Anda di halaman 1dari 20

TANTANGAN PENYULUH AGAMA

DI ERA MELINEAL

Drs. H. Mappeasse, MM
KEPALA TATA USAHA (Ka. TU)
KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN PARIGI MOUTONG
MUKADDIMAH
Salah satu SDM Kementerian Agama yang berada di garda
terdepan adalah penyuluh agama Islam (PAI), yang
memilki tugas di Bidang Dakwah, bimbingan dan
penyuluhan agama dan program pembangunan.

Tugas dakwah menjadi kewajiban setiap individu muslim


sebagaimana sabda Rasulullah ”Ballighu ’anni walau
Aayah”, meskipun secara profesional menjadi kewajiban
kolektif (QS. Ali Imran/3:104 dan 110).

Tujuan dakwah adalah agar terwujudnya masyarakat yang


beriman dan bertaqwa sehingga mendapat keberkahan dan
ampunan Allah SWT.
A. MISI, VISI DITJEN BIMAS ISLAM
B. PENYULUH AGAMA SEBAGAI
APARATUR BIMAS ISLAM

Penyuluh Agama merupakan aparatur Bimas


Islam berperan penting dalam mewujudkan
visi misi Ditjen Bimas Islam menyukseskan
setiap program pembangunan melalui pintu
dan bahasa agama.
Peran Penyuluh Agama semakin penting,
mengingat beberapa hal pokok sebagai
berikut :
1. Pembangunan memerlukan partisipasi
masyarakat, dan umat beragama
2. Umat beragama merupakan salah
satu modal dasar pembangunan
3. Agama merupakan motivator
pembangunan
4. Media Penyuluhan Agama Islam
merupakan sarana dan modal
melaksanakan peningkatan,
partisipasi masyarakat dalam
pembangunan
C. Fungsi DAN PERAN Penyuluh AGAMA
Keputusan Menteri Agama Nomor 79 Tahun 1985

Penyuluh agama menyampaikan pesan-


Fungsi pesan agama dan pembangunan yang benar
Informatif
dan dapat dipertanggungjawab kan.
Penyuluh agama wajib menolak hoax

Penyuluh agama melakukan proses pembelajaran


Fungsi kepada masyarakat agar memiliki kekuatan spiritual,
Edukatif pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Penyuluh Agama menyediakan dirinya untuk turut


Fungsi memikirkan dan memecahkan persoalan-persoalan yang
Konsultatif dihadapi masyarakat, baik secara pribadi, keluarga maupun
sebagai anggota masyarakat umum.

Penyuluh Agama memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk


melakukan kegiatan advokasi (pembelaan) terhadap
Fungsi umat/masyarakat dari berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan
Advokatif tantangan yang dapat menggoyahkan akidah, mengganggu
pelaksanaan ibadah dan merusak akhlak
Peran Penyuluh Agama

1.Meningkatkan pemahaman &


pengamalan nilai ajaran agama di
masyarakat, baik yang bersifat
bimbingan maupun
trasnformasi pengetahuan
melalui metode pendidikan
keagamaan.

2.Sebagai agen (agent of social


change) dan pranata pendidikan
keagamaan Islam non formal
di masyarakat.
D. TANTANGAN DAN ISSUE AKTUAL

Tantangan penyuluhan pada zaman milenial antara lain:


1. Rendahnya kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran
agama masyarakat Islam Indonesia, sebagai dampak dari
penetrasi budaya asing yang tidak Islami;
2. Bermunculannya paham keagamaan bermasalah, seperti:
Radikalisme Agama;
Ekstrimisme agama;
Pluralisme agama;
Liberalisme agama;
Sekularisme agama.
E. PENGERTIAN PAHAM KEAGAMAAN
BERMASALAH

Pengertian paham keagamaan


bermasalah adalah pemahaman
terhadap ajaran agama yang
menyimpang dari kaidah pemahaman
nash (al-manhaj fi fahmi an-nushus)
sebagaimana yang telah
diformulasikan oleh para ulama dalam
fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Radikalisme adalah pemikiran atau sikap
yang ditandai oleh 4 (empat) hal yang
sekaligus menjadi karakteristiknya yaitu:
Pertama, sikap tidak toleran dan tidak
menghargai pendapat dan keyakinan orang
lain.
Kedua, sikap fanatik, membenarkan diri
sendiri, dan menyalahkan orang lain.
Ketiga, sikap eksklusif, tertutup dan
berusaha berbeda dengan kebiasaan orang.
Keempat, sikap revolusioner,
kecenderungan untuk menggunakan
kekerasan dalam mencapai tujuan.
Radikalisme yang dikaitkan langsung
dengan agama atau radikalisme agama
akan lebih sensitif karena agama merupakan
sesuatu yang menyentuh bagian terdalam
dari diri seseorang.
Ekstrimisme Agama. Ada 2 ekstrim dalam
pemahaman keagamaan Islam, yaitu:
paham yang sangat tekstual terhadap ayat-
ayat Al-Quran, dan sisi lain ada paham yang
terlalu liberal. Padahal banyak ayat-ayat Al-
Quran (misalnya: QS. Al-Baqarah/2: 143,
Al-Furqan/25: 67) maupun hadits
Rasulullah SAW yang mengisyaratkan umat
Islam untuk tidak ekstrim, tapi harus
moderat (ummtan wasathatan).
Terkait masalah Pluralisme, Liberalisme,
dan Sekulerisme Agama, terdapat
Keputusan Fatwa MUI Nomor 7/Munas
VII/MUI/11/2005 yang isinya adalah sbb:

1.Pluralisme agama adalah suatu paham


yang mengajarkan bahwa semua agama
adalah sama, dan karenanya kebenaran
setiap agama adalah relatif, oleh sebab
itu, setiap pemeluk agama tidak boleh
mengklaim bahwa hanya agamanya saja
yang benar sedangkan agama yang lain
salah. Pluralisme agama juga
mengajarkan bahwa semua pemeluk
semua agama akan masuk surga dan
hidup berdampingan di surga.
2. Pluralitas agama adalah sebuah
kenyataan, bahwa di negara atau
daerah tertentu terdapat berbagai
pemeluk agama yang hidup secara
berdampingan.
3. Liberalisme agama adalah memahami
nash-nash agama (Al-Quran dan
Sunnah) dengan menggunakan akal
pikiran yang bebas, dan hanya
menerima doktrin-doktrin agama yang
sesuai dengan akal pikiran semata.
4. Sekularisme agama adalah memisahkan
urusan dunia dari agama. Agama hanya
digunakan untuk mengatur hubungan pribadi
dengan Tuhan, sedangkan hubungan sesama
manusia diatur hanya dengan berdasarkan
kesepakatan sosial. Hal ini tidak sesuai dengan
substansi dan tujuan kehadiran agama yang
dibawa oleh Rasulullah.

Ketentuan Hukum:
5. Pluralisme, Sekularisme, dan Liberalisme agama
adalah paham yang bertentangan dengan ajaran
agama Islam;
6. Umat Islam haram mengikuti paham Pluralisme,
Sekularisme, dan Liberalisme agama.
F. IDENTIFIKASI ALIRAN SESAT

MUI dalam Pedoman Identifikasi Aliran


Sesat yang dikeluarkan pada tanggal 6
November 2007 menjelaskan beberapa
kriteria suatu aliran atau gerakan
keagamaan dinyatakan sesat, antara
lain:

1.Mengingkari salah satu dari rukun iman


dan rukun Islam;
2. Meyakini dan atau mengikuti akidah
yang tidak sesuai dengan dalil Syar’i (Al-
Quran dan Hadits);
3. Meyakini turunnya wahyu setelah Al-
Quran;
4. Mengingkari otentisitas dan atau
kebenaran isi Al-Quran;
5. Melakukan penafsiran Al-Quran yang
tidak berdasar kan kaidah-kaidah tafsir;
6. Mengingkari kedudukan hadits sebagai
sumber ajaran Islam;
7. Menghina, melecehkan dan atau
merendahkan para Nabi dan Rasul;
8. Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai
Nabi dan Rasul terakhir;
9. Mengubah, menambah atau mengurangi
pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan
oleh syariat, seperti haji tidak ke Baitullah,
shalat fardhu tidak lima waktu; dan
10. Mengkafirkan sesama muslim.
Menurut Peraturan Perundang-undangan
suatu aliran dan gerakan keagamaan
dianggap bermasalah apabila :
1. Membahayakan keselamatan jiwa;
2. Menyalahi norma umum;
3. Membahayakan kesehatan umum;
4. Melanggar hak-hak dasar orang lain;
5. Menyebarkan kebencian dan permusuhan di
tengah masyarakat; dan
6. Menganjurkan dan mengajarkan makar
terhadap pemerintahan yang sah, serta tidak
mengakui Pancasila dan NKRI.
G. KEBIJAKAN TEKNIS DITJEN BIMAS
ISLAM DI BIDANG PAHAM
KEAGAMAAN

1. Peningkatan kualitas bimbingan


pemahaman dan pengamalan ajaran agama
Islam yang moderat (moderasi beragama);
2. Peningkatan kerjasama dan Kemitraan
dengan lembaga / organisasi keagamaan
Islam dalam menjaga umat dari paham
yang bermasalah;
3. Peningkatan upaya penanggulangan dan
penanganan korban paham dan gerakan
keagamaan Islam yang bermasalah.

Anda mungkin juga menyukai