Anda di halaman 1dari 27

Gender dan Seksualitas

igo_jcc@yahoo.com
Ekonomi
Seksualitas

Sosial
Politik
Budaya

Agama Hukum
m i
Sek o
sua on
l itas Ek

Politik Hu
Sosial
a ku
a m m
Ag Buda
ya
KONSTRUKSI
SOSIAL
SEKS
GENDER
SEKSUALITAS
Seks
 Keadaan anatomis biologis, yaitu jenis
kelamin jantan (male) dan betina (female).
 Namun ada juga manusia yang memiliki

keduanya.
 Dalam penggunaan awam, istilah seks

kerapkali digunakan dalam arti “kegiatan


seksual.” (WHO, definisi kerja 2002)
Perempuan (betina, female):
 Menghasilkan ovum

 Penampilan jasmani (anatomi): klitoris


(kelentit) dan vagina (puki), payudara
(susu), organ reproduksi

 Susunan kromosom: XX
Laki-laki (jantan, male):
 Menghasilkan sperma

 Penampilan jasmani (anatomi): penis (pelir,


zakar) dan skrotum (buah pelir, buah zakar)

 Susunan kromosom: XY
Interseks
adalah istilah umum yang digunakan untuk
berbagai kondisi di mana seseorang lahir
dengan anatomi seksual dan reproduksi yang
tampaknya tidak sesuai dengan definisi tipikal
perempuan atau laki-laki.
◦ Atau orang dapat lahir dengan alat kelamin yang
tampak di antara tipe laki-laki dan perempuan yang
umum—misalnya, seorang anak perempuan
mungkin lahir dengan klitoris yang mencolok besar,
atau seorang anak laki-laki mungkin lahir dengan
penis yang mencolok kecil, atau dengan skrotum
yang terbelah sehingga berbentuk lebih mirip labia.
◦ Ada juga yg sebagian sel memiliki kromosom XX
dan yang lain XY.
(www.isna.org/faq/what_is_intersex)
Gender
 Konsep yang merujuk pada perbedaan2 antara
laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara
sosial, dapat ber-ubah2 dengan berlalunya waktu,
dan amat bervariasi di dalam dan antara budaya.
 Diperlawankan dengan ciri2 yang ditentukan secara
biologis, gender merujuk pada perilaku yang
dipelajari dan tuntutan menaati citra seseorang
tentang maskulinitas dan femininitas.
 Sebagai variabel sosio-ekonomi dan politik untuk
menganalisis peran, tanggung jawab, kendala dan
kesempatan, gender mempertimbangkan baik laki-
laki maupun perempuan.
(“A Glossary of Terms in Gender and Sexuality,
http://www.seaconsortium.net/autopagev3/fileupload/WedJuly2007-13-25-
6.pdf)
(Identitas) Gender:
1. Perempuan, wanita
2. Laki-laki, pria
3. Transgender perempuan  laki-laki
(calalai [Bugis], saramone [Bima], tomboi)
4. Transgender laki-laki  perempuan
(calabai [Bugis], sarasiwe [Bima], waria)
Transgender adalah istilah yang digunakan untuk
orang yang berperilaku seperti gender lainnya,
dalam berpakaian, gerak-gerik, dll. Transgender
menjalani kehidupan yang benar-benar beda, dan
sampai batas tertentu dikenal, diakui dan kadang
diterima oleh masyarakat.
Transvestit adalah istilah untuk orang yang
mendapatkan kenikmatan ataupun kepuasan
seksual, emosional atau spiritual dari memakai
pakaian gender lainnya. Sebagian transvestit
mengenakan pakaian gender lainnya untuk
pertunjukan atau hiburan.
Transeksual adalah orang yang mengalami
ketidakcocokan seks biologis bawaannya dengan
seks biologis yang dirasakannya nyaman.
Transeksual kadang menjalani prosedur medis
untuk mengubah seks fisiknya supaya sesuai
dengan identitas seks yang dikehendakinya
melalui perawatan hormon dan/atau operasi.
Seksualitas
1. Aspek inti manusia sepanjang hidupnya dan
meliputi seks, identitas dan peran gender,
orientasi seksual, erotisisme, kenikmatan,
kemesraan dan reproduksi.
2. Seksualitas dialami dan diungkapkan dalam
pikiran, khayalan, gairah, kepercayaan, sikap,
nilai, perilaku, perbuatan, peran dan hubungan.
Sementara seksualitas dapat meliputi semua
dimensi ini, tidak semuanya selalu dialami atau
diungkapkan.
3. Seksualitas dipengaruhi oleh interaksi faktor
biologis, psikologis, sosial, ekonomi, politik,
budaya, etika, hukum, sejarah, religi dan spiritual.
(WHO, definisi kerja 2002)
Dimensi-dimensi seksualitas (1):
 Perbuatan dan perilaku seksual
 Orientasi seksual
◦ Pada gender mana kita tertarik secara seksual:
heteroseksual, homoseksual, biseksual
◦ Bagaimana dengan ketertarikan pada transgender?
 Identitas seksual
◦ Identitas sosial berdasarkan orientasi seksual:
lesbi(an), gay, queer, “normal” dll.
Dimensi-dimensi seksualitas (2):

 Perbuatan dan perilaku seksual, orientasi


seksual, dan identitas seksual tidak selalu
berhubungan. Maksudnya, orang dapat saja
melakukan perbuatan atau perilaku seksual
tanpa didasari orientasi seksual tertentu
dan/atau memiliki identitas seksual tertentu.
Seksualitas

Proses pembentukan
Dorongan naluriah
sosial-budaya dari
yang ada sejak lahir
perilaku manusia
Freud & Alfred Kinsey JH. Gagnon & Wiliam Simon
Seksualitas

KONSTRUKSI
SOSIAL
Seks Betina Hermaphrodite Jantan

Gender Feminin Androgin Maskulin

Seksualitas Biseks Heteroseks Homoseks Selibat


/orientasi
Kesehatan seksual
(WHO 1979)
Integrasi aspek fisik, emosi, intelektual, dan sosial
kehidupan seksual dengan cara yang
memperkaya secara positif, dan yang
menonjolkan kepribadian, komunikasi dan cinta.
Setiap orang punya hak untuk menerima
informasi seksual dan mempertimbangkan
hubungan seks relationships demi kenikmatan
maupun keturunan.
Kesehatan seksual
(WHO 2002)
Kesehatan seksual adalah suatu keadaan
sejahtera secara fisik, emosi, mental dan
sosial dalam kaitannya dengan seksualitas;
bukan hanya tidak adanya penyakit,
disfungsi atau kekurangan. Kesehatan
seksual menuntut suatu pendekatan yang
positif dan penuh hormat terhadap
seksualitas dan hubungan seksual, selain
juga kemungkinan menjalani pengalaman
seksual yang nikmat dan aman, bebas dari
paksaan, diskriminasi dan kekerasan.
Hak-hak seksual
Hak-hak seksual menganut hak-hak asasi
manusia yang sudah diakui dalam undang-
undang nasional, dokumen-dokumen hak
asasi manusia internasional dan pernyataan-
pernyataan konsensus lainnya. Hak-hak ini
meliputi hak semua orang, bebas dari
paksaan, diskriminasi dan kekerasan, untuk:
 mencapai standar kesehatan setinggi-
tingginya, termasuk akses pada layanan
perawatan kesehatan seksual dan reproduksi;
 mencari, menerima dan menyampaikan
informasi yang berkaitan dengan seksualitas;
 mendapatkan pendidikan seksualitas;
 mempertahankan keutuhan tubuh;
 memilih pasangan;
 memutuskan untuk aktif secara seksual
atau tidak;
 menjalani hubungan seksual atas dasar
saling sepakat;
 menikah atas dasar saling sepakat;
 memutuskan untuk mempunyai anak atau
tidak, serta kapan mempunyai anak; dan
 menjalani kehidupan seksual yang
memuaskan, aman dan nikmat.

Penerapan hak-hak asasi manusia yang bertanggung


jawab menuntut semua orang menghargai hak
orang lain. (WHO, definisi kerja 2002)
Tengkyu..

Anda mungkin juga menyukai