Anda di halaman 1dari 20

DISTRESS SPIRITUAL

RONI INDRA WAHYUDI, S.KEP.,NS


Pengertian

Distress spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam


mengalami dan mengintegritaskan arti dan tujuan hidup
seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik, literature,
alam dan kekuatan yang lebih besar dari dirinya (Nanda,
2005)
Distress spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup
yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan
diintegrasikan biologis dan psikososial (varcarolis, 2000)
Distress spiritual adalah kegagalan individu menemukan
arti kehidupannya
Ditress Spiritual adalah keadaan dimana individu
atau kelompok mengalami atau berisiko
mengalami gangguan dalam sistem keyakinan
atau nilai yang memberi kekuatan, harapan, dan
arti kehidupan seseorang.
Batasan Karakteristik

Mayor (harus terdapat)


Mengalami suatu gangguan dalam system keyakinan
Batasan Karakteristik

Minor (mungkin terdapat)


1. Mempertanyakan makna kehidupan, kematian dan penderitaan
2. Mempertanyakan kredibilitas terhadap system keyakinan
3. Mendemonstrasikan keputusasaan atau ketidak beranian
4. Memilih untuk tidak melakukan ritual keagamaan yang biasa
dilakukan
5. Mempunyai perasaan ambivalen (ragu) mengenai keyakinan
6. Mengekspresikan bahwa dia tidak penya alas an untuk hidup
7. Merasakan perasaan kekosongan spiritual
8. Mengekspresikan perhatian, marah, dendam, ketakutan, penderitaan
dan kematian
9. Meminta bantuan spiritual terhadap suatu gangguan dalam system
keyakinan.
Karakteristik Distres Spritual menurut Nanda ada 4 hubungan dasar

1. Hubungan dengan diri


2. Hubungan dengan orang lain
3. Hubungan dengan seni, musik, literatur dan alam
4. Hubungan dengan kekuatan yaang lebih besar dari
dirinya
Hubungan dengan diri

1. Ungkapan kekurangan
a. Harapan
b. Arti tujuan hidup
c. Perdamaian/ketenangan
d. Penerimaan
e. Cinta
f. Memaafkan diri sendiri
g. keberanian
2. Marah
3. Kesalahan
4. Koping yang buruk
Hubungan dengan orang lain

Menolak berhubungan dengan tokoh agama


Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
Mengungkapkan pengasingan diri
Hubungan dengan seni, musik, literatur dan alam

Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas


(bernyanyi, mendengarkan, musik, menulis)
Tidak tertarik dengan alam
Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya

Ketidakmampuan untuk berdo’a


Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan keagamaan
Mengungkapkan terbuang oleh atau karena
kemarahan Tuhan
Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
Tiba-tiba berubah praktik agama
Ketidakmampuan untuk introspeksi
Mengungkapkan hidup tanpa harapan (menderita)
Etiologi

Pengkajian fisik –> Abuse


Pengkajian Psikologis -> status mental, mungkin
adanya depresi, marah, kecemasan, ketakutan,
makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah,
dan pemikiran yang bertentangan
Pengkajian sosial budaya -> kurangnya dukungan
sosial dalam memahami keyakinan klien
Pengkajian spritual “FICA”
 F (Faith atau Keyakinan) : apa keyakinan
saudara? Apakah saudara memikirkan diri
sendiri menjadi seorang yang spritual atau
relegius? Apa yang saudara pikirkan tentang
keyakinan saudara dalam pemberian makna
hidup?
 I (Importance dan Influence) : apakah hal ini
penting dalam kehidupan saudara? Apa
pengaruhnya terhadap bagaimana saudara
melakukan perawatan terhadap diri sendiri?
Dapatkah keyakinan saudaara mempengaruhi
perilaku selama sakit?
 C (Community) : apaakah saudara bagian dari
sebuah komunitas spritual atau religius?
Apakah komunitas tersebut mendukung
saudara dan bagaimana? Apakah ada
seseorang di dalam kelompok tersebut yang
bennar-benar saudara cintai atau seberapa
penting bagi saudara?
 A (Address) : bagaimana saudara akan
menghargai saya sebagai seorang perawat untuk
membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
 Pengkajian aktifitas sehari-hari pentting
mendengarkan pernyataan berikut
 Perasaan ketika gagal
 Perasaan tidak stabil
 Perasaan ketidakmampuan mengontrol diri
 Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting
dalam kehidupan
 Perasaan hampa
Faktor predisposisi

Faktor biologi
Gangguan pada dimensi biologis akan
mempengaruhi fungsi kognitif seseorang sehingga
akan mengganggu proses interaksi dimana dalam
proses interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman
yang penting bagi perkembangan spiritual seseorang.
Faktor sosiokultural
meliputi usia, gender, pendidikan,okupasi , posisi
sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik,
pengalaman dan tingkatan sosial.
Faktor Presipitasi

Kejadian stessful
 Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat
terjadi karena perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan
dengan orang yang terdekat karena kematian, kegagalan dalam
menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain,
lingkungan dan zat yang maha tinggi.
Ketegangan hidup
 Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap
terjadinya distres spiritual adalah ketegangan dalam
menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan
ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam
keluarga, kelompok maupun komunitas
Tujuan : klien mampu menyatakan mencapai
kenyamanan dari pelaksanaan praktik spiritual
sebelumnnya dan merasa kehidupannya
berarti/bermakna
Intervensi

bina hubungan saling percaya dengan pasien,


kaji faktor penyebab distress spiritual pada pasien,
bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran
terhadap agama yang diyakininya
bantu klien mengembangkan kemampuan untuk
mengatasi perubahan spritual dalam kehidupan
Intervensi

Fasilitasi klien dengan alat-alat ibadah sesuai


keyakinan klien,
Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri
atau dengan orang lain,
Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan
keagamaan.

Anda mungkin juga menyukai