Anda di halaman 1dari 75

Kegawatdaruratan Mata

Disusun oleh:
Nurfarida Riza Umami, S.Ked J510185009
Yovanda Putri Perdana A, S.Ked J510185016
Intan Kusuma Dewi, S.Ked J510185036

Pembimbing:
dr. Suyatno, Sp. M
PENDAHULUAN
Mata mempunyai sistem pelindung yang baik, seperti
rongga orbita, jaringan lemak retrobulbar, palpebra
serta reflek mengedip. Meskipun demikian, mata masih
sering mendapat trauma dari lingkungan luar

Kasus kegawatdaruratan pada mata juga dapat


disebabkan karena penyebabtrauma dan non trauma.

Angka kejadian kasus kegawatdaruratan mata juga semakin


bertambah. Sebagai contoh, trauma pada mata meliputi 55 juta
kasus di seluruh dunia. Trauma mata juga menjadi masalah
yang sering terjadi di Asia Tenggara. Sedangkan pada kasus
uveitis insidensi di negara maju lebih tinggi daripada di negara
berkembang.

Oleh sebab itu, sangat diperlukan untuk dapat


mengetahui macam macam kegawatdaruratan pada
mata berserta penegakan diagnosis dan tatalaksananya
guna meminimalkan tingkat keparahan pada kondisi
pasien
TRAUMA KIMIA
Trauma Asam Trauma basa
• pH < 7. • pH > 7
• Contoh : asam sulfat, air accu, • Contoh: NaOH, CaOH, amoniak,
asam sulfit, asam hidrklorida, z Freon/bahan pendingin lemari es,
at pemutih, asam asetat, asam sabun, shampo, kapur gamping, s
emen, tiner, lem, cairan pembersi
nitrat, asam kromat, asam hidr
h dalam rumah tangga, soda kuat.
oflorida
• akan terjadi penghancuran jaringa
• akan segera terjadi pengendap n kolagen, safonifikasi, disertai de
an atau penggumpalan protein ngan dehidrasi
permukaan
Klasifikasi trauma kimia (Klasfikasi Thoft)

• Derajat 1: kornea jernih dan tidak ada iskemik limbus (prognosis


sangat baik)
• Derajat 2: kornea berkabut dengan gambaran iris yang masih terli
hat dan terdapat kurang dari 1/3 iskemik limbus (prognosis baik)
• Derajat 3: epitel kornea hilang total, stroma berkabut dengan gam
baran iris tidak jelas dan sudah terdapat ½ iskemik limbus (progn
osis kurang)
• Derajat 4: kornea opak dan sudah terdapat iskemik lebih dari ½ li
mbus (prognosis sangat buruk)
anamnesis

• Jenis zat kimia? mekanisme? Kapan?


• epifora, blefarospasme, dan nyeri berat, penurunan penglihatan

Pemeriksaan fisil

• kejernihan dan keutuhan kornea, derajat iskemik limbus, tekanan intra okular,
konjungtivalisasi pada kornea, neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek
epitel

Pemeriksaan penunjang

• Ph dengan kertas lakmus


• lup atau slit lamp
• oftalmoskopi
• tonometri
Kegawatdarurata
Medikamentosa
n
Steroid
Irigasi

Sikloplegik

Double eversi Asam askorbat

Beta bloker/karbonik anhidrase


inhibitor
Debridemen
Antibiotik
TRAUMA TEMBUS
• Mencari tahu riwayat yang berhubungan dengan kronologi
terjadinya trauma tajam, mengeTahui predisposisi bagaimana

Anamnesis terjadinya penetrasi pada mata


• Mengetahui seputarobjek yang menembus mata antara lain
materi logam, proyektil berkecepatan tinggi, benda tajam, dan
lain lain.

Pemeriksaan
• Melakukan pemeriksaan akuisisi visual dan pupil ,
adanya hifema serta pupil yang abnormal merupakan
Fisik indikator dari traum tembus yang harus segera
diberikan penanganan

Pemeriksaan • Pemeriksaan plain radiografi, USG dan CT scan yang


membantu memberikan informasi yang adekuat apabila ada
Penunjang benda asing yang tertinggal dalam mata
TRAUMA TEMBUS
Non
Pembedahan
pembedahan
Tujuan dilakukan pembedahan sendiri
Diberikan antibiotik sistemik maupun
untuk mengembalikan keutuhan dari
topikal
bola mata.
Vitrektomi merupakan tindakan terapi
Mata ditutup
yang efektif tetapi masih diperdebatkan.
Enukelasi dan eviscerasi Jika ada kebocoran kornea, beri obat
dipertimbangkan hanya bila bola mata yyang dapat menurunkan produksi
mengalami kerusakan total humor aquoeous
Trauma Tembus
Tatalaksana emergensi

Pastikan tidak ada sumbatan di CT scan orbita untuk


jalan napas, bed rest, mengeksklusikan kemungkinan
masukkan injeksi adanya benda asing setelah
analgesia/antiemetic jika konsultasi dengan
dibutuhkan ophthalmologist

Mata ditutup dengan shield dan


pastikan jangan sampai Tidak diperkenankan salep
menabah tekanan intraokular mata untuk digunakan pad mata
dengan kehilangan dari bagian yang terluka
dalam okular.

Berikan profilaksis tetanus Berikan antibiotik broad


sebagai protokol awal spectrum IV
TRAUMA TEMBUS

Semua trauma
tembus atau trauma
tajam harus segera
Trauma yang dirujuk pada spesialis
menyebabkan opthalmologi / segera segera ditangani
adanya pintu masuk konsultasi lewat dalam 10 menit
terjadinya luka telepon agar
mendapat
penatalaksanaan
yang tepat
TRAUMA TUMPUL

Trauma tumpul okuli adalah


trauma pada mata yang
diakibatkan benda yang keras
atau tidak keras dengan ujung Pada kasus ini sebaiknya mulai
tumpul yang mengenai mata ditangani dalam 30 menit
sehingga terjadi kerusakan pada
jaringan bola mata dan daerah
sekitarnya.
TRAUMA TUMPUL
• Anamnesis : Riwayat trauma, kronologi kejadian, waktu kejadian , objek yang menimbulkan cidera.
• Pemeriksaan Fisik : Jika trauma mengenai rongga orbita maka akan mengalami fraktur orbita,
perdarahan didalam rongga orbita, gangguan gerakan bola mata. Jika trauma mengenai palpebra
maka akan menyebabkan hematom, edema palpebra yang dapat menyebabkan kelopak mata
tidak dapat membuka dengan sempurna (ptosis), kelumpuhan kelopak mata (lagoftalmos/tidak
dapat menutup sempurna). Subkonjungtival bleeding adalah gejala dan tanda jika trauma
mengenai konjungrtiva. Laserasi pada kornea tanpa disertai tembusnya kornea dengan keluhan
mata berair, nyeri , fotofobia merupakan tanda dan gejala bila trauma mengenai kornea. Hifema
merupakan tanda bila trauma mengenai iris. Jika lensa terkena trauma akan menyebabkan
subluksasi lensa mata. Jika mengenai korpus vitreum akan menyebabkan perdarahan CV. Jika
trauma mengenai retina maka akan terjadi edema makula retina, ablasio retina, fotopsia, lapang
pandang terganggu dan penurunan tekanan bola mata. Jika mengenai nervus optikus maka N.II
dapat terlepas / putus (avulsio) sehingga menimbulkan kebutaan.
TRAUMA TUMPUL
Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan slitlap untuk
mengetahui kedalaman cidera di segmen anterior,
Pemeriksaan fluorescen untuk mengetahui defek atau
cidera dengan jelas, test tonometriu untuk mengetahui
tekanan bola mata, pemeriksaan funduskopi untuk
mengetahui adanya benda asing intraokular, Pemeriksaan
CT scan dan USG B scan untuk mengetahui lokasi benda
asing
TRAUMA TUMPUL
Prinsip penatalaksanaan trauma tumpul apabila tampak jelas adanya ruptur
bola mata maka manipulasi selanjutnya harus dhindari sampai pasien
mendapat anastesi umum. Sebelum pembedahan, tidak boleh diberikan
sikloplegik atau antibiotik topikal karena kemungkinan intoksisitas obat
akan meningkat pada jaringan intraokular yang terpajan. Antibiotik dapat
diberikan secara parenteral spektrum luas.
Edem palpebra tidak memerlukan penanganan khusus hanya diberi
kompres dingin untuk mengurangi edem dan dilanjutkan kompres hangat
untuk mempercepat penyerapan darah.
TRAUMA TERMAL
DEFINISI

Trauma bakar atau trauma termal dapat dibagi dua


kategori yaitu : flame dan contact burns. Pada flame
terjadi paparan secara sekunder antara mata dengan
api dan pada contact burn terjadi paparan
secaralangsung misalnya dengan air panas, atau
benda – benda panas
TRAUMA TERMAL
Penegakan Diagnosis
Luka bakar mata diklasifikasikan dalam 4 tingkatan . Manifestasi klinis dan
prognosis akhir berkorelasi dengan luasnya iskemia limbal. Prognosisnya juga
tergantung pada tingkat kerusakan jaringan konjungtiva dan jaringan
episkleral, keparahan luka bakar pada palpebra dan kerusakan struktur
intraokular. Luka bakar ringan derajat I dan II berhubungan dengan hiperemia,
ekimosis konjungtiva, kemosis serta erosi epitel kornea. Pada derajat III, dan
terutama derajat IV, luka bakar disertai dengan luas kerusakan mendalam
pada jaringan. Biasanya, area konjungtiva yang luas dan jaringan
subkonjungtiva juga terlibat. Pembuluh darah yang terlihat mengalami
trombosis dan tampak gelap. Keratosit kornea hilang dan hidrasi dari protein
yang terdenaturasi menghasilkan kekeruhan kornea
TRAUMA TERMAL
TATALAKSANA

Irigasi segera sangat penting dilakukan


setelah terjadi luka bakar pada mata.
Anestesi topikal dapat diaplikasikan untuk
mengurangi nyeri juga untuk memfasilitasi
irigasi pada mata.
Air sangat direkomendasikan sebagai
cairan irigasi
FRAKTUR ORBITA

Fraktur blow-out menurut


terminologinya fraktur
pada tulang penyusun
DEFINISI dasar orbita. Pada
keadaan ini, tepian orbita
tetap utuh. Karena orbita
merupakan suatu
bangunan yang kompleks,
maka kejadian fraktur
blow-out biasanya
melibatkan struktur yang
berada di dalam orbita
FRAKTUR ORBITA
MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis dari fraktur blow out biasanya tampak ekimosis dan edem
palpebra akibat benturan yang terjadi. Pasien biasa mengeluhkan
penglihatan ganda dan pemeriksaan memperlihatkan keterbatasan gerak
bola mata keatas dan atau kebawah. Keterbatasan gerak vertikal bola mata
biasanya disebabkan oleh terjepitnya muskulus rektus inferior atau jaringan
ikatnya (septa orbital). Nyeri dapat terjadi pada saat melakukan gerak
vertikal bola mata karena tarikan pada otot yang terjepit.
Evaluasi keterbatasan gerak otot – otot ekstraokuler bola mata dapat
dilakukan pengukuran menggunakan prisma pada arah pandang kardinal,
red glass test untuk diplopia, forced-duction test, active forced-generation
test, dan diplopia fields. Proptosis dapat terlihat jika edema berat dan atau
perdarahan menyertai fraktur dasar orbita. Enoftalmos atau melesaknya
bola mata kedalam rongga orbita dapat pula terjadi
FRAKTUR ORBITA
PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG

• Pemeriksaan visus
• Gerakan bola mata , jika ada odem palpebral, hati hati mengangkat palpebral
sembari memastikan bahwa tidak ada ruptur yang jelas
• Gerakan bola mata yang berkurang mungkin mengindikasikan adanya ruptur bola
mata atau fraktur dinding orbital.
• Slit lamp : melihat adanya bukti ruptur (sering pada limbus). Memastikan
keberadaan darah pada COA, memeriksa adanya laserasi palpebra.
• Opthalmoscopy : memeriksa apakah adanya lepasnya retina. Melihat apakah
terdapat gambaran patologis pada retina
• CT scan (axial dan coronal), pemeriksaan ini penting untuk membantu penegakan
diagnosis dan penatalaksanaan fraktur dasar orbita. Pada potongan koronal dapat
dinilai ukuran fraktur serta banyaj dan beratnya otot ekstraokuler serta jaringan
lunak yang terjepit. Sedangkan potongan axial sangat bermanfaat untuk menilai
fraktur pada dinding medial orbita
FRAKTUR ORBITA
TATALAKSANA AWAL

Hecting pada
Antibiotik topikal
laserasi
untuk trauma
palpebra jika
superfisial
dibutuhkan
FRAKTUR ORBITA
TATALAKSANA

• Terapi dini meliputi tiga metode bedah utama:


1. Pendekatan transkonjungtiva dengan kantolisi lateral
2. Pendekatan transkutaneus infrasiliaris melalui palpebra inferior
3. Kombinasi, dengan teknik Caldwell-luc .
• Terapi tunda:
Terapi ini ditujukan untuk menangani sekuele (gejala sisa) yang terjadi akibat
fraktur serta enoftalmos residual, atau gerakan bola mat akibat operasi yang
pertama. Terapi ini dilakukan setelah 2 bulan atau lebih setelah kejadian trauma.
Selama menunggu waktu ini dapat diberikan kortikosteroid sistemik untuk
mengurangi edema sehingga mempermudah identifikasi jaringan saat
pembedahan
LASERASI PALPEBRA
Pada keadaan ini sebaiknya segera mulai dilakukan penanganan dalam waktu 30 menit

DEFINISI
01 Laserasi palpebra dapat
terjadi karena trauma
tumpul atau disebabkan DEFINISI
oleh benda tajam, gigitan 02 Laserasi tidak hanya
binatang, perkelahian, melibatkan kulit, tapi
dan luka bakar. dapat juga mengenai
otot palpebra, margo
palpebra, dan sistem
lakrimal
LASERASI PALPEBRA
• Terkait keseharian pasien dan lingkungan disekitar pasien
Anamnesis • Kronologi kejadian, ketajaman penglihatan sebelu dan sesudah
cidera,

• Pengukuran visus biasanya terjadi penurunan visus atau normal

Pemeriksaan
• Pemeriksaan proyeksi cahaya
• Pemeriksaan motilitas mata
• Pemeriksaan sensasi kulit preorbita
Fisik • Melakukan palpasi untuk mencari defek pada bagian tepi tulang
orbita
• Pemeriksaan kornea menggunakan slitlamp

• Foto polos (curiga benda asing), USG (Intra Ocular Foreign body,

Pemeriksaan rupture bulbi, perdarahan supracoroidal, dan ablasio retina)


• CT scan (mendeteksi dan melokalisasi adanya benda asing pada

Penunjang
Intra Ocular Foreign Body, menentukan integritas struktur intracranial
fasial, dan intra ocular ), Electrophysiological test (Berguna untuk
menilai integritas nervus optic dan retina)
LASERASI PALPEBRA

Medikamentosa Non
• Antibiotik topikal Medikamentosa
• Analgetik • Rekonstruksi
palpebra
• Edukasi
Penanganan pada laserasi superfisial

1. Membersikan lokasi luka dan daerah di sekitarnya dengan cairan


antiseptic, contohnya povidon iodine
2. Melakukan anestesi subkutan dengan vasokonstriktor (lignokain 2%
dengan adrenalin)
3. Melakukan irigasi dan debridemen luka dengan cairan salin
4. Melihat apakah ada benda asing
5. Melakukan hecting dengan benang non-absorbable 6-0
6. Semua luka memerlukan profilaksis tetanus sebagai protocol
pengobatan saat ini.
INDIKASI RUJUK
Jika laserasi palpebral diikuti dengan trauma okularyang
membutuhkan pembedahan seperti pada rupture bola mata
atau benda asing intraokuler

Jika lokasi laserasi ada pada sekitar hidung mengenai


puctum lakrimalis superior dan inferior, yang mungkin akan
mengganggu system drainase nasolakrimalis.

Jika ada hilangnya jaringan luar atau distorsi anatomi

Jika terdapat full thickness laseration atau laserasi yang


mengenai margin palpebral.
EROSI KORNEA
keadaan tekerlupasnya epitel kornea yang dapat
diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea.

Pada erosi pasien akan merasa nyeri hebat, mata berair,


dengan blefarospasme, sensasi benda asing, fotofobia, dan
penglihatan terganggu oleh kornea yang keruh.

Pada kornea akan terlihat defek epitel yang bila diberi


fluoresin akan berwarna hijau
TATALAKSANA
Anastesi topikal  mengurangi nyeri

Antibiotik spektrum luas topikal

siklopegik aksi pendek (Tropikamida) untuk mengurangi rasa sakit


dan mengistirahatkan mata

tidak boleh diberikan steroid

Mata diberikan salep mata Gentamicin dan tutup mata dengan kasa
steril

rujuk ke bagian spesialis mata.


Hifema
Grade menurut Sheppard berdasarkan tampilan klinisnya:
Grade I  : Darah mengisi kurang dari sepertiga COA (58%)
Grade II : Darah mengisi sepertiga hingga setengah COA (20%)
Grade III : Darah mengisi hampir total COA (14%)
Grade IV  : Darah memenuhi seluruh COA (8%)

Hifema adalah suatu keadaan dimana adanya darah dalam COA


yang bersal dari pembuluh darah iris dan badan siliar yang pecah Komplikasi yang dapat terjadi akibat hifema adalah glaukoma sekunder dan
yang dapat terjadi akibat trauma  ataupun secara spontan, sehingga kebutaan jika ada siderosis bulbi
darah terkumpul di dalam COA yang hanya  mengisi sebagian
ataupun seluruh COA.
Penegakan diagnosis
Anamnesis
 kasus trauma mata ditanyakan waktu kejadian, proses terjadi trauma dan benda yang mengenai mata
tersebut.
 Jika kejadian kurang dari satu jam maka perlu ditanyakan ketajaman penglihatan atau nyeri pada mata karena
berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler akibat perdara han sekunder.
 Apakah trauma tersebut disertai dengan keluarnya darah, dan apakah pernah mendapatkan pertolongan
sebelumnya. Perlu juga ditanyakan riwayat kesehatan mata sebelum terjadi trauma.

Pemeriksaan mata
 Ekmosis
 Laserasi kelopak mata
 Proptosis
 Enoftalmus
 Fraktur yang disertai dengan gangguan pada gerakan mata
 Kadangdefek epitel, edem kornea dan imbibisi kornea bila hifema sudah terjadi lebih dari 5 hari.
 Ditemukan darah di dalam bilik mata bila pasien duduk, hifema akan terlihat terkumpul dibagian bawah bilik mata depan, perdarahan yang
mengisi setengah bilik mata depan dapat menyebabkan gangguan visus dan kenaikan tekanan intraokuler, sehingga mata terasa sakit oleh
karena glaukoma. Jika hifema mengisi seluruh bilik mata depan, rasa sakit bertambah dan penglihatan lebih menurun lagi.
 Pada iris dapat ditemukan robekan atau iridodialysis dan iridoplegia.
 Pada hifema karena trauma, jika ditemukan penurunan tajam penglihatan segera maka harus dipikirkan kerusakan seperti luksasi lensa,
ablasi retina, udem macula.
Pemeriksaan Penunjang

 Tonometri
 Funduskopi
 USG
 Skrining sickle cell
 X-ray
 CT-scan orbita
 Gonioskopi
Penatalaksanaan
penatalaksanaan hifema ditujukan untuk:
 Menghentikan perdarahan atau mencegah perdarahan ulang
 Mengeluarkan darah dari bilik mata depan
 Mengendalikan tekanan bola mata
 Mencegah terjadinya imbibisi kornea
 Mengobati uveitis bila terjadi akibat hifema ini
 Menemukan sedini mungkin penyulit yang mungkin terjadi

Perawatan Konservatif / Tanpa Operasi


• Tirah baring sempurna (bed rest total)
• Bebat mata
• Pemakaian obat-obatan
• Koagulansia
• Midriatika Miotika
Perawatan Operasi • Kortikosteroid dan Antibiotika
o Paracentesa: merupakan tindakan • Obat-obat lain : sedatif, analgetik
pembedahan dengan
mengeluarkan darah atau nanah
dari bilik mata depan
o  Iridosiklitis
o Evakuasi Viskoelastik
BENDA ASING

Benda yang dalam keadaan


normal tidak dijumpai pada mata.
Pada umunya bersifat ringan, pada
beberapa keadaan dapat berakibat
serius terutama benda asing yang
bersifat asam atau basa

Pada kondisi ini sebaiknya segera


ditangani dalam 60 menit.
BENDA ASING

Anamnesis
• Menggali informasi tentang jenis
benda asing yang masuk ke mata
Manifestasi Klinis
• Nyeri, mata merah dan berair,
sensasi benda asing dan fotofobia.
BENDA ASING
PEMERIKSAAN FISIK

• Pemeriksaan visus
• Pemeriksaan slit lamp : melihat ukuran, lokasi, dan bahan dari
benda asing dan kedalaman dari penetrasinya
• Memeriksa kornea, COA, iris, pupil, lensa untuk mengetahui
apakah mengenai tempat lain, membutuhkan rujukan segera
kepada spesialis mata. Eversikan palpebra untuk mengeluarkan
benda asing yang terdapat disana, evakuasi benda asing tersebut
jika memungkinkan
BENDA ASING
TATALAKSANA

Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari


dalam area mata :
• Berikan tetes mata pantokain 2% sebanyak 1 – 2 tetes pada mata yang
terkena benda asing.
• Gunakan kaca pembesar (loop) dalam pengangkatan benda asing
• Angkat benda asing dengan menggunakan lidi kapas atau jarum suntik
ukuran 23 gauge
• Arah pengambilan dari tengah ke tepi
• Oleskan lidi kapasyang dibubuhkan betadine pada tempat bekas benda
asing
• Kemudian, berikan antibiotik topikal (salep atau tetes mata) seperti
kloramfenikol tets mata, 1 gtt setiap 2 jam selama 2 hari.
• Benda asing yang terletak superfisial dan tidak terlalu menempel dapat
diirigasi dengan salin
BENDA ASING
KONSELING DAN EDUKASI

• Memberitahukan pasien dan keluarga


agar tidak menggosok matanya agar tidak
memperberat lesi
• Menggunakan alat/ kacamata pelindung
pada saat bekerja atau berkendara
• Apabila keluhan bertambah berat setelah
dilakukan tindakan, seperti mata
bertambah merah, bengkak atau disertai
dengan penurunan visus segera kontrol
kembali
Selulitis orbita

infeksi bakterial pada orbita atau jaringan periorbita terjadi melalui tiga jalan
yaitu langsung menyebar dari sinusitis yang merupakan penyebab terbesar,
 inokulasi langsung setelah adanya trauma dan infeksi kulit, serta penebaran
bakteri dari fokus-sokus seperti otitis media dan pneumonia.

Definisi

Keterlambatan terapi dapat menyebabkan progresifitas penyakit serta terjadinya


sindrom orbital apex atau trombosis sinus kavernosus. Trombosis Sinus
Kavernosus terjadi pada kasus prptosis yang progresif serta perubahan
kesadaran. Dalam hal ini bisa menjadi meningitis

.
Penegakan diagnosis

Pemeriksaan penunjang
Anamnesis
- Demam • Foto sinus paranasalis dan
- Proptosis Pemeriksaan mata CT Scan, karena lebih dari
- Kemosis 90% kasus selulitis
- Restriksi merupakan manifestasi
motilitas bola - Edema palpebra sinusitis.
mata - Eritema • Kultur pungsi lumbal sel
- Nyeri - Inflamsasi berat inflamasi akut serta cairan
pergerakan serebrospinal yang positif,
bola mata bila menjadi meningitis
Tatalaksana
Antibiotik spektrum luas.

Pembedahan
Konjungtivitis Gonore

Definisi
Konjungtivitis gonore merupakan
radang konjungtiva akut dan hebat
yang disertai dengan sekret
purulen.

• Penyulit yang terjadi adalah tukak kornea marginal


terutama bagian atas, yang dimulai dengan infiltrat,
kemudian menjadi ulkus .
• sekret menumpuk dibawah konjungtiva palpebra
superior, ditambah lagi kuman gonokok mempunyai
enzim proteolitik yang merusak kornea dan hidupnya
intraseluler, sehingga dapat menimbulkan keratitis tanpa
didahului kerusakan epitel kornea.
Your Picture Here

Anamnesis
mata merah, sensasi benda asing, bengkak
pada kelopak mata

Pemeriksaan mata
• Sekret purulen berat
• Kemosis berat
• Pembengkakan kelenjar

Penegakan getah bening


preaurikulaEdema
palpebra
diagnosis • Pseudomembran
Pemeriksaan penunjang
- Kultur
- Uji Resistensi
Tatalaksana
Irigasi normal salin setiap 30-60 menit untuk
membuang debris, sel inflamasi dan protease.
• Pasien dirawat dan diberi
antibiotik sistemik dan
dapat juga diberikan
secara topikal. Tetes mata kloramfenikol 0,5-
• Konjungtivitis gonokokus 1% 1 tetes per jam dengan
tanpa ulkus kornea • Ceftriaxon 1 gr IM +
diberikan injeksi ceftriakson Azithromisin 1 gr PO (jika
1g intramuskular. mengenai kornea, rawat
• Pasien dengan ulkus inap dan Ceftriaxon
kornea diobati dengan diberikan secara IV setiap
intravena ceftriakson 1g 12/24 jam)
setiap 12 jam untuk 3 hari.
. • Jika tidak ada / alergi
Salep eritromisin, ceftriaxon : gemifloksasin
basitranin, gentamisin, dan 320 mg PO single dose +
ciprofloksasin Azithromisin 2 gr PO single
direkomendasikan untk dose atau gentamisin 240
terapi topikal. mg IM single dose +
Azithromisin 2 gr PO
Skleritis
Definisi

01 Suatu inflamasi yang diperantarai oleh sistem imun, biasanya disebabkan oleh
vaskulitis yang dimediasi oleh sistem imun dan kemudian merusak sklera.

Skleritis nekrosis merupakan bentuk skleritis yang paling berat. Dari semua
02 skleritis nekrosis, 60 % mengalami komplikasi oculer dan sistemik, dan 40 %
menjadi buta.

Sebanyak 37 % pasien skleritis mengalami komplikasi berupa keratitis perifer, 30%


03 uveitis, 7 % katarak, 18 % glaukoma, dan 33% mengalami penipisan sklera.
Penegakan diagnosis
Anamnesis
nyeri hebat dan penurunan
01 penglihatan

Pemeriksaan mata

02 - Pembuluh darah sklera menunjukkan pola bersilang yang


menempel pada sklera dan tidak dapat digerakkan.
- Slit lamp : edema sklera
Tatalaksana

Oral imunosupresif sitotoksik, pada


Oral NSAID Oral Kortikosteroid skleritis nekrosis diberikan kombinasi
metil prednisolon intravena dengan
.
imunosupresif sitotoksik.

Tissue Necrosis Factor-a (TnF-a) Pada impending perforasi dapat dilakukan Tectonic Scleral Patch
Graft Surgery
Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang
01 pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.

Keratitis

02
Keratitis interstitial adalah kondisi serius dimana masuknya pembuluh
darah ke dalam kornea dan dapat menyebabkan hilangnya
transparansi kornea. Keratitis interstitial dapat berlanjut menjadi
kebutaan.
Penegakan diagnosis

sifilis kongenital biasanya ditemukan trias Hutchinson (mata: keratitis


fotofobia, lakrimasi, dan menurunnya
interstisial, telinga: tuli labirin, gigi: gigi seri berbentuk obeng),
visus. sadlenose, dan pemeriksaan serologis yang positif terhadap sifilis.

Pemeriksaan kerokan kornea yang dipulas dengan pewarnaan gram maupun


Giemsa dapat mengidentifikasi organisme, khususnya bakteri
Penatalaksanaan

kortikosteroid tetes mata jangka lama secara intensif setiap jam dikombinasi
dengan tetes mata atropin dua kali sehari dan salep mata pada malam hari
ULKUS KORNEA
• hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kema
tian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltr
at supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskonti
nuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sam
pai stroma.
• dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi.
Gejala Subjektif TANDA
• Mata merah • Infiltrat kornea, disertai hil
• Penglihatan menurun angnya sebagian jaringan
• Sakit mata (ringan-berat) (tes fluoresence +)
• Fotofobia • Keruh pada kornea
• Kadang kotor • Injeksi siliar
Tatalaksana
Perbaiki konstitusi pasien

Hilangkan faktor pencetusnya

Rawat inap jika terjadi ancaman perforasi

Obati ulkus

• Tetes mata atropin 0,5-1% atau skopolamin


• Antibiotik yang sesuai (tetes/salep)
• Debridemen
• Kompres hangat selama setengah jam (beberapa kali sehari)
• Jika ulkus bersih + superfisial  diperban, jika ulkus sekret banyak + purulen  tidak diperban
Iridosiklitis (Uveitis Anterior)
 
Definisi
Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan bagian depan badan
01 siliar (pars plicata), kadang-kadang menyertai peradangan bagian
belakang bola mata, kornea dan sklera.

02 Apabila tidak mendapatkan terapi yang adekuat, proses peradangan


akan berjalan terus dan menimbulkan berbagai komplikasi, seperti:
• Sinekia anterior
• Sinekia posterior
• seklusio pupil/oklusio pupil
• glaukoma sekunder
• katarak komplikata
• Endoftalmitis / panoftalmitis
Penegakan diagnosis
02 Pemeriksaan fisik
• Hiperemia perikorneal, yaitu dilatasi
pembuluh darah siliar sekitar limbus, dan
01 Anamnesis keratic precipitate.
• slit lamp :
• mata sakit, o flare di bilik mata depan dan bila
terjadi inflamasi berat dapat terlihat
• mata merah, hifema atau hipopion.
• fotofobia, o Iris edema dan warna menjadi
pucat, terkadang didapatkan iris
• penglihatan turun ringan bombans.
dengan mata berair. o Dapat pula dijumpai sinekia
• Keluhan sukar melihat posterior ataupun sinekia anterior.
o Pupil kecil akibat peradangan otot
dekat pada pasien uveitis sfingter pupil dan terdapatnya
dapat terjadi akibat ikut edema iris.
o Lensa keruh terutama bila telah
meradangnya otot-otot terjadi katarak komplikata.
akomodasi.
• Tekanan intra okuler meningkat, bila telah
terjadi glaukoma sekunder.
Penatalaksanaan

Lokal Sistemik
Steroid dosis tinggi yang kemudian di
Midriatika.
01 tapering off

Steroid Antibiotic yang sesuai etiologi


02

Antibiotik Istirahat
03
ENDOPTHALMITIS

Peradangan struktur internal


bola mata, yaitu jaringan uvea
dan retina yang diikuti dengan
DEFINISI
terbentuknya eksudat di
dalam aqueous dan vitreous
humora
ENDOPTHALMITIS
MANIFESTASI KLINIS

Mata merah Fotofobia Lakrimasi

Biasa terjadi
dalam 7 hari post
Penurunan visus
operasi
intraocular
ENDOPTHALMITIS
TANDA

Edema dan hiperemis Kemosis dan kongesti


Edema kornea
pada palpebra konjungtiva

Pupil yang berwarna


Terdapat hypopion pada Iris yang edema dan
kekuningan akibat
anterior chamber berkabut
eksudasi

Eksudasi dan terdapat


massa keputihan dibalik
pupil yang terdilatasi Bola mata masih dapat Gejala sistemik relatif
pada vitreous digerakkan ringan
(amaroutic cat’s eye
reflex)
ENDOPTHALMITIS

1. Antibiotik intravitreal
• First choice : Vancomycin 1 mg plus ceftizidime 2.25 mg
• Second choice : Vancomycin 1 mg plus amikacin 0.4 mg
• Third choice : Vancomycin 1 mg plus gentamycin 0.2 mg
2. Kortikosteroid
3. Sikloplegik
• Atropine 1% 3 – 4 kali
4. Antiglaukoma
• Asetazolamide oral 250 mg 3 x 1 dan timolol 0.5 % 2 x 1
5. Vitrektomi
6. Eviscerasi
Neuritsis optik Penegakan diagnosis
1. Hilangnya penglihatan pada satu atau dua
mata lebih dari beberapa jam sampai
Neuritis optik adalah istilah-istilah umum beberapa hari. Hilangnya penglihatan dapat
yang menandakan peradangan atau dideteksi dengan :
demielinisasi saraf optikus akibat berbagai • visus dapat ringan (≥ 20 / 30), sedang (≥
macam penyakit. Neuritis optikus merupakan 20 / 60), dan berat (≥ 20 /70)
salah satu penyebab umum kehilangan •. hilangnya penglihatan warna
penglihatan unilateral pada orang dewasa • berkuranagnya persepsi dari intensitas
sinar
• pandangan berkabut atau visus yang
kabur
• kesulitan membaca
Tatalaksana • adanya bintik buta
• Pengobatan kausal neuritis tergantung • fenomena pulfrich (gangguan persepsi
etiologinya objek yang bergerak)
• Pembersihan fokal infeksi • Kaburnya penglihatan dalam beberapa
• Antibiotik menit atau beberapa jam.
• Kortikosteroid/adenokortikotropin hormon 2. rasa sakit ini dinyatakan dengan sakit yang
(ACTH). tumpul pada retrobulbar atau rasa sakit yang
• vasodilatansia dan vitamin tajam pada mata jika mata digerakkan atau di
raba.
3. Ukuran pupil
4. Gangguan lapang pandang
ABLASIO RETINA
• Ablasio retina ( retinal detachment) adalah
suatu keadaan terpisahnya sel kerucut da
n batang dengan sel epitel pigmen retina.
• Klasfikasi:
– Ablasi retina regmatogenosa
– Ablasi retina eksudatif
– Ablasi retina traksi
Penegakan Diagnosis
• Tanyakan: • Gejala
– Kehilangan penglihatan mendada
– riwayat trauma, k tanpa rasa sakit
– riwayat operasi – Flashes
– Floaters
– RPD: uveitis, perdara – Shadows
han vitreus, ambliopi • Pemeriksaan
a, glaukoma, dan retin – Funduskopi & oftalmosksop: retin
opati diabetik. a yang terlepas akan terlihat p
utih dan edema dan kehilangan
sifat transparansinya
Tatalaksana
Tujuan
• mengembalikan kontak antara neurosensorik retina yang terlepas
dengan RPE dan eliminasi kekuatan traksi.
Pembedahan:
• Konvensional : melibatkan eksplan material ke rongga bola mata
• Vitrektomi : pembuangan vitreus, menurunkan gaya traksi.
Vitreus kemudian digantikan dengan minyak silikon atau gas
sebagai tamponade robekan.
GLAUKOMA AKUT SUDUT TERTUTUP

Glaukoma
• suatu neuropati optik (kerusakan saraf mata)
disebabkan oleh TIO yang tinggi (relatif) ditandai oleh
kelainan lapang pandang dan berkurangnya serabut
saraf optik.
Glaukoma sudut tertutup
• ditandai dengan sudut bilik mata depan yang tertutup.
Gejala Tanda
• Tajam penglihatan kurang • Injeksi silier yang lebih hebat di dekat limbus korne
(kabur mendadak) a-sklera dan berkurang kearah forniks
• Pembuluh darah tidak bergerak dengan konjungtiv
• Nyeri hebat periorbita
a
• Pusing • Mid-dilatasi pupil dan reflex pupil lambat
• Mual muntah • Kornea tampak edema dan keruh
• mata merah, bengkak, ber • Kamera okuli anterior sempit
air • Pada iris dapat dijumpai sinekia
• melihat halo (pelangi disek • Opasitas subkapsular pada lensa (glaukoma flecke
itar objek) n)
• TIO meningkat nyata (50-80mm)
• Visus sangat turun hingga 1/300
• Lapang pandang menyempit
• Diskus optikus terlihat merah dan bengkak
Pemeriksaan penunjang

Oftalmoskop Goniometri

Tonometri
Pemeriksaan lapang
• Schiotz
• digital
pandang
penatalaksanaan segera
Sistemik:
• Acetazolamide (diamox) 500 mg IV bolus diikuti oleh acetazolamide (diamox) 250
mg tablet PO qid.
Topikal:
• Beta blocker: timolol 0,5% setiap 15 menit x 2, selanjutnya dosis bid.
• Alfa agonis: apraclonidine 1% setiap 15 menit x 2.
• Miotik: pilocarpin 1-2% x 1. Selanjutnya dosis qid, periksa apakah efektif untuk
dilanjutkan. Tidak efektif jika TIO lebih dari 40 mmHg
• Steroid: prednisolone acetate 1% setiap 15 enit x 4, selanjutnya tiap 1 jam.

Masukkan pasien untuk rawat inap di Rumah Sakit.


Penatalaksanaan lanjut
hiperosmotik sistemik:
Larutan manitol 20%, IV 1-
Periksa TIO tiap 1 jam hingga
Jika TIO tidak menurun 1,5mg/kg
terkendali dengan baik.
Atau gliserol PO 1 g/kg, 50%
larutan di dalam jus lemon

segera lakukan laser


peripheral iridotomy atau jika
JTIO tidak menurun tidak memungkinkan lakukan
bedah iridektomi perifer di
ruang operasi
OKLUSI ARTERI SENTRALIS RETINA

• Dapat disebaban oleh radang arteri, trombus dan emb


olus, spasme pembuluh arah, dan trauma.
• Gejala: penglihatan kabur yang tidak disertai rasa sakit
• Pupil menjadi lemah dan anisokor.
• funduskopi :
– retina pucat
– cherry red spot di makula lutea
– Lama kelamaan papil menjadi pucat dan batasnya kabur.
Tatalaksana

Inhalasi campuran
menurunkan tekanan oksigen-
vasodilator +
bola mata karbondioksida akan
antikoagulan +
menginduksi
• asetazolamid intravena steroid  bila
vasodilatasi retina
• parasentesis bilik mata. penyebabnya
dan meningkatkan
peradangan.
PO2 di permukaan
retina.
OKLUSI VENA SENTRALIS RETINA

ditemukan usia pertengahan

mudah terjadi pada pasien dengan glaukoma, diabetes


melitus, hipertensi, kelaian darah, arteriosklerosis,
papiledema, retinopati radiasi, dan penyakit pembuluh
darah

Gejala: penurunan tajam penglihatan sentral


(mengenai daerah makula) dan perifer mendadak
tanpa rasa sakit dan mengenai satu mata.
Pemeriksaan tatalaksana
funduskopi : vena yang • Pengobatan terutama ditu
berkelok-kelok, edema
makula dan retina,
jukan untuk mencari peny
perdarahan berupa titik ebab dan mengobatinya,
terutama bila terdapat
penyumbatan vena yang antikoagulasia, dan fotok
tidak sempurna.
oagulasi daerah retina ya
ng mengalami hipoksia.
Angiografi fluoresen • Steroid diberi bila penyu
mbatan disebabkan oleh f
leitis
PENUTUP
Kegawatdaruratan dalam ilmu penyakit mata
adalah suatu keadaan dimana mata terancam akan
kehilangan fungsi penglihatannya atau akan terjadi
kebutaan apabila tidak dilakukan tindakan atau
pengobatan sesegera mungkin

Dalam kasus kegawatdaruratan mata, kecepatan


menentukan diagnosis dan ketepatan penanganan
atau terapi merupakan hal paling utama dalam
usaha dokter untuk menyelamatkan bola mata dan
fungsi penglihatan pasien serta untuk
meminimalisasi komplikasi jangka panjang.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai