Anda di halaman 1dari 83

HUKUM INTERNASIONAL

Nandang Sutrisno

1
Pengertian HI
• HI (Publik)
• Tradisional: hukum yang mengatur hubungan
antar negara.
• Mochtar Kusumaatmadja:
HI :
» keseluruhan kaidah dan asas hukum
» yang mengatur hubungan atau persoalan yang
bukan bersifat perdata
» yang melintas batas negara
 belum menunjukkan isi dan ruang
lingkup

2
Redefinisi HI:
• keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan
atau persoalan yang melintasi batas negara antara:
• negara dengan negara
• negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau
subyek hukum bukan negara satu sama lain.
Belum bisa menjelaskan perbedaannya dengan HPI

Keterangan tambahan:
karena HI yang dimaksud adalah HI Publik, maka dalam definisi
tsb. tidak termasuk hubungan atau persoalan internasional
yang diatur dalam HPI.

3
J.G. Starke, HI:
• keseluruhan hukum yang untuk sebagian besar terdiri dari:
• Prinsip-prinsip dan
• kaidah-kaidah perilaku
• yang terhadapnya negara2 merasa dirinya terikat untuk
mentaati, dan karenanya
• benar-benar ditaati secara umum dalam hubungan2 mereka satu
sama lain, dan yang meliputi juga:
• kaidah-kaidah hukum yang berkaitan dengan berfungsinya
lembaga-lembaga atau organisasi2 internasional, hubungan2
mereka satu sama lain, dan hubungan mereka dengan
negara2 dan individu2; dan
• kaidah-kaidah hk tertentu yang berkaitan dengan individu2
dan badan2 non negara sejauh hak2 dan kewajiban2 individu
dan badan non-negara tsb penting bagi masyarakat
internasional 4
Mochtar + Starke:

1. Subyek HI : negara dan non-negara


2. Isi atau ruang lingkup:
• Persoalan atau hubungan :
• Negara dengan negara
• Negara dengan non-negara
• Non-negara dengan non-negara

5
Peristilahan
• Hukum bangsa-bangsa (the law of nations)
• Hukum antar bangsa (the law among nations)
• Hukum antar negara (interstate law)
• Hukum internasional (internasional law)
• Public International Law

6
Bentuk Perwujudan HI
• HI Umum
• HI Regional
• HI Khusus

• HI Umum:
– Universal
– Bagi seluruh masyarakat internasional
– Apapun sistem yang dianutnya

7
HI Regional:
-Lingkungan berlakunya terbatas
-Ex:
- HI Amerika: landas kontinen
- HI Amerika Latin: suaka diplomatik
- EEC Law

- sebab: keadaan khusus

- tidak mesti bertentangan dengan HI Umum


- ada kalanya diterima sbg. Bagian dari HI Umum:
- Ex: - konsep landas kontinen (continental shelf)
- berasal dari Proklamasi Truman 28 Sept. 1945.
- HI Amerika Latin  dipraktekkan secara umum
8
- EEC Law  supranational law
HI Khusus:
• khusus bagi negara-negara tertentu saja
• ex. Konvensi Eropa tentang HAM
- pengaturan tentang HAM
- Prosedur penyelesaian sengketa HAM
• model

9
Kelemahan Hukum Internasional
• Kepatuhan masyarakat internasional pada HI
• Kelemahan dan kritik terhadap HI
• Hakekat HI sebagai sistem hukum horisontal atau
koordinatif
• HI tidak memiliki badan dunia dengan organ-organ
dan kekuasaan yang diperlukan
• Pertanyaannya apa yang menjadi dasar kekuatan
mengikatnya HI ?

10
HI sebagai “true law”
• Pandangan yang menyangkal sifat
mengikat HI
• Pendapat John Austin mengenai hukum
dan penerapannya pada HI
• Tanggapan atas teori Austin
(Mochtar K., Brierly dan Pollock, Starke)
• Masalah sanksi dalam HI

11
Dasar Berlakunya HI
• Teori Hukum Alam (Natural Law)
• Teori Voluntaris:
- Teori Kehendak Negara
- Teori Kemauan Bersama (“Vereinbarung”)
• Mahzab Vienna (Wina)
• Mahzab Perancis

12
Teori Hukum Alam
• Memiliki pengaruh yang kuat atas HI dimana pada
awalnya mempunyai ciri keagamaan yang kemudian
dilepaskan kembali oleh Hugo Grotius.
• Menurut Grotius, hukum alam adalah kesatuan
kaidah yang diilhamkan alam pada akal manusia.
• Teori ini mengatakan bahwa HI mengikat karena HI
merupakan bagian dari hukum yang lebih tinggi
yaitu hukum alam yang diterapkan pada kehidupan
masyarakat bangsa-bangsa.

13
Teori Hukum Alam (lanjutan)
• Prinsip dasar teori ini adalah prinsip
keadilan yang memiliki keabsahan
universal yang didapat/ditemukan melalui
akal manusia
• Kelemahan dan ‘kekuatan’ teori ini

14
Teori Kehendak Negara
• Pada dasarnya negara adalah sumber
segala hukum & HI mengikat karena
negara atas kemauannya sendiri mau
tunduk padanya.
• George Jellineck – “Selbst-limitation-
theorie”
• Zorn – HI adalah hukum tata negara yang
mengatur hubungan luar suatu negara.
15
Teori Kemauan Bersama
(“Vereinbarung”)

• Triepel mengatakan: HI mengikat bagi negara


karena adanya suatu kehendak bersama yang lebih
tinggi dari kehendak masing-masing negara untuk
tunduk pada HI.
• Kehendak bersama ini tidak perlu dinyatakan
melainkan secara diam-diam (implied).
• Teori ini juga memandang bahwa HI sebagai hukum
perjanjian antar negara.

16
Kelemahan dan ‘kekuatan’
• Mengikatnya hukum tidak dapat
dikaitkan/digantungkan pada kehendak
subjeknya
• Tidak sesuai dengan kenyataan dalam
praktek
• Sumber HI tidak semata-mata hukum
perjanjian, terdapat hukum kebiasaan
sebagai sumber hukum utama
• Kontribusi terhadap HI
17
Mazhab Wina

• Kekuatan mengikat HI didasarkan pada kaidah


yang lebih tinggi hingga sampai pada kaidah
dasar (Grundnorm).
• Hans Kelsen menyatakan asas “pacta sunt
servanda” sebagai kaidah dasar HI.
• Ajaran ini tidak dapat menerangkan mengapa
kaidah dasar tersebut mengikat.

18
Mazhab Perancis
• Dipelopori oleh Fauchile, Scelle dan Duguit.
• Ajaran ini mendasarkan kekuatan mengikatnya HI
pada faktor biologis, sosial dan sejarah kehidupan
manusia yang dinamakan fakta kemasyarakatan
(“fait social”).
• Dasar kekuatan mengikat HI adalah karena HI
mutlak diperlukan guna memenuhi kebutuhan
bangsa-bangsa untuk hidup bermasyarakat

19
HUBUNGAN HI – HN
TEORI
PRIMAT MONISME PRIMAT
HI HN
DUALISME

TRANSFORMASI
DELEGASI
HARMONISASI

HI HN

20
PRAKTEK NEGARA-NEGARA

INGGRIS

H.KEBIASAAN H. PERJANJIAN
INTERNASIONAL INTERNASIONAL

BAGIAN DARI HUKUM DITENTUKAN OLEH


INGGRIS PRINSIP-PRINSIP
*TIDAK BERTENTANG- KONSTITUSI
AN DGHUKUM INGGRIS *PERSETUJUAN
*DITENTUKAN OLEH PARLEMEN
PENGADILAN TERTINGGI *TDK PERLU PERSET.
PARLEMEN
21
PRAKTEK NEGARA-NEGARA

USA

H.KEBIASAAN H. PERJANJIAN
INTERNASIONAL INTERNASIONAL

•SELF-EXECUTING TREATY
BAGIAN DARI HUKUM
•NON SELF-EXECUTING
USA
TREATY

22
PRAKTEK NEGARA-NEGARA

INDONESIA

H.KEBIASAAN H. PERJANJIAN
INTERNASIONAL INTERNASIONAL

* TIDAK PASTI
•DALAM BEBERAPA HAL •BERUBAH-UBAH
BAGIAN DARI HUKUM •BAGIAN DARI HN
INDONESIA •PS 11 UUD 45
- HAK LINTAS DAMAI •JALUR UU
- PERLAKUAN ORANG •JALUR KEPRES
ASING
•PERNAH TIDAK MENGAKUI
• NASIONALISASI
•LEBAR LAUT TERIRORIAL 23
Sumber-sumber HI
• Pasal 38 ayat 1 Statuta Mahkamah
Internasional:

1. Konvensi/traktat/perjanjian internasional
2. Kebiasaan internasional
3. Prinsip-prinsip umum hukum
4. Keputusan-keputusan pengadilan dan
ajaran/doktrin para sarjana

24
• JG Starke:
1. Kebiasaan internasional
2. Traktat-traktat
3. Keputusan-keputusan pengadilan atau
pengadilan arbitrase
4. Karya-karya hukum
5. Keputusan atau penetapan organ-organ
lembaga-lembaga internasional

• Tambahan:
1. Tindakan2 sepihak negara2 (unilateral acts of
states)
2. Kepatutan dan hukum alam (equity and natural
law)
25
Perjanjian Internasional
• Perjanjian Internasional
– Konvensi Wina 1969 (Ps 2.1.a):
• persetujuan internasional
• antar negara
• tertulis
• diatur oleh HI

– Konvensi Wina 1986 (Ps 2.1.a):


• persetujuan internasional
• diatur oleh HI
• tertulis
• antara negara dengan negara, negara dengan organisasi
internasional, dan organisasi internasional dengan
organisasi internasional.
26
Persamaan & perbedaan
• Persamaan:
– persetujuan internasional
– Tertulis
– Diatur oleh HI

• Perbedaan:
• Konv. Wina 1969:
– Subyek hukum negara
• Konv. Wina 1986:
– Subyek hukum negara & non-negara

27
Perjanjian internasional tidak tertulis?

• Pasal 3 Konv. Wina 1969:


• mempunyai kekuatan mengikat sebagaimana
HI selain konvensi.

• Dukungan kasus:
–Nuclear Test Cases: Australia v. France; New
Zealand v. France (1974) I.C.J. Rep. 253, hal. 267-
70.

– Duduk Perkara:
• Perancis (bukan anggota the Nuclear Test
Ban Treaty) melakukan percobaan nuklir di
kawasan Pasifik Selatan 28
• Australia & New Zealand protes & membawanya ke
ICJ.
• Sebelum diperiksa, Perancis mengakhiri percobaan
• Secara sepihak mengumumkan: tidak akan
melakukan percobaan nuklir lagi di kawasan tsb.
• ICJ:
• salah satu butir putusannya:
• Mengenai masalah bentuk bukanlah merupakan suatu
hal yang memerlukan persyaratan khusus dan ketat.
Tidak ada perbedaan yang esensial apakah suatu
pernyataan dibuat secara lisan atau tertulis, karena
pernyataan2 seperti itu yang dibuat dalam keadaan2
tertentu bisa saja menciptakan komitmen2 dalam HI,
yang tidak memerlukan bentuk tertulis. 29
3. Definisi yang lebih umum perjanjian internasional:
- persetujuan
- antara subyek-subyek HI
- menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
- menurut HI.
Kesimpulan, perjanjian internasional:
• Perj. Internasional  persetujuan
• Subyek: negara dan non-negara
• Obek: segala kepentingan
• Bentuk bebas: tertulis & tidak tertulis
• Hukum yg mengatur: HI 30
Istilah2 Hk. Perjanjian
• Treaty : istilah umum (nomen generalisimum)

• Istilah2 lain:
– Convention - Modus vivendi
– Protocol - Exchange of notes
– Agreement - Exchange of letters
– Arrangement - Final Act
– Process verbal - General Act.
– Statute
– Declaration

31
Fungsi Perjanjian Internasional
• Sarana utama yang praktis bagi transaksi dan komunikasi antar
anggota masyarakat negara.
• Sarana pengembang kerjasama internasional
– Konvensi Roma 1957 (EEC)
– NAFTA
– APEC
– ASEAN, dsb.

• Sarana penyelesaian sengketa internasional


– Batas landas kontinen Indonesia – Australia

• Sumber HI:
• Paling kuat
32
Macam-macam Perjanjian Internasional
• Subyek perjanjian:

• Perjanjian antar negara


• Perjanjian antara negara dengan non-negara
• Perjanjian antar non-negara

• Jumlah pihak:
• Perjanjian bilateral
• Perjanjian multilateral

• Bentuknya:
• Perjanjian antar Kepala Negara (Heads of States)
• Perjanjian antar Pemerintah (Inter-Government)
• Perjanjian antar Negara (Inter-states)

33
• Bentuknya (lanjut):

• Perjanjian antar Menteri Negara


• Perjanjian antar Departemen
• Perjanjian antar pemimpin-pemimpin politik aktual
dari negara-negara

• Proses/tahapan pembentukannya:
• Perjanjian tiga tahap:
– Perundingan
– Penandatanganan
– Ratifikasi

• Perjanjian dua tahap:


– Perundingan
– penandatanganan 34
• Sifat pelaksanaannya:

• Perjanjian yang menentukan (dispositive treaties)


– Tapal batas
– Penyerahan wilayah atau kedaulatan
• Perjanjian yang dilaksanakan (executory treaties)
– Pelaksanaannya tidak sekaligus
– Terus menerus selama jangka waktu perjanjian
berlalu

• Sifat/fungsinya dalam pembentukan hukum:

• Law-making treaties (Perjanjian yang membentuk


hukum)
– multilateral
– sumber HI langsung
• Treaty Contract (perjanjian yang bersifat kontrak)
– bilateral 35
– sumber HI tidak langsung
KEBIASAAN INTERNASIONAL
(Customary International Law)
• Kebiasaan (custom): adat istiadat (usage) yang telah
memperoleh kekuatan hukum.

• Pasal 38 ayat 1:
Kebiasaan internasional yang merupakan bukti dari adanya
praktek atau perilaku yang berlaku umum dan diakui atau
diterima sebagai hukum.

• Unsur-unsur:
1. Material (obyektif):
tindakan (praktek) yang berulang-ulang (konsisten)
diantara negara-negara.
2. Psikologis (subyektif):
diterima sebagai hukum oleh masyarakat internasional
36
1. Material (obyektif):
• Tindakan/praktek yang konsisten
• Tindakan/praktek tunggal tidak menciptakan
kebiasaan int.

• Luebeck v. Mecklenburg Schwerin


satu tindakan tunggal badan atau otoritas
negara tidak dapat begitu saja menciptakan
kebiasaan yang dapat dimanfaatkan negara lain
yang telah diuntungkan oleh tindakan tersebut;
karena tindakan untuk terciptanya hukum,
kebiasaan harus dilakukan secara teratur dan
berulang-ulang.
37
2. Psikologis (subyektif):
• Dipenuhinya unsur obyektif saja tidak melahirkan
hukum
• Kesopanan internasional (comity)
• sambutan kehormatan tamu negara
• tembakan salvo
• Untuk melahirkan hukum, pengulangan/praktek
tsb. harus diyakini secara umum sbg persoalan
hak dan kewajiban
• Peralihan dari usage menjadi custom
dianggap telah terwujud

38
Contoh-contoh
• Hukum perang:
– Penggunaan bendera putih
– Perlakuan tawanan perang
– Tidak menjadi HI:
• Penenggelaman kapal dagang lawan tanpa
pemberitahuan dahulu
– Tidak sesuai dengan hukum & keadilan

• Konsep landas kontinen:


– Proklamasi Truman 1945  Konvensi Hukum Laut 1958.

39
Dari mana tahu?

1. Perilaku/tindakan pejabat2 negara


2. Perjanjian internasional
3. Perundang-undangan nasional
4. Putusan2 pengadilan internasional
5. Tulisan2 para sarjana

Ad 1. Perilaku/tindakan pejabat2 negara


– protes atas suatu peristiwa yang dipandang
melawan hukum & rasa keadilan masyarakat
internasional
– klaim-klaim sepihak

40
Ad 2. Perjanjian internasional
• Banyaknya perjanjian serupa
• Bilateral & multilateral terbatas: - diplomatik,
ekstradisi, kejahatan politik
• Perjanjian multilateral
• Hukum kebiasaan bagi non-anggota
• North Sea Continental Shelf Cases: Federal
Republic of Germany v. Denmark v. Netherlands
(1969) I.C.J. Rep. 3
• ICJ:
• German yg tidak meratifikasi Konvensi
Geneva 1958 tidak terikat oleh Konv. Tsb (Psl
6). Hukum kebiasaan apa untuk menentukan
batas landas kontinen?
• Konvensi dianggap sbg kebiasaan int. 41
Ad 3. Perundang-undangan nasional
• Ada kesamaan:
• batas wilayah negara
• kewarganegaraan
• laut teritorial
• hukum lintas damai ZEE

Ad 4. Putusan2 pengadilan internasional


• praktek hakim dalam memutus perkara
• hk positif nasional & internasional (perjanjian
int)
• praktek2 yang merupakan bukti adanya hk 42
Ad 5. Tulisan2 para sarjana

• Menguraikan atau mengungkapkan fakta2 yang


mempunyai nilai hukum kebiasaan
internasional sebagai pembenar.

43
Prinsip-prinsip Umum Hukum
(General Principles of Law)
• Pasal 38(1)(c) Statuta MI:
“The general principles of Law recognized by
civilized nations” (prinsip-prinsip umum hukum yang
diakui oleh bangsa-bangsa beradab).

• Maknanya?
– Tidak ada kesepakatan
• Barat:
– prinsip2 hukum umum yang terdapat di
seluruh sistem-sistem hukum nasional yang
telah mencapai suatu tahap perkembangan
yang sebanding.
– Terutama prinsip-prinsip hukum perdata atau
hukum acara.
44
• Sosialis:
– Hanya prinsip-prinsip umum HI.
» Prinsip2 umum dalam hukum nasional
merupakan bagian dari HI.
» Telah diadopsi oleh negara2 sebagai
suatu “custom” atau “treaty”
» Tidak perlu lagi merujuk ke Pasal 38(1)(c).

– Bagaimana jika belum menjadi “custom” atau


HI konvensional?
» Hakim Tanaka:
prinsip2 hukum umum merupakan
sumber utama HI:
- hukum rasional
- valid bagi seluruh masyarakat
manusia
45
Prinsip-prinsip Umum Hukum
1. Prinsip2 hukum pada umumnya
2. Prinsip2 hukum dari berbagai sistem hukum
3. Prinsip2 hukum nasional pada umumnya
4. Prinsip2 HI pada umumnya
5. Prinsip2 hukum dari berbagai cabang HI

Contoh-contoh:
1. Prinsip keadilan
2. Prinsip kepatutan dan kelayakan
3. Prinsip kesamaan derajat manusia
4. Prinsip iktikad baik
5. Prinsip pacta sunt servanda
6. Prinsip non-intervensi
7. Prinsip menentukan nasib sendiri
8. Prinsip non bis in idem 46
9. Prinsip ius solli & ius sanguinis
Putusan Badan Peradilan
• Pasal 59 Statuta MI
• Putusan2 MI tidak mengikat kecuali di antara para pihak
dan berkaitan dengan perkara2 tertentu.
• Tidak mempunyai kekuatan sebagai preseden
– Tapi konsisten dengan putusan-putusan terdahulu
– MI bebas mengembangkan HI tanpa harus terikat
dengan pengaruh praktek dan otoritas terdahulu.
– Fisheries Case (Inggris v. Norwegia)
» Memperkuat legitimasi metode penarikan garis
pangkal, untuk menentukan batas laut teritorial
» Diterima secara umum oleh negara2
- Konvensi Jenewa 1958
- Konvensi Hukum Laut 1982

47
– Dianggap sebagai pernyataan dari badan
yudisial internasional yang paling otoritatif
tentang apa yang menjadi HI dalam masalah
tertentu
– Sumbangan badan yudisial internasional
temporer terhadap perkembangan HI.
– Putusan Pengadilan Militer Internasional di
Nurenberg 1946:
» Menetapkan prinsip2 penting yang
berkaitan dengan kejahatan2 terhadap
perdamaian dan keamanan umat manusia.

– Putusan2 Pengadilan regional


– Putusan2 European Court of Justice
– Putusan2 European Court of Human Rights
48
– Sumbangan badan yudisial nasional:

– Putusan Pengadilan Bremen:


» Ttg nasionalisasi perusahaan Belanda di
Indonesia.
» Mengesampingkan norma2 HI lama:
- pembayaran ganti rugi:
- prompt
- effective
- adequate
» Prinsip baru:
- pembayaran ganti rugi:
- berdasarkan kemampuan
negara yang menasionalisasi
- diikuti oleh negara2 lain
49
Pendapat Para Sarjana
• Bukan hukum positif
• Sering diikuti:
– Para sarjana lain
– Pengadilan
• Berpengaruh
• Menjadi HI positif
– Karena melahirkan:
• kesamaan pandangan, sikap dan perilaku
– Dipandang sebagai telah terbentuknya suatu
norma hukum

• Pendapat yang tidak sama?


– Salah satu tergusur
– Arus balik
50
– kristalisasi
Keputusan Organisasi Internasional

• Organisasi Internasional:
– Subyek HI:
• Melakukan hubungan internasional
• Mengeluarkan keputusan2 maupun peraturan2
lainnya yang mengikat bagi para anggotanya
• Memprakarsai penyelenggaraan konferensi
internasional
– Merumuskan prinsip2 dan norma2 HI dalam
bidang tertentu

51
Subyek Hukum Internasional
• Pengertian:
• Pemegang hak dan kewajiban
• Menurut hukum
• Siapa?
– HI Tradisional:
• Negara satu-satunya subyek HI
– HI Modern:
• Negara
• Organisasi Internasional
• Palang Merah Internasional
• Tahta Suci atau Vatikan
• Organisasi Pembebasan atau Bangsa-bangsa yang
sedang memperjuangkan hak-haknya
• Wilayah-wilayah Perwalian
• Kaum Belligerensi
• Individu 52
Negara

• Subyek utama HI
– Peran dominan dalam hubungan internasional
– Melahirkan prinsip-prinsip dan norma-norma
HI.
– Memiliki kedaulatan atau kekuasaan tertinggi
• Internal: untuk mengatur masalah dalam negerinya
sendiri.
• Eksternal: untuk melakukan hubungan dengan
negara lain atau dengan subyek-subyek HI
lainnya.

53
• Kualifikasi Negara?
– Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933 tentang
Hak-hak dan Kewajiban Negara:
a. penduduk yang tetap (a permanent
population);
b. wilayah yang pasti (a defined
territory);
c. pemerintah (government);
d. kemampuan untuk mengadakan
hubungan dengan negara-negara
lain.
54
Organisasi Internasional
• OI pertama (abad 19)
– International Telecommunication Organization (ITO)
• Sekarang: International Telecommunication Union
(ITU).
• League of Nations (Liga Bangsa-Bangsa) 1918
• United Nations (Perserikatan Bangsa-Bangsa) 24
Oktober 1945.
• OI lain:
– Melembagakan kerjasama internasional secara
permanen
• Sebagai subyek HI:
– Memiliki kepribadian hukum internasional
(international legal personality);
– Mampu melakukan hubungan hukum dengan negara
dan subyek hukum internasional lain. 55
Palang Merah Internasional
• Salah satu OI
• Posisi unik dan strategis
– Awalnya hanya organisasi nasional Swiss
– Didirikan oleh 5 warganegara Swiss, dipimpin Henry Dunant
– Bergerak dalam bidang kemanusiaan:
• Pertolongan korban perang tanpa diskriminasi
• Universal
– Simpati dan sambutan seluruh dunia
– Diakui sebagai pribadi internasional mandiri
– Aktivitas kemanusiaan dalam:
• Perang
• Bencana alam
• Pengungsian
– Peranan dalam HI: hukum humaniter
56
Tahta Suci (Vatikan)
• Diakui sbg subyek HI dengan alasan sejarah
• Lateran Treaty (11 Februari 1929)
– Pemerintah Italia menyerahkan sebidang tanah yaitu
Vatikan di Roma
– Pengakuan Italia atas eksistensi Tahta Suci sebagai
pribadi internasional yang mandiri.
• Semula kewenangannya di bidang keagamaan
(Katolik) dan keduniawian atau kenegaraan.
• Saat ini kewenangannya hanya dalam bidang
keagamaan
• Namun tetap diakui kewibawaannya
• Dihargai dan diberi tempat sendiri dalam
hubungan internasional sejajar dengan negara-
negara dan subyek-subyek HI yang lain.
57
Organisasi Pembebasan atau Bangsa yang
sedang memperjuangkan hak-haknya

• Organisasi Pembebasan dan Bangsa


– Kontroversial dan subyektif
– Politis
• Kebangkitan rakyat di wilayah jajahan utk merdeka
• Berusaha untuk mendapat pengakuan dan dukungan
dari negara lain.
• Melakukan hubungan internasional
• Menampakkan kemandirian sebagai pribadi internasional
• Mampu memiliki hak-hak dan kewajiban-kewajiban
internasional (dari pandangan yang mengakui dan
mendukungnya)
• PLO, SWAPO

58
Kaum Belligerensi

• Subyek HI?
• Pemberontakan bersenjata yang dilakukan sekelompok
orang terhadap pemerintah.
– Masalah dalam negeri suatu negara
– Penyelesaian dan hukum hukum nasional
– Negara lain tidak boleh intervensi
• Tetapi:
– Tampak seperti perang saudara
– Akibat-akibat yang ditimbulkan meluas ke negara lain
– Implikasi internasional
• Sikap negara lain?
– Mengakui atau menerima eksistensi kaum pemberontak sebagai
pribadi yang mandiri.
– Pertimbangan politik subyektif
59
• 4 unsur kaum Belligerensi:
– Organisasi yang rapi dengan pimpinan yang jelas
– Tanda pengenal yang menunjukkan identitas
– Menguasai sebahagian wilayah secara efektif
– Dukungan dari rakyat wilayah yang dikuasainya.

• Jika tidak memenuhi unsur tersebut baru bisa


disebut kaum insurgensi
– Eksistensi belum mantap
– Belum diterima sebagai pribadi internasional yang
mandiri

60
Individu
• Semula individu sebagai subyek HI melalui negara
• Sekarang subyek HI langsung:
– Dalam batas-batas tertentu dapat bertindak mandiri dengan
melakukan perbuatan-perbuatan hukum atas nama dan untuk
dirinya sendiri
– Dapat dibebani kewajiban-kewajiban internasional dan
dimintakan pertanggungjawaban langsung dalam level
internasional atas perbuatannya yang bertentangan dengan HI.
– Prinsip-prinsip dan norma-norma HI yang memberikan hak dan
kewajiban langsung kepada individu
– HAM universal
– Konvensi-konvensi HAM
– Konvensi-konvensi Genosida 1949
– Konvensi Tokyo 1963, Den Haag 1970, Montreal 1971
– Peradilan Nurenberg dan Tokyo 1946

61
PENGAKUAN
• Pengakuan pada umumnya
– Transformasi (perubahan):
• Negara lama lenyap
• Bergabung dengan negara lain
• Membentuk negara baru
• Terpecah
• Merdeka
• Revolusi
– Persoalan bagi masyarakat internasional
• Pengakuan (recognition)

– Urgensi diplomatik drpd hukum


62
Teori-teori Pengakuan
• Teori Konstitutif (Constitutive Theory)
• Pengakuan menciptakan status kenegaraan atau
melengkapi pemerintah baru dengan otoritasnya di
lingkungan internasional.

• Teori Deklarator/Evidenter (Declaratory/Evidentiary)


• Status kenegaraan atau otoritas pemerintah baru telah
ada sebelum adanya pengakuan;
• Dan status atau otoritas ini tidak tergantung pada
pengakuan;
• Pengakuan = pengumuman resmi

63
Praktek?
Mendukung teori kedua:

• Umumnya negara2 memberi atau menolak


pengakuan sesuai dengan prinsip2 dan praktek2
hukum;
• Sering pengakuan ditunda karena alasan2
politis: - untuk keuntungan diplomatik
• Penolakan oleh suatu negara saja tidak
berpengaruh jika sejumlah negara lainnya telah
melakukan pengakuan;
• Dalam praktek, tidak ada negara yang dianggap
tidak mengakui.

64
• Teori Konstitutif?
– Didukung dengan fakta:
• Negara atau pemerintah yang diakui memperoleh
status
• Yaitu dalam pengadilan2 nasional negara yang
mengakui

• Amerika, Inggris, Australia:


– Meninggalkan praktek pengakuan
• Tidak ada teori yang cocok

65
Pengakuan Wajib?

• Menurut HI: wajib


– Tapi tidak didukung oleh preseden dan
praktek yang kuat
– Dengan cara apa kewajiban tsb dpt
dipaksakan?

• Menurut Podesta Costa: fakultatif

66
Pengakuan Bersyarat
• Kadang2 bersyarat:
• Berupa kewajiban yang harus dipenuhi oleh negara
yang diakui.
– Kongres Berlin 1878 mengakui Bulgaria,
Montenegro, Serbia dan Rumania.
» Syarat:
tidak boleh memaksakan setiap
penyimpangan agama terhadap
warganegaranya.

Pengakuan Kolektif
• Pengakuan oleh tindakan kolektif internasional atau melalui
media lembaga internasional
67
• Menguntungkan
• Opini ICJ

– syarat utama anggota PBB:


status kenegaraan
- pengakuan

• Pengakuan thd Kepala Negara/Pemerintahan


– Tdk berpengaruh thd pengakuan suatu negara
– 1970-an  perbedaan kebijaksanaan
– 1977  AS: penekanan bukan pd pengakuan
tapi pada hubungan diplomatik.
– 1980  Inggris (Lord Carrington)
tdk akan lagi memberi pengakuan
memutuskan hubungan diplomatik
dg pemerintah inkonstitusional
– 1988  Australia
hubungan  kasuistik
68
Pengakuan ‘de jure’ dan ‘de facto’
• Pengakuan ‘de jure’  dpt berlaku surut
– Secara formal telah memenuhi persyaratan yang ditentukan h.i.
– Dpt berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat internasional

• Pengakuan ‘de facto’  dpt berlaku surut


– Utk sementara, dg segala reservasi yang layak di masa mendatang,
negara atau pemerintah yang diakui telah memenuhi syarat berdasarkan
fakta.
• Mengawali ‘de jure’
• Jika ada bukti ‘de jure’ pengadilan tidak berhak membuktikan telah
adanya ‘de facto’
• Ex: Praktek Inggris
» Thd Soviet: d.f. 16 Maret 1921
d.j. 17 Februari 1924

69
Akibat Hukum dari Pengakuan

• Menimbulkan hak, kekuasaan, privilege


dari negara atau pemerintah yang diakui
baik menurut h.i. maupun h.n. negara
yang mengakui
• Menurut HI:
– Status negara/pemerintah yang diakui secara
‘de jure’ membawa serta hak-hak istimewa
penuh keanggotaan dlm masyarakat
internasional.
70
KEDAULATAN NEGARA

• Kedaulatan = sovereignty = superanus = yang teratas


• Kedaulatan negara?
• Kekuasaan tertinggi negara
• Tidak ada kekuasaan lain yang melebihi
• HI tidak mungkin mengikat negara
• Bertentangan dengan HI (hk yang mengatur
hubungan internasional, terutama hubungan
antar negara)
• Merupakan penyangkalan terhadap eksistensi HI
sebagai suatu sistem hukum yang mengikat
• Penghalang bagi:
» Pertumbuhan masyarakat internasional
» Dan perkembangan HI
71
• Apakah benar demikian?
• Benar, jika:
– Masyarakat internasional
• Masy./negara dunia dengan satu pemerintahan dunia  tidak
ada tempat bagi negara berdaulat
• Tidak benar, jika:
– Masyarakat internasional
» Terdiri dari terutama negara2 yang bebas
 bersifat koordinatif
» Masy. Dunia dengan satu pemerintahan dunia masih
jauh.

• Memang benar bahwa kedaulatan=kekuasaan tertinggi


• Tidak mengakui kekuasaan lain yang lebih tinggi
• Negara memiliki monopoli kekuasaan
• Tapi ada “batas-batasnya”
– Di dalam wilayah teritorialnya
– Di luar wilayahnya tidak memiliki kekuasaan.
72
Pembatasan Kekuasaan tertinggi

– Kekuasaan terbatas pada batas wilayah negara yang


mempunyai kekuasaan itu
– Kekuasaan berakhir di mana kekuasaan suatu negara
lain mulai.

• Jika kedaulatan suatu negara berakhir atau


mempunyai batas pada negara lain, lalu batas
kedaulatan seluruh negara di mana?
– Hukum Internasional
» Kehidupan masyarakat internasional yang
teratur hanya mungkin dengan adanya HI.

73
• Kedaulatan dibatasi hanya pada batas wilayah negara
yang mempunyai kedaulatan:
• Kedaulatan teritorial
» Wilayah beserta segala sesuatu yang
ada dalam wilayah tsb berada dalam
kekuasaan suatu negara
» Mirip konsep pemilikan menurut hukum
perdata
» Uti possidetis  “karena engkau
memiliki, maka engkau akan tetap
memiliki”

74
Diperolehnya kedaulatan?
• Okupasi
• Penegakan kedaulatan atas wilayah yang tidak
berada di bawah penguasaan negara mana pun
• “terra nullius”
• Jika ada penduduknya?
» Perjanjian
• Aneksasi
• Dipaksakan, dg dua keadaan:
» Ditaklukan Belanda oleh Prancis
» Benar2 berada di bawah negara yang
menganeksasi  Korea oleh Jepang
• Penambahan (Accretion)
75
• Wilayah baru ditambahkan  sebab2 alamiah
• Penyerahan (Cession)
• Sukarela  Alaska dari Rusia kepada AS 1867
• Paksaan  perang: ex. Indonesia

• Preskripsi
• Alas hak atas pelaksanaan kedaulatan de facto
secara damai utk jangka waktu lama atas wilayah
yang tunduk pada kedaulatan negara lain.

• Negara yang baru muncul


• dekolonisasi

76
INTERVENSI HUMANITER
• Genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan dan
kejahatan perang di
– Balkan, Afrika, dll.
• Apakah intervensi diperlukan untuk menghentikan
pelanggaran-pelanggaran berat, sistematis dan
meluas terhadap HAM? (Kofi Annan, 1998).
– Mendesak agar masyarakat internasional
menyepakati,
– Atas dasar prinsip-prinsip yang sah dan universal
dan dalam kerangka HI
– Untuk melindungi orang-orang sipil dari
pelanggaran besar-besaran dan sistematis HAM.

77
Beberapa Pendapat
• Kelompok I
– Jika suatu negara tidak mampu atau tidak bersedia
mengatasi
• tanggung jawab beralih ke masyarakat internasional.
• Dapat menggunakan kekerasan yang dikuasakan
oleh Dewan Keamanan PBB

• Kelompok II
– 3 persoalan penting:
• Di mana bantuan humaniter berhenti dan kapan
intervensi dimulai?
• Bagaimana membedakan antara imperatif humaniter
dan motivasi politik atau ekonomi?
• Apakah intervensi humaniter hanya berlaku bagi
negara-negara yang lemah, atau bagi semua negara
78
tanpa pengecualian?
• Kelompok III
– Intervensi humaniter berpotensi merusak
Piagam PBB, melemahkan kedaulatan
negara, mengancam pemerintah-
pemerintah yang sah dan stabilitas
internasional.
– Tindakan-tindakan untuk melindungi HAM
harus menghormati kemerdekaan,
kedaulatan dan keutuhan teritorial dari
semua negara, dengan dukungan dari
pemerintah dan rakyat negara ybs.

79
Status Hukum
• Praktek sejak abad XIX:
– Russia di Turki atas nama kaum nasionalis
Bulgaria 1877
– Amerika Serikat di Cuba 1898
– Negara2 besar di Turki atas nama Yunani
1827
– Prancis di Syiria 1860
– Negara2 besar Eropa ditambah Jepang di
China 1900.
80
• US di Iran untuk menyelamatkan 53 orang
sandera warga US.
• US di Grenada Oktober 1983 dan di Panama
Desember 1989, untuk menyelamatkan
warga US
• Somalia 1992-1994
• Rwanda 1994
• Haiti 1994
• Boznia Herzegovina 1992-1995
• Kosovo 1998-1999
• Sierra Leone 1999.
81
• Tantangan terhadap prinsip tradisional
kedaulatan negara dan prinsip non-
intervensi
• Sebaliknya, masyarakat internasional tidak
bisa membiarkan kekejaman,
pembunuhan-pembunuhan, genosida:
– Kamboja masa Pol Pot (1975-1979), korban
1.700.000 orang
– Pembantaian suku minoritas Tutsi oleh suku
mayoritas Hutu di Rwanda 1994, korban
800.000 orang
– Pembersihan etnis di ex Yugoslavia 1990-an,
korban 200.000 orang.
82
Hukum Internasional?

• Tidak cukup bukti adanya hak negara baik


individual maupun kolektif.
• Tidak sesuai dengan Piagam PBB (?)
• Tidak memberikan sumbangan yang substansial
bagi legalitas intervensi humaniter.
• Negara enggan mengesahkan: karena
penyalahgunaan.
• Kata kunci: Diberi kuasa oleh Dewan
Keamanan.
83

Anda mungkin juga menyukai