Tujuan Khusus.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan ini penulis mampu:
• Melakukan pengkajian, identifikasi klien dengan Covid-19.
• Menganalisa dan merumuskan diagnosa keperawatan yang diperoleh
dari pengkajian.
• Menyusun rencana keperawatan.
• Melaksanakan tindakan keperawatan, berdasarkan rencana yang telah
disusun dalam intervensi keperawatan.
• Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
berdasarkan kriteria standar.
PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan berdasarkan pemilihan studi kasus
literatur jurnal publikasi asuhan keperawatan yang telah
ditentukan dan disetujui.
Menurut Fathiyah, (2020) Virus Corona merupakan keluarga Coronaviridae, virus
DEFINISI dengan untaian tung- gal, positive-sense RNA genome sekitar 26- 32 kb dan
merupakan genom terbesar untuk virus RNA. Istilah coronavirus berdasarkan
penampakan virion pada membran virus ber- bentuk taji-taji menyerupai mahkota
atau dalam bahasa latinnya adalah Corona. Virus Corona digolongkan dalam
subfamily Coro- navirinae, family Coronaviridae, order Nido- virales. Terdapat empat
genera virus Corona yaitu Alphacoronavirus (αCoV), Betacorona- virus (βCoV),
Deltacoronavirus (δCoV) dan Gammacoronavirus (γCoV). Analisis evolusi
menyatakan kelelawar dan hewan pengerat merupakan sumber genetik sebagian
besar αCoV dan βCoV sedangkan unggas merupakan sumber gen dari sebagian
besar δCoV dan γCoV. Virus COVID 19 adalah Betacorona- virus yang hampir sama
dengan coronavitus penyebab SARS. Virus Corona memiliki ge- nom terbesar dan
banyak mutasi delesi dan sering terjadi rekombinasi sehingga muncul galur baru.
ETIOLOGI
Analisis filogenetik menunjukkan COVID-19 merupakan bagian dari subgenus
Sarbecovirus dan genus Betacoronavirus. Penelitian lain menunjukkan
protein (S) memfasilitasi masuknya virus corona ke dalam sel target. Proses
ini bergantung pada pengikatan protein S ke reseptor selular dan priming
protein S ke protease selular. Penelitian hingga saat ini menunjukkan
kemungkinan proses masuknya COVID-19 ke dalam sel mirip dengan SARS.4
Hai ini didasarkan pada kesamaan struktur 76% antara SARS dan COVID-19.
IDENTITA
S No. Rekam Medis
Diagnosa Medis
: 12345
: covid-19
Nama : Tn. X
Alamat : China-Wuhan
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 37 Tahun
Agama : Budha
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Sumber informasi : Pasien dan istri
Jam MRS : 09 : 00 Wib
Jam Pengkajian : 10: 00 Wib
TINJAUAN Keluhan utama : pasien mengatakan badan panas, batuk kering, nyeri
dada.
KASUS Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengatakan pada tanggal 10 januari
2020 pukul 09.00 wib pasien merasakan badan terasa panas, mengalami
batuk kering, dan sakit nyeri dada. Sudah berbagai cara pengobatan namun
tidak ada kemajuan dan pasien merasa tidak ada perubahan kemudian
pada tanggal 11 februari pasien di antar ke igd rs huo shen shan wuhan
didapatkan hasil dalam pemeriksaan fisik nyeri dada, nyeri timbul saat
dibuat bernapas, nyeri berkurang saat dibuat istirahat, nyeri seperti
tertusuk-tusuk, nyeri pada dada, skala nyeri 8, nyeri hilang timbul.
Pemeriksaan paru auskultasi lobus kanan/kiri : terdengar vesikuler
menguat, perkusi paru kanan/kiri : redup. Kemudian dilakukan tindakan
keperawatan ttv : td : 140/90 mmHg, nadi : 119x/mnt, rr: 40x/mnt, suhu :
38.8˚C, SpO2 : 85%, oksigen masker 10L/mnt.
A. Pemeriksaan sistem pernafasan (B1)
C. Pemeriksaan penunjang Periksaan CT dada menunjukkan beberapa infiltrasi di kedua paru, konsisten
dengan infeksi virus.Tes serum igG dan igM SARS-Cov, sars-cov 2 igM 2 terdeteksi dalam serumnya,
yang memastikan adanya infeksi SARS-Cov 2.
ANALISA DATA
Hari/ DATA ETIOLOGI MASALAH
Tgl/ Jam DS : pasien mengatakan
Selasa DS : pasien mengatakan nyeri dada SARS-CoV 2 NYERI AKUT badannya panas tidak Virus masuk menginfeksi HIPERTERMIA
06/10/20 P : pasien mengatakan nyeri timbul sembuh-sembuh sejak 1 tubuh
saat dibuat bernapas bulan yang lalu
P : pasien mengatakan nyeri Menginfeksi sal Memicu leukosit
berkurang saat dibuat istirahat pernapasan DO : k/u lemah, meningkat
Q : pasien mengatakan nyeri seperti composmentis,
tertusuk-tusuk gcs : 4.5.6 Pirogen eksogen dan
R : pasien mengatakan nyeri pada Jumlah virus meningkat TTV : TD : 140/90 mmHg, P : endogen dikeluarkan
dada 199x/mnt. RR : 40x/mnt
S : pasien mengakatakan skala nyeri suhu : 38.8˚C, Spo2 : 85%
8 memicu reseptor nyeri - akral pasien panas Merangsang
T : pasien mengatakan nyeri hilang BHSP - suhu : 38.8˚C endothelium
timbul - CT dada menunjukkan hipotalamus
mengirim sinyal ke beberapa infiltrasi di
DO : k/u lemah, composmentis, gcs : hipotalamus kedua paru, konsisten
4.5.6 dengan infeksi virus Terjadi peningkatan suhu
TTV : TD : 140/90 mmHg, P : 199x/mnt. - SARS-Cov-2 IgM pun tubuh
RR : 40x/mnt Nyeri dipresepsikan terdeteksi dalam
suhu : 38.8˚C, Spo2 : 85% serumnya, yang HIPERTERMIA
- pasien tampak gelisah NYERI AKUT memastikan adanya
- Pasien tampak menahan nyeri infeksi SARS-Cov-2.
- Skala nyeri 8
- CT dada menunjukkan beberapa
infiltrasi di kedua paru, konsisten
dengan infeksi virus
- SARS-Cov-2 IgM pun terdeteksi
dalam serumnya, yang
memastikan adanya infeksi SARS-
Cov-2.
DS : pasien mengatakan sesak
Kurangnya O2 dalam darah GANGGUAN PERTUKARAN
DO : k/u lemah, composmentis, gcs : 4.5.6 GAS
TTV : TD : 140/90 mmHg, P : 199x/mnt. RR :
40x/mnt Jaringan paru terisi cairan infeksi
suhu : 38.8˚C, Spo2 : 85% virus
- pasien tampak takipnea
- irama nafas irregular Ekspansi dada proses difusi
- pola nafas kusmaul terganggu
- suara nafas tambahan wheezing
- adanya infiltrasi kedua paru Pola napas abnormal
- Pemeriksaan paru auskultasi lobus
kanan/kiri : terdengar vesikuler GANGGUAN PERTUKARAN GAS
menguat,
- perkusi paru kanan/kiri : redup
- terpasang o2 masker 15lpm
- pasien semi fowler
- CT dada menunjukkan beberapa
infiltrasi di kedua paru, konsisten
dengan infeksi virus
- SARS-Cov-2 IgM pun terdeteksi dalam
serumnya, yang memastikan adanya
infeksi SARS-Cov-2.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis dibuktikan Diagnosa keperawatan pada Tn.X terdapat adanya ketidak kesesuaian dengan teori, pada
dengan pasien mengatakan nyeri dada, tampak gelisah
tampak menahan nyeri, Skala nyeri 8, CT dada teori disebutkan bahwa pada kasus covid-19 lebih memprioritaskan masalah system
menunjukkan beberapa infiltrasi di kedua paru,
konsisten dengan infeksi virus, SARS-Cov-2 IgM pun pernafasan karena virus tersebut masuk dan menyebar melalui pintu saluran pernafasan
terdeteksi dalam serumnya, yang memastikan adanya
infeksi SARS-Cov-2. dan lebih awal menginfeksi saluran pernafasan bagian atas. dan pada kasus ditemukan
untuk diagnosa keperawatan utama adalah nyeri akut. Adanya ketidak kesesuaian pada
2. Hipertermia b/d proses penyakit dibuktikan dengan
pasien mengatakan badannya panas tidak sembuh- diagnosa, pada Tn.X merasakan nyeri dada bila dibuat untuk bernapas karena adanya CT
sembuh sejak 1 bulan yang lalu, akral pasien panas,
suhu : 38.8˚C, CT dada menunjukkan beberapa infiltrasi scan dada menunjukkan beberapa infiltrasi kedua paru konsisten dengan infeksi virus
di kedua paru, konsisten dengan infeksi virus, SARS-
Cov-2 IgM pun terdeteksi dalam serumnya, yang dimana hal ini sangat mempengaruhi proses disufi karena keaadaan alveolus dan kapiler
memastikan adanya infeksi SARS-Cov-2. tidak berkembang sempurna melainkan mengalami kolap adanya cairan terinfeksi virus.
3. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane Pasien mengalami penurunan imun sehingga mudah terserang oleh virus covid-19 yang
alveolus-kapiler dibuktikan dengan pasien mengatakan
sesak, pasien tampak takipnea, irama nafas irregular, masuk melalui saluran pernapasan atas .Gejala nyeri dada semakin memburuk
pola nafas kusmaul, suara nafas tambahan wheezing,
adanya infiltrasi kedua paru, Pemeriksaan paru disebabkan oleh virus SARS-CoV 2 yang menginfeksi saluran pernafasan bagian atas, Virus
auskultasi lobus kanan/kiri : terdengar vesikuler mereplikasi diri dan membajak RNA sel u/menduplikasi RNA sendiri, memicu sel tidak lagi
menguat, perkusi paru kanan/kiri : redup, terpasang o2
masker 15lpm, CT dada menunjukkan beberapa infiltrasi berkembang u/ kesehatan tubuh sehinggal memicu terjadinya jumlah virus yang
di kedua paru, konsisten dengan infeksi virus, SARS-
Cov-2 IgM pun terdeteksi dalam serumnya, yang meningkat, reseptor nyeri BHSP aktif dan mengirim sinyal ke hipotalamus untuk
memastikan adanya infeksi SARS-Cov-2.
pasien posisi semi fowler. mempresepsikan rasa nyeri.
Intervensi Keperawatan
1. nyeri akut b/d agen pencegera fisiologis perencanaan yaitu Identifikasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, berikan
tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, kontrol Berdasarkan data di atas,
lingkungan yang memperberat rasa nyeri, jelaskan strategi meredakan terdapat kemiripan dan
nyeri, ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, perbedaan intervensi yang
kolaborasi pemberian analgetik.
dilakukan pada pasien dengan
2. Hipertermia b/d proses penyakit perencanaan yaitu Identifikasi
ketiga diagnosa keperawatan
penyebab hipertermia, monitor suhu tubuh, Anjurkan tirah baring,
secara teoritis dengan kejadian di
lapangan.
kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.
3. Gangguan Pertukaran gas b/d perubahan membrane alveolus-kapiler
perencanaan yaitu monitor kecepatan aliran oksigen, monitor
efektifitas terapi oksigen (seperti oksimetri, Analisa Gas Darah),
monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen,
bersihkan secret pada mulut, hidung, dan trakea→Jika perlu, gunakan
oksigen yang sesuai, kolaborasi penentuan dosis oksigen
.
Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Antara fakta dan teori yang didapat, implementasi yang dilakukan Pada
Tn. X di sesuaikan dengan rencana Tn.X implementasi yang dilakukan sesuai dengan teori yang ada
namun ada beberapa tindakan yang pelaksanaannya adanya
keperawatan yang sudah di susun pada kasus,
perbedaan terkait perkembangan ilmu kesehatan yang sudah
untuk diagnosa nyeri akut sesuai dengan
diterapkan di indonesia berbeda dengan di lur negri namun
tujuan yang ada di intervensi yaitu 3x24jam,
implementasi di indonesia juga dapat menurunkan angka covid-19 dan
hipertermia 1x24jam, dan gangguan dilakukan secara berulang-ulang karena untuk mengetahui
pertukaran gas 3x24 jam. perkembangan Tn.X Implementasi yang dilakukan secara berulang
dengan durasi/ jarak tindakan ke tindakan selanjutnya ± 15-20 menit
yaitu melakukan observasi tanda-tanda vital, identifikasi nyeri, dan cek
Spo2 (sistem pernapasan), mengotrol oksigenasi berulang karena pada
pasien dengan covid-19 sering mengalami perubahan pada tanda-tanda
vital, skala nyeri, saturasi oksigen dan dosis oksigen yang diberikan.
sehingga saat terjadi peningkatan atau penurunan melebihi batas
normal, dapat dilakukan penanganan dengan cepat dan segera.
Evaluasi
Dari hasil evaluasi yang diperoleh pada Tn.X dengan
diagnosa nyeri akut, hipertermia, gangguan pertukaran gas.
Setiap kurang lebih 24 jam dilakukan evaluasi menunjukkan
adanya peningkatan dan kesesuaian dengan teori
ditunjukkan dengan adanya perubahan pada indikator yang
menjadi acuan perubahan perkembangan keadaan pasien Dari hasil evaluasi atau catatan
dengan diagnosa keperawatan nyeri akut, hipertermia,
gangguan pertukaran gas yaitu terjadi penurunan NADI : perkembangan masalah yang dialami
88x/mnt, RR : 24x/mnt, Suhu : 37,5ºC , Spo2 : 98%, Skala
nyeri 5. klien belum teratasi dengan baik.
THANK YOU
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi