NIDDM PADA SAAT DEWASA
STATUS GIZI ANAK BALITA
INDONESIA TAHUN 2010 (RISKESDAS 2010)
40
35,6
35
30
Prevalensi (%)

25
20 17,9
13,3 14,2
15
10
5
0
GIZI KURANG PENDEK KURUS GEMUK

5
KURANG GIZI pada awal kehidupan
berdampak pada kualitas SDM

www.GlobalNutritionSeries.org
Masa Emas dan Kritis
Pertumbuhan dan Perkembangan
MASA “EMAS ” DAN “KRITISAnak

Kehamilan & Pertumbuhan Janin Pertumbuhan Bayi & Anak

Pertumbuhan otak
Untuk Mencapai Tinggi dan Berat
Membangun Membangun berat
badan optimal
tinggi badan badan potensial
potensial

Dibutuhkan seluruh zat gizi (makro dan mikro)


Butuh gizi
secara seimbang, diperoleh dari menyusui
mikro & protein Butuh Kalori eksklusif sampai 6 bulan, diteruskan dengan
ASI dan MP-ASI

Konsepsi 20 mg LAHIR 2 TAHUN

8
Kerangka Pikir Penyebab Masalah Gizi pada 1000 HPK

Penanganan masalah gizi merupakan upaya lintas sektor untuk mengatasi


penyebab langsung, tidak langsung, dan akar masalah melalui upaya
intervensi spesifik dan intervensi sensitif 9
SASARAN
No Sasaran Indikator
1 Ibu Hamil Menurunkan proporsi ibu usia subur yang menderita anemia
sebanyak 50 persen
2 Anak usia 0-6 Menurunkan anak yang lahir berat badan rendah sebesar 30
bulan persen

Meningkatkan prosentase ibu yang memberikan ASI ekslusif


selama 6 bulan paling kurang 50 persen

3 Anak usia 6- Menurunkan proporsi anak balilta yang menderita kurus


24 bulan (wasting) kurang dari 5 persen.

Tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi lebih


Menurunkan proporsi anak balita yang stunting sebesar 40
persen
TANTANGAN PEMBANGUNAN GIZI

1. Perubahan pola konsumsi yang tidak seimbang


(rendah serat, tinggi garam, tinggi gula dan
lemak).
2. Beban ganda penyakit dan masalah gizi
3. Pelayanan kesehatan dan gizi bermutu
4. Keamanan makanan
5. Aktifitas fisik rendah
6. Bencana dan perubahan iklim
KARAKTERISTIK MASALAH GIZI
DI INDONESIA (1)
1. MASALAH KEKURANGAN GIZI
a. Prevalensi balita PENDEK sangat tinggi (36.8%), sebagai
cerminan kurang gizi kronis.
b. Prevalensi balita KURUS tinggi (13.6%), sebagai cerminan
keadaan akut.
c. Prevalensi BBLR tinggi (11.7%), sebagai cerminan keadaan
gizi maternal.
d. Tingginya prevalensi kurang gizi mikro seperti anemia gizi,
gangguan akibat kurang yodium dan kurang vitamin A.
KARAKTERISTIK MASALAH GIZI
DI INDONESIA (2)
2. GIZI LEBIH
a. Meningkatnya prevalensi gizi lebih, baik pada
kelompok dewasa maupun anak.
b. Meningkatnya insiden PTM, diabetes dan cancer
c. Meningkatnya kembali (re-emerging) beberapa
penyakit infeksi, seperti TB, HIV, dll
KARAKTERISTIK MASALAH GIZI
DI INDONESIA (3)
3. KUALITAS KONSUMSI MAKAN RENDAH;
a. Konsumsi pangan yang bersumber pangan hewani
rendah (rata-rata baru sekitar 90 gram/hari)
dibandingkan dengan anjuran (150
gram/kapita/hari)
b. Konsumsi padi2an dan minyak/lemak telah
melebihi anjuran.
c. Konsumsi sayur dan buah masih dibawah
kecukupan yang dianjurkan.
KEBIJAKAN
Perbaikan Gizi
1. Pemberdayaan masyarakat dan pendidikan gizi
diikuti dengan penyediaan pelayanan
kesehatan yang terjangkau dan berkualitas
2. Perbaikan pola konsumsi menuju terwujudnya
pola makan seimbang, termasuk
pengembangan Fortifikasi dan Suplementasi
sesuai dengan kebutuhan

15
Strategi Nasional

1. Tahap pertama: membangun komitmen dan


kerjasama antar pemangku kepentingan.
2. Tahap kedua: Mempercepat pelaksanaan
Gerakan Nasional Sadar Gizi, meningkatkan
efektifitas dan meningkatkan sumber pembiayaan.
3. Tahap ketiga: Memperluas pelaksanaan program,
meningkatkan kualitas pelaksanaan dan
memelihara kesinambungan kegiatan untuk
mencapai indikator dampak yang sudah
disepakati.

16
Strategi Pelaksanaan
Meningkatkan kapasitas untuk :
1.Kerjasama antar pemangku kepentingan
2.Memfasilitasi kerjasama
3.Melaksanakan kerjasama
4.Pemantauan dan evaluasi kinerja
5.Identifikasi dengan berbagi pengalaman atau model-
model intervensi
6.Advokasi dalam rangka peningkatan komitmen
politik dan mobilisasi sumberdana dan bantuan teknis

17
FOKUS
• Penanganan gizi sejak 1.000 hari dari
masa kehamilan hingga anak usia 2
tahun
• Mendukung perbaikan gizi dan
menjaring keikutsertaan yang lebih
luas dari berbagai stakeholder, baik
dalam tanggungjawab pelaksanaan
maupun pencapaian sasaran.
Perkembangan Program Gizi
Indonesia
3 PRASYARAT MENUJU
KEADAAN GIZI INDIVIDU DAN
MASYARAKAT YANG
BERKUALITAS
• Setiap individu akses terhadap informasi gizi
melalui Gerakan Nasional Sadar Gizi
• Setiap individu akses terhadap pangan melalui
peningkatan produksi pangan dan perbaikan
pendapatan
• Setiap individu akses terhadap pelayanan
kesehatan melalui reformasi pembangunan
kesehatan
Gerakan Nasional Sadar Gizi

 Penggalangan dukungan kepada lintas sektor, lintas


program, dan legislatif pusat dan daerah.
 Kampanye nasional melalui media efektif terpilih
baik cetak maupun elektronik.
 Pemanfaatan kelompok masyarakat, kelompok
agama, organisasi kemasyarakat, NGO/LSM.
 Penggerakan gizi seimbang melalui sekolah baik
dasar, menengah, maupun lanjutan.
 Meningkatkan peran Yankes, Posyandu, dan
NAKES
JENIS INTERVENSI

22
INTERVENSI SPESIFIK
 Upaya-upaya untuk mencegah dan mengurangi
gangguan secara langsung.
 Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor
kesehatan.
 Kegiatannya antara lain berupa imunisasi, PMT ibu
hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di
Posyandu.
 Sasaran kegiatan ditujukan untuk kelompok 1000
HPK (Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Anak 0-23
bulan).

23
Cakupan balita ditimbang tinggi, prevalensi gizi kurang
rendah
INTERVENSI SENSITIF
 Upaya-upaya untuk mencegah dan mengurangi
gangguan secara tidak langsung.
 Berbagai kegiatan pembangunan pada umumnya
di luar sektor kesehatan.
 Kegiatannya antara lain penyediaan air bersih,
berbagai kegiatan penanggulangan kemiskinan,
dan kesetaraan gender.
 Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak
khusus untuk 1000 HPK.

25
Intervensi Spesifik
Kegiatan Kegiatan
1. Meningkatkan konsumsi pangan sehari-hari 6. Pemberian pil besi pada ibu hamil di daerah
melalui perbaikan pendapatan keluarga dan endemik malaria harus dilakukan secara
pendidikan gizi seimbang berhati-hati
2. Melanjutkan suplemen tablet besi-folat dengan 7. Peningkatan Pemberantasan malaria didaerah
perencanaan dan pengawasan yang lebih baik endemik harus menjadi prioritas
3. Bagi ibu hamil yang kurus (diukur dengan 8. Sosialisasi yang luas kepada masyarakat
lingkar lengan) diberikan bantuan suplemen tentang PP 33, 2012 sehingga masyarakat
pangan sumber energi, dan protein, yang dapat ikut berperan dalam pelaksanaannya
diusahakan menggunakan bahan pangan yang 9. Melakukan evaluasi efektivitas atas berbagai
sudah difortifikasi seperti garam (yodium), MP-ASI yang beredar di masyarakat baik yang
tepung terigu (zat besi,seng, asam folat dan dilaksanakan oleh pemerintah, LSM, maupun
vitamin B1 dan B2), dan minyak goreng oleh industri pangan
(vitamin A) 10. Memberi prioritas pada pengembangan MP-
4. Intensifkan pendidikan atau KIE gizi sehingga ASI lokal untuk anak-anak masyarakat miskin
setiap ibu hamil memahami pentingnya tablet 11. Pendidikan gizi tentang ASI Eksklusif perlu
besi-folat dan merasa membutuhkan untuk disertai pendidikan tentnag MP-ASI
kesehatannya
12. Melakukan penelitian pengetahuan, sikap dan
5. Menerbitkan Peraturan Daerah tentang perilaku (KAP) tentang MP-ASI di berbagai
peredaran garam beryodium agar sasaran kelompok sosial masyarakat
cakupan rumah tangga yang menkonsumsi
garam beryodium yang memenuhi syarat dapat
meningkat 26
Intervensi Sensitip
Kegiatan Kegiatan
1. Perencanaan terpadu untuk menentukan 7. Meningkatkan produksi sayur dan buah untuk
prioritas lokasi pembangunan infrastruktur air mencukupi kebutuhan vitamin, mineral dan serat
bersih dan sanitasi dalam rangka diversifikasi pangan
2. Mencegah kejadian luar biasa diare karena akan 8. Evaluasi bersama tentang hal-hal positip dan
berdampak pada peningkatan kejadian kurang negatip pengalaman program Gizi-KB di UPGK
gizi akut 9. Penegakan hukum terhadap adanya pelanggaran
3. Peningkatan pendidikan kesehatan tentang peraturan SNI wajib , terutama yodisasi garam
perilaku hidup bersih 10. Peningkatan advokasi kepada pemerintah daerah
4. Menjamin nilai tukar ("term of trade") produk yang tingkat konsumsi garam yodiumnya masih
pertanian dan perkebunan yang sangat rendah
menguntungkan petani kecil 11. Pendidikan tentang Gizi Seimbang menjadi topik
5. Menghidupkan kembali program pemanfaatan ajaran dan bahasan utama ditiap acara pendidikan
tanaman pekarangan dan kebun sekolah atau KIE Gizi dengan sasaran utama adalah guru SD
dan jurnalis
dikaitkan dengan program makanan tambahan
anak sekolah (PMTAS) 12. Pendidikan persiapan perkawinan yang sehat
ditinjau dari usia, kesehatan dan budaya melalui
6. Lebih mengefektifkan bantuan beras RASKIN
program kerjasama Kementerian Kesehatan dengan
sehingga tiap keluarga dapat 15 kg beras
Kementerian Agama, dan Dalam Negeri .
seperti yang direncanakan, dengan prioritas
13. Memberikan kewenangan kepada Puskesmas untuk
keluarga yang ada ibu hamil dan menyusui.
memeriksa kesehatan calon pengantin agar bebas
7. Mengupayakan akses pangan pada kelompok dari kekurangan gizi (kurus dan atau anemi) 27
Indikator Hasil

Indikator
1. Menurunkan proporsi anak balita yang stunting sebesar
40 persen.
2. Menurunkan proporsi anak balita yang menderita kurus
(wasting) kurang dari 5 persen.
3. Menurunkan anak yang lahir berat badan rendah
sebesar 30 persen.
4. Tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi
lebih.
5. Menurunkan proporsi ibu usia subur yang menderita
anemia sebanyak 50 persen.
6. Meningkatkan prosentase ibu yang memberikan ASI
ekslusif selama 6 bulan paling kurang 50 persen.
28
29

Anda mungkin juga menyukai