Anda di halaman 1dari 46

RADIOFARMASI

DOSEN :
Haiyul Fadli,m.Farm.,Apt

KELOMPOK 11

■ Rofa Khalidah
■ Gita Yulia Ningsih
■ Senti Dwi Suryani
PEMBAHASAN
• Prinsip-prinsip proteksi radiasi
1.
• Fasilitas dan daerah kerja, ruangan lab, daerah pengukuran
2.
• Data
3.
• Pembelian isotop, penyimpanan dan pembuangan air
4.
• Peralatan
5.
• Dosis maksimum toleransi
6.
• Prosedur diagnosis dan terapi
7.
PRINSIP PROTEKSI RADIASI

Dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan ada


ketentuan yang harus dipatuhi untuk mencegah
penerimaan dosis yang tidak seharus nya terhadap
seseorang. Ada tiga prinsip proteksi radiasi,yaitu :
1. Justifikasi
2. Limitasi
3. Optimasi
1. JUSTIFIKASI

Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya


harus didasarkan pada azas manfaat. Suatu kegiatan
yang mencakup paparan atau potensi paparan hanya
disetujui jika kegiatan itu akan menghasilkan
keuntungan yang lebih besar bagi individu atau
masyarakat dibandingkan kerugian atau bahaya yang
timbul terhadap kesehatan.
1. LIMITASI

Dosis ekuivalen yang diterima pekerja radiasi


atau masyarakat tidak boleh melampaui NBD
yang telah ditetapkan.
Batas dosis bagi pekerja radiasi dimaksudkan
untuk mencegah munculnya efek
deterministik dan mengurangi peluang
terjadinya efek stokastik.
1. OPTIMASI

Semua penyinaran harus diusahakan serendah-


rendahnya ( As Low As Reasonably Achieveable-
ALARA), mempertimbangkan faktor ekonomi dan
sosial. Kegiatan permanfaatan tenaga nuklir harus
direncanakan dan sumber radiasi harus dirancang dan
dioperasikan untuk jaminan agar paparan radiasi yang
terjadi dapat ditekan serendah-rendahnya.
DOSIS MAKSIMUM TOLERANSI
■ Pembatasan dosis baru dikenal pada
tahun 1928 yaitu sejak dibentuknya
organisasi internasional untuk
proteksi radiasi (international
commision on radiological protection-
IRCP)

Nilai Batas Dosis


Untuk Pekerja Radiasi
Nilai batas dosis
untuk penyinaran
masyarakat
1. Nilai batas dosis untuk pekerja radiasi

 Dosis efektif sebesar 20 msv tiap tahunnya,


dirata-ratakan selama 5 tahun berturut-turut
 Dosis efektif sebesar 50 msv untuk satu tahun
 Dosis ekivalen pada lensa sebesar 150 msv
dalam satu tahun
 Dosis ekivalen pada ekstremitas(tangan dan kaki)
atau kulit sebesar 500 msv dalam satu tahun
2. Nilai batas dosis untuk penyinaran
masyarakat
 Dosis efektif sebesar 1 msv dalam satu tahun
 Dalam keadaan khusus, dosis efektif sampai dengan
5 msv dalam satu tahun dengan syara bahwa dosis
rata-rata selama lima tahun berturut-turut tidak lebih
dari 1 msv dalam sat tahun
 Dosis ekivalen pada lensa mata sebesar 15 msv
dalam satu tahun
 Dosis ekivalen pada kulit sebesar 50 msv dalam satu
tahun
Proteksi dan Risiko Radiasi

Hand foot and


body monitor
PROSEDUR PENGGUNAAN DIAGNOSIS DAN
TERAPI
Prosedur penggunaan radiofarmaka di dalam kedokteran
nuklir dapat dibagi dalam tiga kategori:

1. Prosedur imaging atau pencitraan

2. Kajian fungsi in vivo

3. Prosedur terapi
1. Prosedur imaging atau
pencitraan
memberikan informasi diagnose atas dasar pola
distribusi keradioaktifan di dalam tubuh
 Kajian dinamik memberikan informasi fungsional melalui
pengukuran laju akumulasi dan laju keluarnya radiofarmaka oleh
organ.
 Kajian statik memberikan informasi morfologi berkenaan dengan
ukuran, bentuk,dan letak organ atau adanya lesi yang menempati
ruang,dan dalam beberapa kasus mengenai fungsi relatif. Pola
distribusi radiofarmaka dalam suatu organ bervariasi dan
tergantung organ yang diamati dan ada atau tidak adanya
penyakit.
Adapun 2 jenis pengamatan yang dilakukan melalui
imaging atau pencitraan adalah:

Citra ( image ) dalam bentuk “ hot spots “ atau adanya keradioaktifan


yang merata disebabkan radiofarmaka terkonsentrasi dengan mudah di
dalam organ yang sehat atau normal,sedangkan jaringan berpenyakit
menolak atau mengeluarkan radiofarmaka tersebut dan lesion muncul
dalam bentuk citra yang “cold spots”.
1. Misalnya pada penatahan(scanning) liver dengan partikel koloid
bertanda radioaktif; setelah partikel koloid tersebut diinjeksikan,pertikel
berakumulasi pada sel-sel Phagocytosis yang terdapat di liver. Bila
tumor atau lesi lain berada di dalam liver,maka sel-sel yang melokalisasi
koloid radioaktif akan digantikannya.
2. Misalnya penatahan otak dengan
menggunakan radiofarmaka yang ditolak oleh
“blood-brain-barier”. Bila otak tersebut
berpenyakit sehingga “blood-brain-barrier”
menjadi rusak,maka radiofarmaka dapat
meninggalkan ruang vascular dan selanjutnya
terlokalisasi di dalam lesi
2. Kajian fungsi in vivo 3. Prosedur terapi

Mengukur fungsi suatu organ atau Pada prosedur terapi,penggunaan


system didasarkan atas radiofarmaka dimaksudkan untuk
absorpsi,pengenceran(dilution),pe melakukan terapi terhadap suatu
mekatan,atau ekskresi penyakit setelah tegaknya
keradioaktifan setelah pemberian diagnose. Penggunaan
radiofarmaka ini disebut dengan radiofarmaka dapat secara oral,
telaah/kajian radiofarmasi secara intravena, intratekal,
in vivo. intraperitoneal, ataupun inhalasi.
• Mengukur fungsi suatu organ atau
system didasarkan atas absorpsi,
2. KAJIAN FUNGSI pengenceran
INVIVO (dilution),pemekatan,/ekskresi
keradioaktifan setelah pemberian
radiofarmaka

• Penggunaan radiofarmaka
dimaksudkan untuk melakukan
3. PROSEDUR terapi terhadap suatu penyakit
TERAPI setelah tegaknya diagnose.
Penggunaan radiofarmaka dapat
secara oral, intravena, intratekal,
FASILITAS, DAERAH KERJA, RUANGAN
LAB, DAN DAERAH PENGUKURAN

1. DAERAH SUPERVISI

daerah kerja instalasi


nuklir dibagi menjadi :

2. DAERAH
PENGENDALIAN
1. Daerah Supervisi, dibedakan atas:

a. Daerah Radiasi Sangat Rendah:


Daerah kerja yang memungkinkan seorang pekerja menerima
dosis 0,4 mSv atau lebih, dan kurang dari 2 mSv dalam satu
tahun.

b. Daerah Radiasi Rendah:


Daerah kerja yang memungkinkan seorang pekerja menerima
dosis 2 mSv atau lebih, dan kurang dari 6 mSv dalam satu
tahun untuk seluruh tubuh atau nilai yang sesuai
terhadap organ tertentu.
2. Daerah Pengendalian

a. Daerah Radiasi
1) Daerah Radiasi Sedang
Daerah kerja yang memungkinkan seseorang yang bekerja secara tetap
Pada daerah itu menerima dosis 6 mSv atau lebih dan 20 mSv dalam
satu tahun untuk seluruh tubuh atau nilai yang sesuai terhadap organ
tertentu dari tubuh.
2) Daerah Radiasi Tinggi
Daerah kerja yang memungkinkan seseorang yang bekerja secara tetap
Dalam daerah itu menerima dosis 20 mSv atau lebih dalam satu tahun
atau nilai yang sesuai terhadap organ tertentu dari tubuh.
b. Daerah kontaminasi

1) Daerah kontaminasi rendah


Daerah kerja dengan tingkat kontaminasi yang besarnya lebih kecil dari
0,4 Bq/cm2 untuk pemancar alfa dan lebih kecil dari 4 Bq/cm2 untuk
pemancar beta.

2) Daerah kontaminasi sedang


Daerah kerja dengan tingkat kontaminasi radioaktif 0,4 Bq/cm2 atau lebih
tapi kurang dari 4 Bq/cm2 untuk pemancar alfa dan 4 Bq/cm2 atau lebih
tetapi kurang dari 40 Bq/cm2 untuk pemancar beta, sedangkan
kontaminasi udara tidak melebihi sepersepuluh
Batas Turunan Kadar Zat Radioaktif di udara.
3) Daerah kontaminasi tinggi
Daerah kerja dengan tingkat kontaminasi 4 Bq/cm2
atau lebih untuk pemancar alfa
dan 40 Bq/cm2 atau lebih untuk pemancar beta,
sedangkan kontaminasi udara kadang–
kadang lebih besar dari Batas Turunan Kadar Zat
Radioaktif di udara. Daerah kerja di instalasi tersebut
harus diawasi dan dipantau jenis kontaminan
dantingkat kontaminasinya oleh petugas Keselamatan
Kerja yang bersangkutan.
Hot Cell untuk proses produksi radionuklida

Proses pemisahan kimia radionuklida di dalam Hot Cell


Glove-Box untuk dispensing radiofarmaka

Glove-Box untuk dispensing radiofarmaka


Proses produksi radionuklida
DAERAH PENGUKURAN

1. Pengukuran 2. Pengukuran 3. Pengukuran


Keselamatan Kontrol Statistik

adalah untuk menunjukkan bahaya


nyata langsung atau tidak langsung di adalah untuk menunjukkan bahwa adalah untuk mengukur
lokasi tertentu atau keberadaan batasan nilai pengukuran tidak konsentrasi radioaktif yang
kelompok nyata personel yang melebihi batasan yang diizinkan. mungkin dapat
terlibat. Hasil nilai pengukuran mengacu menyebabkan bahaya
pada batasan dan bahaya jangka
Secara umum keberadaan panjang. Hal ini untuk mengetahui radiasi bagi pekerja radiasi,
radionuklida dilokasi tersebut efek jangka pendek dan lokal, yang terlepas dari apakah
diharapkan diketahui dan bila menjadi dasar penilaian ketentuan hukum/peraturan
melebihi batas tertentu harus dapat keselamatan, batas ini biasanya telah dilanggar atau tidak
diambil tindakan yang sesuai dengan berisi faktor factor keselamatan. dilanggar
aturan yang berlaku.
Laboratorium atau tempat kerja untuk melaksanakan
pekerjaan dengan bahan radioaktif, harus memenuhi
persyaratan berikut:

Bangunan didirikan di tempat yang bebas dari bahaya banjir dengan


konstruksi tahan api dan tidak longsor.
Di dalam laboratorium tipe A dan tipe B pekerjaan dengan zat radioaktif
dilakukan di tempat khusus. Untuk laboratorium tipe C ketentuan ini
dianjurkan.
Pembagian daerah harus direncanakan sehingga tingkat aktivitas dan
jenis radiasi yang berbeda dapat dipisahkan.
Pembagian daerah harus direncanakan sehingga tingkat aktivitas dan
jenis radiasi yang berbeda dapat dipisahkan.

Daerah kerja dengan zat radioaktif harus diberi tanda.


Lantai, dinding dan permukaan tempat kerja dibuat sedemikian sehingga
mudah dibersihkan.
Untuk laboratorium tipe C, lantai harus licin dan kuat, tahan serap dan
mudah diganti (dilapisi) dengan polivinil khlorida atau linoleum.
Tempat kerja harus kuat dibebani penahan radiasi yang berat,
mempunyai permukaan yang tahan serap, tahan asam dan basa.
Setiap tempat kerja dengan zat radioaktif dalam laboratorium tipe
A,B,C harus dilengkapi dengan bak cuci
Laboratorium dilengkapi dengan perabot yang mudah dicuci. Perabot
dan barang barang yang memungkinkan penimbunan debu seperti laci,
rak dan lampu gantung harus dibatasi jumlahnya.
Tempat, ruang dan daerah kerja harus mempunyai penerangan yang cukup.
Ventilasi harus direncanakan sebaik-baiknya bersama-sama dengan
konstruksi gedung.
PENGUKURAN
PERIZINAN

Prosedur Pengajuan
Izin Permohonan
Izin Baru

Permohonan Permohonan
Perpanjangan Penggantin
Izin Izin
Permohonan Izin Baru
Mentri dapat menerima atau menolak
Permohonan ijin Berdasarkan Rekomendasi
Permohonan ijin penyelenggaraan pelayanan
BAPTEN
PET-CT diajukan oleh pemilik/penanggung
jawab rumah sakit kepadaMentri kesrehatan RI
cq Direktur Jendral Bina pelayanan Medik
Depertemen Keswehatan RI dengan
Melampirkan : Apabila penolakan sebagaimana poin 2
• Struktur organisasiinstalasi / depertemen disebabkan belum lengkapnya persyaratan
Kedokteran Nuklir dalam waktu Yang telah Ditentukan
• Data Ketenagaan atau penyelenggaraan
pelayanan PET_CT di Instalasi
/Depertemen Kedokteran Nuklir
• Surat rekomendasi dari BAPTEN Izin Diberikan untuk Jangka waktu 5 (lima )
tahun selanjutnya dapat di perpanjang lagi
Untuk Memperoleh Permohonan
Penggantian izin , pemohon
Penggantian Izin harus mengajukan permohonan kepada Menri atau
Pejabat yang ditunjuk dan disertai:
o Surat pernyataan Penggantian Nama rumah Sakit yang ditanda tangani oleh pemilk, apabila terjadi
penggantian nama sarana kesehatan;
o Surat bukti pemindahan kepemilikan yang ditandatangani oleh pemilik lama dan pemilik baru
disertai surat pernyataan mengetahui dari penanggung jawab teknis apabila terjadi penggantian
pemilik
o Surat penyataan pengunduran diri dari penanggung jawab penyelenggara dari pelayanan lama dan
surat pernyataan kesanggupan bekerja dari penanggung jawab penyelenggara pelayanan baru,
apabila terjadi pergantian pengggung jawab penyelenggara

Rumah sakit mengalami perubahan nama dan Kepemilkikan , pindah lokasi, perubaha nama
penanggung jawab harus mengganti izin pelayanan
Permohonan Perpanjangan Izin
Sebelum memberikan
Apabila permohonan
Permohonan jawaban permohonan
ditolak karena tidak
perpanjangan izin sebeagaimana
memenuhi syarat, maka
disampaikan kepada dimaksudkan dalam
sarana pelayanan
Mentri selambat point 1 , akan dilakukan
kesehatan tersebut
lambatnya 6 bulan pemeriksaan
harus mengajukan
sebelum habis masa keabsahan
permohonan izin baru
izin sarana pelayanan rekomendasi kelayakan
dan harus
kesehatan yang perpanjangan izin yang
menghentikan
bersangkutan dikeluarkan oleh
kegiatanya.
BAPTEN
Pengolahan Data

Pemegang Izin harus membuat, memelihara, dan menyimpan Rekaman yang terkait dengan
Proteksi dan Keselamatan Radiasi.

Data inventarisasi peralatan Kedokteran Nuklir,


ᴥ Data spesifikasi teknis peralatan Kedokteran Nuklir; Data inventarisasi radionuklida dan/atau
ᴥ Penggantian zat radioaktif untuk kalibrasi peralatan Radiofarmaka
Kedokteran Nuklir; dan
ᴥ Perlengkapan Proteksi Radiasi.

Rekaman meliputi

Dosis Radiasi yang diterima Pekerja Radiasi Hasil kalibrasi alat ukur Radiasi
LANJUTAN
Hasil pencarian fakta terhadap Kecelakaan Radiasi
Hasil kaji ulang program proteksi dan keselamatan
radiasi
Hasil verifikasi keselamatan
Pelatihan yang memuat informasi:
• Nama personil yang mengikuti pelatihan;
• Tanggal dan jangka waktu pelatihan;
• Topik yang diberikan; dan
• Fotokopi sertifikat pelatihan atau surat keterangan.
Hasil pemantauan kesehatan Pekerja Radiasi
Hasil pemantauan Radiasi pasien setelah menjalani
terapi
Perawatan dan perbaikan peralatan kedokteran nuklir
Penyimpanan sementara radionuklida dan/atau
Radiofarmaka
Penanganan limbah radioaktif
Pemegang Izin harus
menyampaikan kepada Kepala
BAPETEN mengenai:
1. Pelaksanaan program proteksi Laporan harus dibuat secara
dan keselamatan radiasi; tertulis oleh Petugas Proteksi
Radiasi
2. Pelaksanaan verifikasi
Keselamatan Radiasi; dan
3. Pencarian fakta mengenai
Laporan
Paparan Darurat akibat
Kecelakaan Radiasi. Laporan pelaksanaan program
Laporan pencarian fakta proteksi dan keselamatan radiasi
mengenai Paparan Darurat dan laporan pelaksanaan
harus disampaikan kepada verifikasi Keselamatan Radiasi
Kepala BAPETEN paling harus dilaporkan kepada Kepala
lambat 5 (lima) hari kerja BAPETEN paling kurang sekali
setelah Kecelakaan Radiasi. dalam 1 (satu) tahun
Pemebelian isotop

Sertifikat
Dalam mutu
pembelian zatyang harus diperhatikan ialah:
isotop
radioaktif terbungkus
(Radioactive Sealed Source
Certificate) sesuai Standar • nama pabrik
Nasional Indonesia (SNI) • radionuklida
atau standar lain yang • aktivitas dan tanggal pengukuran
tertelusur yang diterbitkan • model
Sertifikat
oleh pihakspecial form
pabrikan Zat
atau
Radioaktif
laboratoriumTerbungkus
terakreditasi
• nomor seri
sesuai
di negara asal Nasional
Standar • radionuklida
Indonesia (SNI) atau
standar lain yang tertelusur,
• identifikasi radionuklida
yang diterbitkan oleh pihak • deskripsi radionuklida
berwenang (competent • aktivitas dan tanggal pengukuran
authority), paling kurang •
Setiap pemegang ijin yang
Penyimpanan isotop memakai isotop dan radiasi dan
sementara tidak bekerja dengan
isotop harus:
1. Menyimpan isotop dalam
Isotop harus disimpan dalam wadah yang khusus dan tahan
suatu tempat yang dibuat korosi radiasi dan suhu tinggi
tertutup sehingga penyinaran sesuai dengan tingkat keracunan
pada permukaan tidak lebih dari isotop yang bersangkutan.
dari 7 rem per jam. 2. Meletakkan wadah yang berisi
Menempelkan pada setiap isotop dalam suatu wadah luar
wadah yang berisi isotop, yang cukup menahan isi wadah
suatu tanda bahaya radiasi dalam, kecuali sudah tidak ada
(trefoil), dengan keterangan: kemungkinan lagi bahwa wadah
dalam akan bocor.
1. Macam dan jumlah isotop Wadah luar harus dibuat dari
dalam wadah; bahan-bahan yang ditentukan
2. Tanggal pengukuran oleh instansi yang berwenang.
terakhir dilakukan dan
aktivitasnya;
Pembuangan limbah cair

Limbah radioaktif cair berdasarkan aktivitasnya diklasifikasikan dalam jenis limbah radioaktif
yaitu :
1. Tingakt rendah
2. Tingkat sedang
3. Tingkat tinggi.

Limbah cair yang tidak terkontaminasi yang berasal dari limbah sanitasi, buangan air hujan dan
proses lain dari instalasi nuklir dibuang ke saluran pembuangan air hujan (drainase).
Limbah radioaktif cair berdasarkan
aktivitasnya diklasifi-kasikan menjadi
3 seperti dalam Tabel sebagai berikut.
Limbah cair yang di bawah batas pelepasan dapat dibuang ke lingkungan. Pelepasan limbah cair oleh
fasilitas di bawah pengawasan Bidang Keselamatan dan Lingkungan - PTLR setelah dilakukan
analisis dan didokumentasikan dalam bentuk berita acara. Limbah cair yang mengandung zat
radioaktif dalam jumlah yang lebih besar dari batas baku tingkat radioaktivitas lingkungan, tidak
dibuang ke saluran pembuangan. Limbah cair ini ditampung dalam wadah penampungan sesuai jenis
dan tingkat aktivitasnya. Penghasil limbah tidak diperkenankan untuk melakukan pengenceran limbah
cair yang berlawanan dengan prinsip pemekatan dalam pengolahan limbah.

Pengumpulan limbah radioaktif cair dari tempat asalnya sampai ke wadah penyimpanan adalah
tanggung jawab peng-hasil limbah. Limbah cair radioaktif dalam wadah ini akan diam-bil oleh petugas
pengolahan limbah sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ditetapkan. Limbah dibawa dengan
angkut-an khusus (truk tangki limbah cair) ke tempat pengolahan limbah setelah dilakukan koordinasi.
Secara umum limbah yang ditampung tersebut harus-lah diketahui:
a. Jenis kandungan Radionuklida dan aktivitasnya.
b. Asal limbah
c. Volume larutan/berat.
d. Paparan radiasi.
e. Keasaman/pH
f. Konduktivitas
SALURAN LIMBAH CAIR KE
TANGKI PENAMPUNGAN LIMBAH

Zink Aktif Laboratorium Saluran pada Fumehood

Saluran pada Lantai Saluran pada Ruang


Cave Siklotron Dekontaminasi

Anda mungkin juga menyukai