Profesi apoteker
pagi b
A.
ARDIANSYAH
2043700059
WAHYUNI FAUSTINA
VIANYE WAI
2043700105
2043700219
KELOMPOK 2 :
NUR FITRI
RAHMI PEBRITA
2043700202 2043700053
NUR
HIDAYATI
2043700063 DOSEN PENGAMPU :
Apt. H. RUSMANA SUBANDI, M.Farm
01
DEFENISI
Manifestasi klinik
EPILEPSI dari aktivitas neuron
Suatu gangguan cortical yang
saraf kronik,
dimana terjadi
berlebihan di dalam
kejang yang korteks serebral dan
bersifat ditandai dengan
KEJANG
reccurent adanya perubahan
(berulang) aktifitas elektrik pada
saat dilakukan
pemeriksaan EEG.
03
TANDA DAN GEJALA
Gejala Tanda
- Gejala kejang yang spesifik akan
tergantung pada macam kejangnya. Jenis
kejang dapat bervariasi antara pasien, Interiktal (antara
namun cenderung serupa pada satu episode kejang),
individu yang sama.
tidak ada tanda
- Kejang komplek parsial dapat termasuk epilepsi yang
gambaran sematosensori atau motor fokal.
obyektif, dan
- Kejang komplek parsial dikaitkan dengan patognomonik (khas)
perubahan kesadaran.
- Ketiadaan kejang dapat tampak relatif
ringan, dengan periode perubahan
kesadaran hanya sangata singkat (detik).
- Kejang tonik klonik umum merupakan
episode konvulsif utama, dan selalu
dikaitkan dengan kehilangan kesadaran.
04
Gangguan/Abnormalitas dari pelepasan
ETIOLOGI neuron.
05
06
PATOFISIOLOGI
Kejang disebabkan karena ada ketidakseimbangan
antara pengaruh inhibisi dan eksitatori pada otak,
terjadi karena :
07
Hubungan antar neuron terjalin melalui impuls listrik dengan bahan perantara
kimiawi yang dikenal sebagai neurotransmiter.
08
FISIOLOGI NORMAL
09
DIAGNOSI
S
Pasien didiagnosis
epilepsi jika
mengalami serangan
kejang secara berulang
10
KLASIFIKASI EPILEPSI
11
1. Kejang umum terbagi atas:
• merupakan bentuk paling banyak terjadi
• pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah, keluar air liur
Tonic-clonic • bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah
convulsion = • terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah, kebingungan, sakit kepala / tidur
grand mal
• jarang terjadi
Atonic • pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot jatuh, tapi bisa segera recovered
seizure
12
2. Kejang parsial terbagi
menjadi :
- Pasien tidak
kehilangan kesadaran •Simple partial
- Terjadi sentakan2 seizures
pada bagian tertentu
dari tubuh
Pasien melakukan
gerakan-gerakan tak
terkendali : gerakan • Complex partial
mengunyah, seizures
meringis, dll tanpa
kesadaran
13
SASARAN TERAPI
• Mengontrol (mencegah dan mengurangi
frekuensi) supaya tidak terjadi kejang -
beraktivitas normal lagi
• Meminimalisasi adverse effect of drug
STRATEGI TERAPI
• Mencegah atau menurunkan lepasnya
muatan listrik syaraf yang berlebihan
melalui perubahan pada kanal ion atau
mengatur ketersediaan neurotransmitter
14
Prinsip Pengobatan pada
Epilepsi
Monoterapi
- Menurunkan potensi Adverst • Variasi individual -- perlu
Effect pemantauan
- Meningkatkan kepatuhan pasien • Monitoring kadar obat
dalam darah - penyesuaian
- Hindari / minimalkan dosis
penggunaan antiepilepsi sedatif • Lama pengobatan
- Jika monoterapi gagal, dapat tergantung jenis
diberikan sedatif atau politerapi epilepsinya, kondisi pasien
- Pemberian terapi sesuai dengan dan kepatuhan pasien
jenis epilepsinya • Jangan menghentikan
- Mulai dengan dosis terkecil pengobatan secara tiba-
(dapat ditingkatkan sesuai dengan tiba (mendadak)
kondisi pasien)
15
Penatalaksanaan Terapi
Non
Farmakologi : Farmakologi :
16
TERAPI FARMAKOLOGI
17
Obat-obat
yang
meningkatkan
inaktivasi
kanal Na+: Inaktivasi kanal Na
menurunkan
kemampuan
• agonis reseptor GABA
syaraf untuk meningkatkan transmisi inhibitori
menghantarkan dg mengaktifkan kerja reseptor
muatan listrik GABA contoh: benzodiazepin,
barbiturat
Contoh: • menghambat GABA transaminase
Fenitoin, konsentrasi GABA meningkat
contoh: Vigabatrin
karbamazepin, Obat-obat yang • menghambat GABA transporter
lamotrigin, meningkatkan memperlama aksi GABA contoh:
okskarbazepin, transmisi
Tiagabin
• meningkatkan konsentrasi GABA
valproat inhibitori pada cairan cerebrospinal pasien
GABAergik: mungkin dg menstimulasi
pelepasan GABA dari non-vesikular
18
pool contoh: Gabapentin
19
EPILEPSI PADA KEHAMILAN
20
ALGORITMA TERAPI
Menurut ISO Farmakoterapi Buku 1, Berikut adalah algoritma Pengobatan epilepsi
21
CONTOH KASUS 1
An. DR usia 19 tahun, BB 50 kg, tiba-tiba jatuh saat dikamarnya, kejang, nafas
terengah-engah, keluar air liur. Kejang terjadi hanya beberapa menit, kemudian
merasa lemah dan kebingungan.
Riwayat penyakit dahulu : Epilepsi semenjak usia 10 tahun, sejak dua tahun
terakhir putus obat. Sering mengeluhkan pusing kepala. An. DR juga
merupakan penderita asma.
23
Analisis Kasus dengan metode SOAP
25
ASSESMENT
27
Jurnal Evaluasi dan
Manajemen Status
Epileptikus
29
Evaluasi :
30
Kesimpulan
dapat disimpulkan bahwa pasien An. DR sudah
tepat mendapatkan obat Dilantin pada dosis
100 mg/hari, hal tersebut berdasarkan jurnal
Evaluasi dan Manajemen Status Epileptikus
yang menyatakan bahwa Fenitoin merupakan
salah satu obat yang efektif mengobati kejang
akut dan SE. Disamping itu, obat ini sangat
efektif pada manajemen epilepsi kronik,
khususnya pada kejang umum sekunder dan
kejang parsial. Keuntungan utama fenitoin
adalah efek sedasinya yang minim
31
CONTOH KASUS 2
32
1. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-Tanda Vital
• TTV: TD: 110/70mmHg,
• HR : 88x/menit, RR : 20x/menit,
• T : 38°C
2. DIAGNOSA SEMENTARA
Epilepsi dan Infeksi Intrakranial
4. DIAGNOSA AKHIR
Epilepsi bangkitan umum tipe Tonik-Klonik
33
Subjective
34
Objective
Data objective merupakan data yang dihasilkan
dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik maupun
pemeriksaan laboratorium.
35
Assesment
Merupakan analisis dan interpretasi berdasarkan
data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan
yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau
masalah potensial, serta perlu tidaknya dilakukan
tindakan segera.
36
plan
37
In
te
r
a
ks
i
o
b
at
38
39
40
41
DAFTAR PUSTAKA
43