Anda di halaman 1dari 34

PROSES ADAPTASI

PSIKOLOGIS IBU
MASA NIFAS

Oleh:
Hj. Darmayanti.SKM.M.Kes
PENDAHULUAN
Periode post partum menyebabkan stres emosional
terhadap ibu baru, bahkan lebih menyulitkan bila terjadi
perubahan fisik yang hebat .Faktor-faktor yang
mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi
orang tua pada masa post partum adalah;
 Respon dan dukungan dari keluarga dan teman

 Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan


serta aspirasi
 Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang
lain
 Pengaruh budaya
Periode menurut Rubin
1. Taking in
 Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu
pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya
tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya.
 Ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu
melahirkan
 Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk
memulihkan tubuh dari kelelahan dan mencegah
gangguan tidur
 Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk proses
pemulihan, disamping nafsu makan ibu meningkat
2. Taking hold
 Berlangsung 2-4 hari postpartum

 Perhatian terhadap fungsi tubuh

 Ibu perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua


dan meningkatkan tanggung jawab pada bayi, berusaha
keras untuk menguasai ketrampilan untuk merawat bayi
 Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu
perasaannya sangat sensitif sehingga mudah tersinggung
jika komunikasinya kurang hati-hati.
 Ibu memerlukan dukungan, cendrung menerima nasihat
dari bidan, karena terbuka menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga
tumbuh rasa percaya diri.
3. Letting go

 Terjadi setelah ibu pulang kerumah dan sangat


berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang
diberikan keluarga

 Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi

 Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan


ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri
dan bayinya meningkat
 Ibu mengalami perubahan besar pada fisik dan fisiologis:
 Penyesuaian yang sangat besar baik tubuh dan psikis

 Mengalami stimulasi dan kegembiraan yang luar biasa

 Menjalani proses eksplorasi dan asimilasi realitas


bayinya
 Berada dibawah tekanan untuk cepat menyerap
pembelajaran
 Merasa tanggungjawab luar biasa yang dipikulnya
sekarang menjadi nyata
 Akibat perubahan yang dialami oleh ibu:
 Mengalami sedikit perubahan perilaku

 Sesekali mengalami kerepotan

 Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk


bimbingan dan pembelajaran
 Pada saat yang sama, ibu baru mungkin mengalami
frustasi:
 Merasa tidak kompeten

 Tidak mampu mengontrol situasi


Apakah semua ibu postpartum mengalami
perubahan ini ?

 Semua wanita mengalami perubahan ini


 Intensitas dan koping terbaik apa yang dilakukan ibu
terhadap perubahan ini dapat bervariasi tergantung
pada tempat ibu tinggal
 Dirumah: wanita belajar dan membuat penyesuaian
dalam keamanan dan kenyamanan lingkungannya
sendiri yang ia berusaha untuk mengendalikannya
 Di rumah sakit: dukungan ini kurang

Perasaan frustasi dan rentan berlanjut sehingga terjadi


postpartum blues
POSTPARTUM BLUES
 Postpartum Blues/kemurungan masa nifas merupakan
sebagian besar gejala-gejala psikologis yang dialami
wanita setelah kelahiran bayi.

 Kondisi ini merupakan fenomena postpartum awal,


terjadi pada hingga 70% wanita
Penyebab:
 Lingkungan kelahiran yang tidak mendukung,
perubahan hormonal yang cepat, atau keraguan
terhadap peran baru. Bukan sebagai latar belakang
yang konsisten

 Gangguan tidur yang tidak dapat dihindari berperan


dalam proses ini.

 Postpartum blues biasanya dimulai beberapa hari


setelah kelahiran sampai 10-14 hari
Karakteristik postpartum blues

 Menangis
 Merasa letih karena melahirkan

 Agitasi atau gelisah

 Perubahan alam perasaan

 Menarik diri

 Reaksi negatif terhadap anak atau keluarga


Faktor pendukung

 Melahirkan digambarkan sebagai pengalaman “puncak”

 Perawatan diri yang tidak adekuat atau tidak mendapat


perawatan yang tepat

 Bayangan kelahiran tidak sesuai dengan apa yang


dialami

 Merasa diabaikan
Penatalaksanaan

 Bicarakan dengan seseorang


 Dukungan yang konsisten dari keluarga dan pemberi
asuhan
 Meyakinkan kembali bahwa ibu tidak “menjadi gila”

 Memberi kesempatan untuk istirahat

 Dukungan positif terhadap keberhasilan ibu dalam


menjadi orangtua bayi yang baru dilahirkan
 Bila lebih parah pastikan ibu dan bayinya ada yang
menemani selama beberapa hari/minggu
 Beri kesempatan pada ibu untuk bertanya

 Bicarakan apa yang terjadi selama proses persalinan dan


biarkan ibu mengungkapkan apa yang dirisaukan

 Biarkan bayi bersama ibu

 Beri dukungan atau dorongan pada ibu untuk merawat


bayinya
 Tujuan kunjungan awal postpartum diantaranya
mengkaji alam perasaan ibu

 Postpatum blues akan hilang dengan sendirinya

 Depresi alam perasaan persisten dalam beberapa minggu


pertama postpartum memerlukan pengkajian depresi
pospartum
DEPRESI POSTPARTUM

 Depresi postpartum merupakan reaksi psikologis yang


lebih parah dari kemurungan masa nifas

 Ibu yang berisiko tinggi:


 Ibu yang mengalami depresi
 Ibu yang rasa percaya diri rendah
 Ibu yang tidak mempunyai jaringan

dukungan
 Ibu yang bayinya meninggal atau

menyandang masalah
Gejala

 Tidak bisa tidur


 Tidak ada nafsu makan

 Merasa tidak dapat merawat diri dan bayinya

 Berfikir untuk menciderai bayi dan dirinya

 Halusinasi

 Tidak bisa berfikir jernih

 Berprilaku aneh

 Kehilangan sentuhan/hubungan dengan kenyataan

 Menyangkal bayi anaknya


KESEDIHAN DUKA CITA

 Berduka adalah akhir yang lain dari kemungkinan emosi


yang berat pada masa mengasuh anak. Berduka yang
besar adalah karena kematian bayi meskipun kematian
terjadi saat kehamilan. Kematian janin terjadi tiba-tiba
dan tidak terduga

 Bidan harus memahami respon psikologis untuk


membantu melalui masa berduka dengan cara yang
sehat.
 Berduka adalah respon psikologis terhadap kehilangan.

 Proses berduka terdiri dari tahap atau fase


identifikasi respon tersebut.

 Tugas berduka bergerak melalui tahap proses berduka


menuju resolusi berduka dalam pembentukan hubungan
baru yang signifikan.

 Berduka adalah proses normal dan tugas berduka


penting agar berduka tetap normal.
Manifestasi perilaku berduka
abnormal/patologis:
 Pengindraan dan distorsi pernyataan emosi berduka
normal
 Depresi agitasi/kegelisahan
 Mengalami gejala penyakit terakhir yang diderita
yang meninggal
 Aktivitas merusak
 Kehilangan pola interaksi sosial
 Perlekatan yang abnormal terhadap milik orang yang
telah meninggal
 Kehilangan harga diri
Proses berduka sangat bervariasi, tergantung
pada:
 Apa yang hilang

 Persepsi dan keterlibatan individu terhadap yang hilang

 Kehilangan maternitas :

 Wanita yang mengalami masalah infertilitas

 Kehilangan bayi

 Mempunyai bayi yang dapat terus hidup tetapi


kehilangan harapan
 Kehilangan sebagai faktor penyebab postpartum blues
Tahap-tahap berduka :

Tahap pertama berduka adalah syok

 Merupakan respon awal individu terhadap kehilangan

Manifestasi prilaku dan perasaan


 Penyangkalan

 Ketidak percayaan

 Putus asa

 Marah

 Ketakutan

 Rasa bersalah
 Kekosongan
 Kesendirian
 Kesepian
 Kesedihan
 Isolasi
 Mati rasa
 Menangis
 Memikirkan diri sendiri (introversi)
 Tidak rasional
 Bermusuhan
 Kebencian
 Kegetiran
 Kewaspadaan akut
 Kurang inisiatif
 Tindakan mekanis
 Mengasingkan diri
 Berkhianat
 Pengabaian
 Frustasi
 Memberontak
 Kurang konsentrasi
Manifestasi fisik :

 Gelombang distres somatik berlangsung 20-60 menit


 Menghela nafas panjang

 Penurunan BB

 Anoreksia

 Tidur tidak tenang

 Keletihan
 Kegelisahan
 Kurus dan lesu

 Rasa penuh ditenggorokan

 Tersedak

 Nafas pendek

 Mengeluh dan tersiksa karena nyeri dada

 Gemetar

 Kelemahan umum dan kelemahan tertentu pada tungkai


Tahap kedua berduka adalah penderitaan

 Penerimaan terhadap fakta kehilangan dan upaya


penyesuaian terhadap realita yang harus dilakukan

 Peristiwa yang menyebabkan dan terjadi disekitar


kehilangan akan selalu terkenang. Saat individu
meneruskan tugas berduka dominasi kehilangan secara
bertahap berubah menjadi ansietas terhadap masa depan.
Tahap ketiga berduka adalah resolusi

 Merupakan fase menentukan hubungan baru yang


bermakna.

 Pada periode ini seorang yang berduka menerima


kehilangan, penyesuaian telah komplek dan individu
kembali pada fungsinya secara penuh Kemajuan ini
berasal dari penanaman kembali emosi seseorang pada
hubungan lain yang bermakna

 Penanaman emosi ini tidak berarti bahwa objek yang


hilang telah digantikan.
 Ketika kehilangan yang dialami ibu adalah kematian
bayi Penting untuk merasakan keberadaan bayi agar
dapat menerima realitas kematian

 Sebaliknya seluruh urutan kehamilan-kehidupan-


kematian menjadi subjek fantasi, imajinasi dan ilusi
berupa mimpi-khayalan belaka: sulit untuk dipahami dan
diterima dan dihilangkan.

 Secara periodik wanita membayangkan tentang


kehamilan, melahirkan, mengasuh
 Penerimaan dan pengakuan fakta kehamilan bangkit
kembali, mengativasi atau muncul khayalan

 Gerakan bayi dapat menguatkan khayalan sebagai


bentuk hidup khayalan tsb. Khayalan berlanjut meliputi
karakteristik fisik kepribadian anak, impian interaksi,
proyeksi pertumbuhan, maturitas dan kehidupan anak.

 Kehilangan tidak hanya bayi yang dikandung tetapi juga


kehilangan semua impian dan khayalan jauh kemasa
depan. Terdapatnya rasa kehilangan bagian dirinya yang
nyata
Tindakan yang membantu orangtua mengalami
kenyataan keberadaan bayinya dan sekaligus
memfasilitasi berduka yang sehat :

 Meminta mereka melihat, menyentuh dan memeluk bayi


yang meninggal

 Menganjurkan mereka memberi nama pada bayi

 Memberi mereka cap sepasang telapak kaki, foto, seikat


rambut

 Menganjurkan mereka untuk melakukan pemakaman


Ketika kehilangan yang dialami ibu adalah
kehilangan harapan akan anak yang
sempurna karena adanya abnormalitas
 Penting bagi orangtua untuk mengalami berduka
terhadap kehilangan kesempurnaan anak mereka, semua
khayalan dan impian yang mereka punya tentang
penampilan dan potensi anak mereka
 Berduka ini penting agar meraka merasa bebas
menerima dan mengikatkan diri kepada anak.
 Hal ini merupakan proses yang lama dan menyakitkan
dan terjadi sepanjang waktu. Kadang merasa kehilangan
harga diri akibat dari persepsi mereka bahwa ketidak
sempurnaan secara negatif merefleksikan diri mereka
Tindakan yang membantu orangtua melalui proses
berduka dan memfasilitasi perlekatan :
 Menyediakan lingkungan yang aman, sabar,
mendengarkan
 Lingkungan yang menfasilitasi ventilasi perasaan negatif
dan permusuhan, penolakan, kemarahan kepada RS,
profesi kesehatan, Tuhan, diri sendiri dan orang lain
 Penting untuk menerima manifestasi lain seperti:
kebutuhan orangtua untuk berulangkali mengenang
dan menceritakan pengalaman dan perasaan,
kebutuhan mereka terhadap informasi yang akurat
tentang penyebab dan implikasi abnormal bayi mereka.
 Tindakan lain meliputi penerimaan bayi oleh profesi
kesehatan, mengakui individualitas bayi dan
karakteristik lainnya dan ketulusan perawatan terhadap
bayi

Tanggungjawab bidan :

 Tanggungjawab utama bidan dalam peristiwa kehilangan


adalah membagi informasi tersebut dengan orangtua

 Mendorong dan menciptakan lingkungan yang aman


untuk mengungkapkan emosi berduka

Anda mungkin juga menyukai