Anda di halaman 1dari 11

SINDROM NEFROTIK AKUT (SNA)

DOSEN PENGAJAR:

Ns. Nyoman Udian, M.Kep

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

1.Nur Afni Febrianty


Nim:202001167
2.Darul Fahri
Nim: 202001178
3. Apriani Soleman
Nim: 202001166
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian B. Gambaran Klinis


Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan Sebagai sebuah sindroma (kumpulan gejala)
oleh kerusakan glomerulus karena ada peningkatan , tanda / gejala penyakit sindroma nefrotik
permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma menimbulkan meliputi :
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Betz - Proteinuria
& Sowden, 2017). Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan - Hipoalbuminemia
gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia, dan - Hiperkolesterolemia/hiperlipidemi
hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Nurarif & Kusuma, C. Etiologi
2017). Sindrom nefrotik merupakan keadaan klinis yang 1.Sindrom nefrotik bawaan
meliputi proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperlipemia dan 2.Sindrom nefrotik sekunder
edema (Wong, 2017).
D.Tanda dan Gejala
Menurut Hidayat (2016), Tanda dan gejala sindrom nefrotik adalah
sebagai berikut : terdapat adanya proteinuria, retensi cairan, edema, berat
badan meningkat, edema periorbital, edema fasial, asites, distensi abdomen,
penurunan jumlah urine, urine tampak berbusa dan gelap, hematuria, nafsu
makan menurun, dan kepucatan

E. Patofisiologi
Penyakit nefrotik sindoma biasanya menyerang pada anak-
anak pra sekolah. Hingga saatsebab pasti penyakit tidak
ditemukan, tetapi berdasarkan klinis dan onset gejala yang
muncul dapat terbagi menjadi sindroma nefrotik bawaan yang
biasanya jarang terjadi; Bentuk idiopati yang tidak jelas
penyebabnya maupun sekunder dari penyakit lainnya yang
dapat ditentukan faktor predisposisinya; seperti pada penyakit
malaria kuartana, Lupus Eritematous Diseminata, Purpura
Anafilaktoid, Grumeluronefritis (akut/kronis) atau sebagai
reaksi terhadap hipersensitifitas (terhadap obat)
F.Pathway
G.Pemeriksaan Penunjang
1.Laboratorium
a. Urine
b.Uji darah

H. Evaluasi Diagnostik

Urinalisis menunjukkan haemturia mikroskopik, sedimen urine,


dan abnormalitas lain. Jarum biopsi ginjal mungkin dilakukan
untuk pemriksaan histology terhadap jaringan renal untuk
memperkuat diagnosis. Terdapat proteinuri terutama albumin
(85 – 95%) sebanyak 10 –15 gr/hari. Ini dapat ditemukan
dengan pemeriksaan Essbach. Selama edema banyak, diuresis
berkurang, berat jenis urine meninggi. Sedimen dapat normal
atau berupa toraks hialin, dan granula lipoid, terdapat pula sel
darah putih. Dalam urine ditemukan double refractile bodies.
Pada fase nonnefritis tes fungsi ginjal seperti : glomerular
fitration rate, renal plasma flowtetap normal atau meninggi
I. Penatalaksanaan
a. Diperlukan tirah baring
b. Perawatan kulit
c. hindarkan menggosok kulit.
d. hindarkan menggosok kulit.
e. Perawatan mata.
f. Kemoterapi

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
A.    Pengkajian
1. Pengumpulan data
2.Riwayat Keperawatan
.     3. Riwayat Persistem
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b. d. penurunan tekanan osmotic
plasma. ( Wong, Donna L, 2004
: 550)
b. Perubahan pola nafas b.d. penurunan ekspansi paru.
(Doengoes, 2000: 177)
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
anoreksia. (Carpenito,1999: 204)
d. Resti infeksi b.d. menurunnya imunitas, prosedur invasif
(Carpenito, 1999:204).
e. Intoleransi aktivitas b.d. kelelahan. (Wong, Donna L,
2004:550)
f. Gangguan integritas kulit b.d. immobilitas.
(Wong,Donna,2004:550)
g. Gangguan body image b.d. perubahan penampilan. (Wong,
Donna, 2004:553).
h. Gangguan pola eliminasi:diare b.d. mal absorbsi
3. Intervensi
1..Kelebihan volume cairan b. d. penurunan tekanan
osmotic plasma.
(Wong, Donna L, 2004 : 550)
Tujuan: tidak terjadi akumulasi cairan dan dapat
mempertahankan keseimbangan intake dan
output.
KH: menunjukkan keseimbangan dan haluaran, tidak terjadi
peningkatan berat badan, tidak
terjadi edema
Intervensi:
1.Pantau, ukur dan catat intake dan output caira
2.Observasi perubahan edema
3.Batasi intake garam
4.Ukur lingkar perut
5.timbang berat badan setiap hari
6.kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai 7.program
dan monitor efeknya
2. Perubahan pola nafas b.d. penurunan ekspansi paru .
(Doengoes, 2000: 177)
Tujuan: Pola nafas adekuat

KH: Frekuensi dan kedalaman nafas dalam batas normal


Intervensi:
1.Auskultasi bidang paru
2.Pantau adanya gangguan bunyi nafas
3.Berikan posisi semi fowler
4.Observasi tanda-tanda vital
5.Kolaborasi pemberian obat diuretic
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
anoreksia. (Carpenito,1999: 204)
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
KH: Tidak terjadi mual dan muntah, menunjukkan masukan
yang adekuat,
mempertahankan berat badan
Intervensi:

1.Tanyakan makanan kesukaan pasien


2.Anjurkan keluarga untuk mrndampingi anak
padasaat makan
3.Pantau adanya mual dan muntah
4.Pantu pasien untuk makan
5.Berikan makanan sedikit tapi sering
6.Berikan informasi pada keluarga tentang diet klien
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai