Anda di halaman 1dari 25

Titrasi Bebas

A ir

Ratna Budh
i Pebriana
2018
1
complex organic Kelarutan rendah
medicinal compound Reaktivitas lemah di dalam air

Garam amina → diubah ke dalam bentuk basa larut air → ekstraksi


dengan pelarut organik → ditambah larutan baku asam berlebih →
diuapkan → sisa asam ditetapkan dengan standar basa

Garam sodium → diasamkan → ekstraksi dengan pelarut organik →


diuapkan → sisa dikeringkan dan ditimbang

Senyawa dengan N → Micro Kjeldahl’s

Anomalies and Titrasi bebas air


drawbacks (nonaqueous titration)
2
Keuntungan titrasi bebas air

• Meningkatkan kelarutan analit


• Meningkatkan reaktivitas analit
• Titrasi selektif dengan pelarut dan titran yang sesuai
dengan gugus aktif analit
• Cepat, teliti, akurat, sederhana
• Basa yang sangat lemah dapat dianalisis

3
Asam & Basa

Asam : donor proton


- molekul netral (ex : HNO3)
- anion bermuatan negatif (ex : HSO4-)
- kation bermuatan positif (C6H5NH+, H3O+)

Basa : akseptor proton


- molekul netral (C6H5N)
- anion (ex : Cl-, NO3-)

HA → H+ + A-
Asam Proton Basa
4
Pelarut / Solvent
Jenis pelarut / solvent :

1. Pelarut Protofilik → secara alamiah bersifat basa, akan bereaksi


dengan asam membentuk solvated proton

2. Pelarut Protogenik → secara alamiah bersifat asam, ex : asam


sulfat

3. Pelarut Amfiprotik → bersifat protogenik dan protofilik, ex : asam


asetat, air, alkohol. Asam asetat biasa dipakai dalam penetapan
kadar senyawa yang bersifat basa dengan reaksi disosiasi sbb :

Asam asetat bersifat sebagai asam.

5
Pelarut / Solvent

Air dapat berlaku sebagai asam lemah dan basa lemah dalam
lingkungan berarir dan berkompetisi dengan asam lemah dan basa
lemah dalam memberi atau menerima proton.

Infleksi pada kurva titrasi asam lemah dan basa lemah dalam air
menjadi kecil sehingga deteksi titik akhir menjadi sulit dilakukan.
Pelarut organik yang lain dapat digunakan untuk menggantikan air
apabila kurang/tidak berkompetisi dengan analit dalam memberi
atau menerima proton. 6
Pelarut / Solvent

Asam perklorat merupakan asam yang sangat kuat, ketika dilarutkan


ke dalam asam asetat. Asam asetat akan berlaku sebagai basa dan
membentuk ion onium setelah menerima proton dari asam perklorat

Ion onium akan memberikan proton secara instan terhadap molekul


basa sehingga larutan asam perklorat dalam asam asetat akan
bersifat sebagai asam yang kuat.

7
Pelarut / Solvent

Basa lemah yang dilarutkan dalam asam asetat glasial akan


mengalami peningkatan kebasaan sehingga dapat dititrasi dengan
asam perklorat dalam asam asetat. Oleh karena itu, akan diperoleh
titik akhir titrasi yang tajam yang tidak dapat diperoleh jika
digunakan pelarut air.

HClO4 + CH3COOH → CH3COOH2+ + ClO4–


C6H5N + CH3COOH2+ → C6H5NH+ + CH3COOH

8
Pelarut / Solvent

Asetonitril, aseton, dan dimetilformamid merupakan pelarut non air


yang memiliki sifat protofilik lebih besar dibandingkan air terhadap
senyawa yang dilarutkan di dalamnya.

Oleh karena itu, beberapa asam di bawah ini memiliki kekuatan yang
hampir sama pada larutan berair, sedangkan pada pelarut non air,
keasamannya secara berurutan :

9
Asam perklorat 0.1 N dalam asam asetat glasial

Pembuatan
8.5 mL asam perklorat (70.0-72.0 %) dicampur dengan 500 mL asam
asetat glasial dan 21 mL anhidrida asetat, dinginkan, dan tambahkan
asam asetat glasial hingga 1000 mL. Diamkan selama 24 jam sebelum
digunakan.
Anhidrida asetat akan bereaksi dengan air (30%) dalam asam
perklorat dan traces dalam asam asetat anhidrat sehingga campuran
tidak mengandung air.

10
Asam perklorat 0.1 N dalam asam asetat glasial

Garam asam organik berlaku sebagai basa pada larutan asam asetat.

Potasium hidrogen phtalat / potasium biphthalat / KHC8H4O4


digunakan untuk menstandardisasi larutan asam perklorat.

11
Asam perklorat 0.1 N dalam asam asetat glasial

 Standardisasi
Timbang seksama lebih kurang 700 mg potasium biphthalat yang
sebelumnya telah digerus halus dan dikeringkan pada suhu 120°C
selama 2 jam, larutkan dalam 50 mL asam asetat glasial. Tambahkan 2
tetes kristal violet (100 mg of kristal violet dalam asam asetat glasial),
titrasi dengan asam perklorat hingga warna larutan berubah dari
ungu ke biru-hijau. Lakukan titrasi blanko.

1 mL asam perklorat 0.1 N setara dengan 20.422 mg potasium


biphtalat

12
Larutan metoksida 0.1 N dalam toluen-metanol

Pembuatan
Campuran 40 mL metanol dan 50 mL toluen dimasukkan ke dalam
wadah kering bertutup. Tambahkan 4 g logam potasium ke dalam
campuran di atas sedikit demi sedikit, gojog hingga larut. Tambahkan
metanol hingga terbentuk larutan yang jernih. Tambahkan 50 mL
toluen, gojog hingga campuran berkabut. Ulangi proses tersebut
dengan penambahan metanol dan toluen hingga volume larutan
menjadi 1 L. Lakukan penambahan metanol seminimal mungkin agar
didapatkan larutan yang jernih.

Sodium metoksida 0.1 N → 2.3 g logam natrium


Lithium metoksida 0.1 N → 0.7 g logam lithium

Reaksi pelarutan logam merupakan reaksi yang eksotermik, sehingga


harus dilakukan perlahan-lahan dengan pendinginan yang cukup.

13
Larutan metoksida 0.1 N dalam toluen-metanol

Standardisasi
Masukkan 10 mL dimethylformamide (DMF) ke dalam wadah
tertutup, tambahkan 3-4 tetes indikator timol biru dan lakukan
netralisasi tapak asam dalam DMF dengan titrasi menggunakan
lithium metoksida 0.1 N dalam toluen-metanol. Tambahkan 0.06 g
asam benzoat dan titrasi segera dengan larutan yang akan
distandardisasi.

14
Larutan metoksida 0.1 N dalam toluen-metanol

Lakukan titrasi dengan hati-hati untuk mengindari kontaminasi


larutan dengan lembab dan karbondioksida dari udara.

Kedua reaksi tersebut akan menyebabkan larutan menjadi keruh.

15
Jenis analit

Titrasi bebas air dapat digunakan untuk menetapkan kadar senyawa


yang bersifat asam maupun basa.

1. Senyawa basa
a. Amina primer, sekunder dan tersier
b. Halogen acid salts of bases
c. Komponen heterosiklik yang mengandung atom N
d. Oxazoline
e. Amonium kuartener

2. Senyawa asam

16
Amina

Reaksi umum amina primer dan asam perklorat:

Analisis Methyldopa (amina primer)

Prosedur: Timbang seksama lebih kurang 200 mg methyldopa,


larutkan dalam 15 mL asam format anhidrat, 30 mL asam asetat
glasial dan 30 mL dioksan. Tambahkan 0.1 mL larutan kristal violet
dan titrasi dengan asam perklorat 0.1 N. Lakukan titrasi blanko.

17
Amina
Analisis Methacholine chloride (amina tersier)

Prosedur: Timbang seksama lebih kurang 400 mg methacholine


chloride (yang sebelumnya telah dikeringkan dan disimpan dalam
desikator vakum), larutkan dalam 50 mL asam asetat glasial,
tambahkan 10 mL larutan merkuri asetat, satu tetes larutan kristal
violet, titrasi dengan asam perklorat 0.1 N hingga larutan berwarna
biru-hijau. Lakukan titrasi blanko.

Merkuri asetat : mencegah interferensi HCl dengan terbentuknya


HgCl2 yang tidak terionisasi

18
Amina

Analisis TBA dengan indikator visual :


Bisacodyl, chlordiazepoxide, codein phosphate, ethambutol hydrochloride,
levodopa, metronidazole, nicotinamide, salbutamol sulphate

Analisis TBA secara potensiometri :


Diazepam, mebendazole, metformin hydrochloride, scopolamine
hydrobromide, trimetoprim

19
Halogen acid salts of bases

Klorida, bromida, dan iodida merupakan basa yang sangat lemah


sehingga tidak dapat bereaksi secara kuantitatif dengan asam
perklorat dalam asam asetat. Oleh karena itu, digunakan merkuri
asetat (tidak terdisosiasi dalam larutan asam asetat) untuk
mengganti ion halida dengan sejumlah ekivalen ion asetat yang akan
berlaku sebagai basa kuat dalam asam asetat.

20
Halogen acid salts of bases
Analisis Amitriptyline Hydrochloride

Prosedur : Timbang seksama lebih kurang 1000 mg dan larutkan 50


mL asam asetat glasial, jika perlu panaskan dahulu. Dinginkan,
tambahkan 10 mL larutan merkuri asetat, 2 tetes larutan kristal violet
dan titrasi dengan asam perklorat 0.1 N hingga warna larutan
berubah menjadi hijau. Lakukan titrasi blanko.

Contoh : amantadine hydrochloride, chlorpromazine hydrochloride,


clonidine hydrochloride, diphenhydramine hydrochloride, ephedrine
hydrochloride, morphin sulphate, neostigmine bromide, phenytoin
sodium, thiabendazole
21
Senyawa asam
Asam lemah dapat dititrasi secara TBA dengan pelarut yang tepat
untuk menghasilkan titik akhir yang tajam. Termasuk asam lemah
diantaranya : anhidrida asam, asam karboksilat, asam amino, halida
asam, enol (barbiturat dan xanthines), sulphonamides, fenol, imida,
pirol
Analisis Ethosuximide

Timbang seksama lebih kurang 200 mg, larutkan ke dalam 50 mL


DMF, tambahkan 2 tetes larutan azo-violet dan titrasi dengan sodium
metoksida 0.1 N sehingga warna larutan berubah menjadi biru.
Lakukan titrasi blanko.

Contoh : acetazolamide, allopurinol, asam nalidiksat 22


Mycophenolate mofetil (1) Famotidine (2, asam perklorat, asam asetat)

Dipyridamole (1,
Ofloxacin (1, asam perklorat, asam asetat) asam perklorat,
asam asetat)

Thiamine HCl (2, asam


Rutin (2, tetrabutil ammonium hidroksida, DMF) perklorat, asam asetat) 23
24
Perubahan warna indikator

Colour change observed


Indicator
Base Netral Acid
Crystal violet Violet Blue-green Yellowish green
Oracet blue B Blue Purple Pink
α-naphtolbenzein Blue or blue-green Orange Dark green
Quinalidine red Magenta - Almost colourless

25

Anda mungkin juga menyukai