Objektif Sirosis
Objektif Sirosis
DIAGNOSIS
SIROSIS HEPATIK: SBP (spontaneous bacterium peritonitis)
• Merupakan penyakit kronik hepar yang ditandai dengan fibrosis dan - SBP merupakan infeksi bakterial akut pada cairan asites
tanpa adanya sumber infeksi intraabdominal.
kerusakan akhir dari hepatoselular. - Faktor deposisi dari SBP dipengaruhi oleh derajat penyakit
• Kondisi sirosis hepatik pada pasien ini disebabkan oleh infeksi hati dan juga pendarahan akut pada saluran pencernaan
ovirus hepatitis C.
• Sirosis menyebabkan peningkatan tekanan darah portal karena AMS (Altered Mental State)
perubahan fibrotik dalam sinusoid hepatik, perubahan tingkat • Menurut WHO Altered Mental Status adalah perubahan status
mediator vasodilatasi dan vasokonstriktor, serta peningkatan aliran mental pada pasien yang ditandai dengan stilah yang digunakan
darah ke pembuluh darah splanknikus. Kelainan patofisiologis yang untuk berbagai presentasi perubahan tiba-tiba atau bertahap
dalam perilaku Disorientasi, kebingungan hinggga koma.
menyebabkan hal tersebut dapat menyebabkan masalah asites,
hipertensi portal dan varises esofagus, HE, dan gangguan koagulasi. • penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak
sadar atau tidak terjaga/tidak terbangun secara utuh sehingga
ASCITES: tidak mampu memberikan respons yang normal terhadap
- Asites adalah kondisi patologis yang ditandai dengan akumulasi stimulus.
cairan di dalam rongga peritoneum. Akumulasi dari cairan dapat
terjadi akibat kondisi yang secara langsung berpengaruh pada - Gangguan neuropsikiatri ini dapat disebabkan akibat
peritoneum (infeksi atau malignansi) atau karena penyakit yang kondisi hepar yang rusak tidak mampu mendetoks toxin-
toxin secara sempurna. Toxin tersebut mampu menumpuk di
berpengaruh pada peritoneum seperti liver disease. otak yang menyebabkan kebingungan mental dan kesulitan
- Pada pasien ini, asites terjadi akibat dari rendahnya produksi berkonsenterasi yang lambat laun akan menyebabkan pasien
albumin yang mengakibatkan ketidakseimbangan antara cairan koma (tidak sadarkan diri)
ekstravaskular dan intrasvaskular sehingga terjadi penumpukan
cairan pada ekstravaskular.
SEPSIS
• Sepsis adalah kumpulan gejala sebagai
manifestasi respons sistemik terhadap
infeksi atau suatu Sindrom terhadapa
respons inflamasi sistemik sekunder
akibat infeksi.
• Kondisi sirosis dengan jalur perubahan
peredaran darah, peningkatan produksi
sitokin, aktivasi jalur koagulasi,
penurunan produksi protein C, dan
peningkatan translokasi bakteri dapat
mendukung terjadinya sepsis. Infeksi
bakteri sering menjadi penyebab sepsis
akibat perdarahan varises.
RIWAYAT PENGOBATAN
No. Data Klinik Nilai Rujukan 13/4 14/4 15/4 16/4 17/4 18/4 19/4 20/4
1. Kondisi umum Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah
2. Suhu 36,5-37,5oC 36,5 38,2 36 37,4 37,2 36,4 37 36
3. RR 12-20x/menit 24 24 24 24 24 20 20 20
4. Nadi 60-100x/menit 96 80 84 70 76 68 72 80
5. Tekanan darah 90-120/60-80 mmHg 130/80 110/70 110/70 110/60 110/80 100/70 130/80 110/70
6. Mual + - - - - - - -
• Kondisi lemah merupakan salah satu manifestasi klinis yang sering ditemui pada sirosis terutama
pada pasien sirosis dengan kolestasis. Pasien terus merasa lemah sejak tanggal 13-20. Salah satu
mekanisme yang dapat menyebabkan kondisi lemah pada pasien adalah sel kupffer dalam hepar
mensekresi mediator proinflamasi yang akan mengaktivasi saraf vagus aferen. Stimuasi dari saraf
vagus aferen ini dapat menyebabkan perubahan pada sistem neurotransmiter di otak yang dapat
memicu fatigue sentral dimana ditandai dengan terjadinya kondisi lemah.
• Pasien mengalami demam Pasien didiagnosis mengalami SBP dan sepsis, dimana salah satu
manifestasi klinis dari SBP maupun sepsis adalah demam. Mikroba dan/atau produknya, disertai
sitokin serta produk inflamasi lainnya akan menginduksi makrofag, sel endotel, dan sistem
retikuloendotelial untuk memproduksi dan melepaskan sitokin pirogenik (IL-1, IL-6, TNF, IFN) ke
dalam sirkulasi sistemik. Interaksi antara pirogen dengan endotelium vaskular sirkumventrikular
hipotalamus akan meningkatkan set point di hipotalamus ke tingkat suhu demam. Sitokin pirogenik
tersebut memicu sintesis PGE2 di hipotalamus.
• Pasien mengalami peningkatan RR dari tanggal 13/04-17/04 Pasien
mengalami efusi pleura bilateral dimana terjadi penumpukan cairan di antara dua
lapisan pleura. Timbunan cairan ini akan memberikan kompresi patologis pada
paru dan menyebabkan ekspansinya terganggu sehingga dapat menimbulkan
sesak. Kondisi sesak inilah yang akan meningkatkan respiration rate dari pasien.
• Tekanan darah pasien meningkat Hipertensi portal. Kondisi sirosis dapat
meningkatkan tahanan vaskular intrahepatik sehingga menyebabkan terjadinya
hipertensi portal. Peningkatan tahanan vaskular intrahepatik ini dikarenakan pada
kondisi sirosis terjadi penurunan vasodilator seperti NO serta meningkatnya
vasokonstriktor seperti TXA2.
• Pasien mengalami mual Merupakan salah satu manifestasi klinis awal dari
sirosis.
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
No. Data Lab Nilai Rujukan 13/4 14/4 15/4 17/4
1. GDP 60 – 110 mg/dL 124
2. GDA < 200 mg/dL 100
3. BUN 10 – 50 mg/dL 51,8
4. Scr 0,7 – 1,5 mg/dL 0,79
5. Albumin 3,4 – 5,0 g/dL 2,11 2,36
6. Protein total 6,12
7. Globulin 3,76
8. SGOT (AST) 11 – 41 mg/dL 51
9. SGPT (ALT) 10 – 41 mg/dL 25
10. WBC 3,5 – 10,0x103/µL 14,0 8,6 5,4
11. Hb 11,0 – 16,0 g/dL 11,4 9,1 11,5
12. Hct 35 – 50% 33,5 26,1 33,1
13. PLT 150 – 390x103/µL 74 71 104
14. LED 0 – 30 mm/jam 57
15. Natrium 133 – 155 mmol/L 138 136
16. Kalium 3,6 – 5,1 mmol/L 3,42 3,69
17. Klorida 97 – 113 mmol/L 114 118
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Urinalisis
18. Spec. gravity 1,001 – 1,030 1,015
19. pH 5,0 – 8,0 6,0
20. Keton Negatif -
21. Protein/ -
Albumin Negatif
22. Glukosa Negatif -
23. Blood/RBC Negatif 1+
Sedimen
24. Erythrocytes 0 – 2/lpb 20 – 24
25. Leucocyte 0 – 5/lpb 0–1
26. Crystal Negatif -
27. Bacteria Negatif -
(jamur 1+)
SGOT/SGPT:
SGOT dan SGPT merupakan enzim transaminase yang menandakan fungsi hati. Dari hasil pemeriksaan lab nilai SGOT
lebih besar dibandingkan SGPT. Analisis rasio SGOT/SGPT dapat membantu melihat beratnya kerusakan sel hati. Pada
peradangan dan kerusakan awal (akut) hepatoseluler akan terjadi kebocoran membran sel sehingga isi sitoplasma keluar
yang menyebabkan SGPT meningkat lebih tinggi dibandingkan SGOT, namun, pada peradangan dan kerusakan kronis atau
berat maka keruskan sel hati mencapai mitokondria yang menyebabkan peningkatan kadar SGOT lebih tinggi dibandingkan
SGPT sehingga rasio SGOT/SGPT> 0,8. Rasio dari SGOT/SGPT berdasarkan hasil lab adalah 2,04 (51/25). Nilai rasio
SGOT/SGP yang > 0,8 menandakan kondisi sirosis atau kerusakan hati yang berat dan kronik. Hal ini berkaitan dengan
pasien yang juga memiliki hepatitis C yang telah berkembang menjadi sirosis.
HEMATOKRIT: Rendah
Hematokrit yang rendah menandakan pasien mengalami anemia, dimana pasien memiliki persentase darah merah
yang rendah. Hematokrit yang rendah berkaitan dengan defisiensi dari komponen pembentuk darah merah, kondisi
splenomegali yang membuat darah terperangkap sehingga dapat menurunkan kadar darah merah, serta akibat
pendarahan yang berkaitan dengan kondisi hipertensi porta pasien.
• KALIUM: Menurun
• KLORIDA : Meningkat