Anda di halaman 1dari 27

Kontijens

i Bencana
Kelompok 3
 Alfina Mahayana
(2006103020057)
 Arya Fanonta
(2006102030078)
 Fany Fadhilla
(1806102020024)
 Pocut Aurellia Irham
(1806102020034)
 Rosalia
 (1806102020002)
DAFTAR ISI

Proses
Pengertian
01
01 03 Perencaan
Kontinjensi
Kontinjensi

Perencanaan
02
02 04 Kontinjensi
Kontinjensi Bencana Aceh
• Gambaran Umum
• Penilaian Bahaya
• Pengembangan
Skenario
• Kebijakan Dan
Strategi
PENGERTIAN KONTIJENSI

Kontinjensi adalah suatu kondisi yang bisa terjadi, tetapi belum tentu benar-benar
terjadi. Perencanaan kontinjensi merupakan suatu upaya untuk merencanakan sesuatu
peristiwa yang mungkin terjadi, tetapi tidak menutup kemungkinan peristiwa itu tidak akan
terjadi. Oleh karena ada unsur ketidak-pastian, maka diperlukan suatu perencanaan untuk
mengurangi akibat yang mungkin terjadi.
Rencana kontinjensi harus dibuat secara bersama-sama oleh semua pihak
(stakeholders) dan multi-sektor yang terlibat dan berperan dalam penanganan bencana.
Termasuk dalam kaitan ini adalah pemerintah (sektor-sektor yang terkait), perusahaan
negara/daerah, sektor swasta, organisasi non-pemerintah/LSM, lembaga internasional dan
masyarakat, serta pihak-pihak lain yang terkait/relevan dengan jenis bencananya.
PERENCANAAN KONTINJENSI

Perencanaan Kontinjensi (Contingency Planning) adalah ”suatu


proses perencanaan ke depan, dalam keadaan yang tidak menentu,
dengan membuat skenario dan tujuan berdasarkan kesepakatan,
menetapkan tindakan teknis dan manajerial serta sistem tanggapan
dan pengerahan potensi untuk mencegah atau menanggulangi secara
lebih baik dalam situasi darurat atau kritis”.
PROSES PERENCANAAN KONTINJENSI
Kontinjensi
Bencana
Aceh
PETA DUNIA

Aceh
Gambaran Umum
Lokasi

Aceh yang terletak di ujung Barat Laut Sumatera (2o- 6o Lintang


Utara dan 94o-98o Bujur Timur) dengan ibukota Banda Aceh,
memiliki luas wilayah 56.758,85 km2 atau 5.675.850 Ha (12,26
persen dari luas pulau Sumatera), wilayah lautan sejauh 12 mil
seluas 7.479.802 Ha dengan garis pantai 2.666,27 km. Secara
administratif pada tahun 2009, Aceh memiliki 23 kabupaten/kota
yang terdiri dari 18 kabupaten dan 5 kota, 278 kecamatan, 755
mukim dan 6.423 gampong atau desa.
Untuk kelembaban udara rata-rata maksimum terjadi di
bulan September yaitu sebesar 83% dan minimum di bulan Mei
yaitu sebesar 77%. Bisa disimpulkan pada bulan-bulan tertentu,
Aceh mendapat pasokan air yang cukup banyak.

Sept.
(83%)
Mei
(77%)
PENILAIAN BAHAYA
Sistem Perencanaan Penanggulangan Bencana di Aceh membagi penyelenggaraan
penanggulangan bencana dalam beberapa zona penanggulangan bencana yang disebut
ZPPBA. Ancaman bencana prioritas yang ditetapkan dalam ZPPBA adalah ancaman bencana
gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan banjir. Ancaman bencana ini berdasarkan
kajian risiko bencana berada pada Tingkat Risiko Bencana Tinggi di Aceh.

Dengan prioritas tertinggi, maka ancaman bencana banjir harus


segera diantisipasi. Berbagai upaya antisipasi ancaman ini dapat
dikembangkan dalam suatu dokumen perencanaan kontinjensi bencana.
PENGEMBANGAN SKENARIO
Skenario bencana yang menjadi dasar dalam penyusunan rencana kontinjensi perlu dikembangkan untuk
membentuk suatu prakiraan awal yang lebih detail terkait upaya kesiapsiagaan yang perlu dilaksanakan. Prakiraan awal
ini diharapkan dapat membentuk deskripsi tantangan yang perlu diantisipasi dalam operasi tanggap darurat bencana
banjir di ZPPBA.
Pada perhitungan, jiwa terpapar yang dihitung untuk pada tingkat risiko rendah, sedang dan tinggi. Dari tabel ini terlihat
bahwa proyeksi penduduk terdampak akibat bencana banjir di ZPPBA adalah sebanyak 694.898 orang di 33 kecamatan
pada 3 kabupaten/kota. Pengembangan skenario dapat dilaksanakan berdasarkan aspek-aspek yang mungkin terdampak
akibat bencana banjir. Aspek-aspek tersebut adalah:

1. Aspek Penduduk;
2. Aspek Fasilitas Kritis;
3. Aspek Ekonomi;
4. Aspek Pemerintahan;
5. Aspek Lingkungan.

Pengembangan skenario berdasarkan aspek-aspek ini diharapkan mampu memberikan dasar bagi kebijakan dan strategi
yang diterapkan dalam Fase Kesiapsiagaan Banjir di Aceh.
KEBIJAKAN STRATEGI

Perencanaan kontinjensi bencana pada dasarnya adalah menghitung, mempersiapkan dan memobilisasi
pemenuhan kebutuhan operasi tanggap darurat dengan mengembangkan pola kemitraan dan transparansi untuk
tetap menjaga standar kualitas kehidupan masyarakat korban bencana secara bermartabat. Untuk menjamin
ketercapaian suatu perencanaan, dibutuhkan informasi yang akurat berdasarkan survey dan pembelajaran
terhadap kejadian yang pernah menimpa pada masa lalu. Secara singkat faktor kunci yang telah diidentifikasi
sebelumnya dapat memperlihatkan pola kebijakan yang perlu diambil untuk menjamin terselenggaranya operasi
kedaruratan yang efektif dan tetap melindungi hak dasar korban bencana secara bermartabat.

Dari 7 faktor kunci, maka dapat diperoleh 3 kebijakan utama untuk Rencana Kontinjensi Bencana Banjir Di ZPPBA.
Kebijakan ini langsung diturunkan menjadi strategi kerja sebagai dasar penyusunan sasaran setiap kegiatan yang
akan dilaksanakan dalam operasi tanggap darurat bencana banjir di ZPPBA.
1. Operasi
1. Operasi tanggap
tanggap darurat
darurat bencana
bencana dilaksanakan
dilaksanakan berdasarkan
berdasarkan data
data yang
yang valid
valid dan
dan
selalu diperbarui.
selalu diperbarui.

2. Operasi
2. Operasi tanggap
tanggap darurat
darurat bencana
bencana dilaksanakan
dilaksanakan berdasarkan
berdasarkan prosedur
prosedur dan
dan memenuhi
memenuhi
standar pelayanan
standar pelayanan yang
yang telah
telah ditentukan.
ditentukan.

3. Mengoptimalkan
3. Mengoptimalkan kapasitas
kapasitas masyarakat
masyarakat terpapar
terpapar dalam
dalam melaksanakan
melaksanakan evakuasi
evakuasi dan
dan
operasi tanggap
operasi tanggap darurat
darurat bencana.
bencana.
4. Memutuskan
4. Memutuskan status
status darurat
darurat bencana
bencana diambil
diambil berdasarkan
berdasarkan data
data yang
yang valid
valid yang
yang
disesuaikan dengan
disesuaikan dengan kemampuan
kemampuan anggaran.
anggaran.

5. Mengumpulkan
5. Mengumpulkan data
data rinci
rinci dan
dan memiliki
memiliki tingkat
tingkat validasi
validasi yang
yang tinggi
tinggi untuk
untuk
menghimpun sumber
menghimpun sumber daya
daya pemerintah
pemerintah dan
dan organisasi
organisasi non
non pemerintah
pemerintah serta
serta dunia
dunia usaha
usaha
untuk operasi
untuk operasi tanggap
tanggap darurat
darurat bencana.
bencana.

6. Menyediakan
6. Menyediakan alternatif-alternatif
alternatif-alternatif sarana
sarana komunikasi
komunikasi darurat
darurat bencana
bencana dalam
dalam
menyediakan data
menyediakan data lapangan
lapangan yang
yang akurat.
akurat.
PERENCANAAN SEKTORAL Perencanaan Sektoral ........................................................
Sinkronisasi/Harmonisasi ....................................................
Formalisasi ........................................................................

Langkah pertama dalam perencanaan sektoral adalah identifikasi kegiatan. Semua


kegiatan untuk penanganan kedaruratan harus diidentifikasi agar semua permasalahan
dapat ditangani secara tuntas, tidak terdapat kegiatan yang tumpang tindih dan tidak ada
 kegiatan penting yang tertinggal.
Para pelaku/pelaksana penyusunan rencana kontinjensi tergabung dalam sektor-sektor
(misalnya: Manajemen dan Koordinasi, Evakuasi, Pangan dan Non-Pangan, Kesehatan,
Transportasi, Sarana/Prasarana).
Tentang sektor ini, jumlah dan nomenklaturnya ditentukan oleh para pelaku
penyusunan rencana kontinjensi. Tidak ada ketentuan yang pasti/baku dalam
menentukan jumlah maupun penamaan untuk sektor-sektor.

SITUASI SEKTORAL SASARAN SEKTOR

Situasi sektor merupakan gambaran kondisi


Dimaksudkan sebagai sasaran-sasaran yang
(terburuk) pada saat kejadian, yang
akan dicapai dalam penanganan kedaruratan
dimaksudkan untuk mengantisipasi tingkat
sehingga masyarakat/korban bencana dapat
kesulitan dalam penanganan darurat dan
ditangani secara maksimal.
upaya-upaya yang harus dilakukan.
KEGIATAN SEKTOR IDENTIFIKASI PELAKU KEGIATAN

Adalah kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanaka selama


kedaruratan untuk memastikan bahwa para pelaku yang
Pelaku penanganan kedaruratan yang
tergabung dalam sektor-sektor dapat berperan aktif. tergabung dalam sektor-sektor berasal dari
Kegiatan sektor dilatar-belakangi oleh situasi sektor pada berbagai unsur baik pemerintah dan non-
saat kejadian bencana. pemerintah, termasuk masyarakat luas.
WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN

Waktu pelaksanaan kegiatan oleh


sektor-sekteor adalah
sebelum/menjelang kejadian bencana,
sesaat setelah terjadi bencana dan
setelah bencana atau setiap saat
diperlukan.
SINKRONISASI / HARMONISASI

Dari hasil perencanaan sektoral tersebut, semua kegiatan/pekerjaan yang dilakukan oleh
sektor-sektor diharmonisasi/diintegrasikan ke dalam rencana kontinjensi. Hal ini dapat
dilakukan melalui rapat koordinasi, yang dipimpin oleh Bupati/Walikota/Gubernur atau
pejabat yang ditunjuk. Tujuannya adalah untuk mengetahui siapa melakukan apa, agar
tidak terjadi tumpang tindih kegiatan. Hasilnya berupa rencana kontinjensi berdasarkan
kesepakatan/konsensus dari rapat koordinasi lintas pelaku, lintas fungsi dan lintas sektor.
Materi bahasan dalam rapat koordinasi antara lain berupa:

- -laporan tentang kesiapan dari masing-masing sektor dalam


menghadapi kemungkinan terjadinya bencana.
- -masukan dari satu sektor ke sektor yang lain tentang adanya
dukungan sumberdaya.
- -laporan tentang kebutuhan sumberdaya, ketersediaan dan
kesenjangannya dari masing-masing sektor.
- -pengambilan keputusan berdasarkan kesepakatan-kesepakatan
bersama dan komitmen untuk melaksanakan rencana kontinjensi.
FORMALISASI

Rencana kontinjensi disahkan/ditanda-tangani oleh pejabat yang berwenang yakni


Bupati/Walikota (untuk daerah kabupaten/kota) dan oleh Gubernur (untuk daerah
provinsi) dan menjadi dokumen resmi (dokumen daerah) dan siap untuk dilaksanakan
menjadi Rencana Operasi Tanggap Darurat (melalui informasi kerusakan dan kebutuhan
hasil dari kegiatan kaji cepat), dalam hal bencana terjadi. Selanjutnya rencana
kontinjensi tersebut disampaikan juga ke pihak legislatif untuk mendapatkan
komitmen/dukungan politik dan alokasi anggaran.
RENCANA TINDAK LANJUT

Pemutakhiran
Simulasi/gladi
Data Transisi Re-Entry
1. SIMULASI
2. PEMUTAKHIRAN DATA
Untuk menguji ketepatan Rencana Kontinjensi
a. Kegiatan-kegiatan dalam rangka rencana tindak lanjut
yang dibuat, maka perlu dilakukan uji coba dalam
ini disusun dalam tabel yang memuat tahapan-
bentuk simulasi atau gladi. Dalam gladi ini
diusahakan supaya besaran dan skalanya tahapan dan para pelaku/sektor-sektor serta waktu
mendekati peristiwa/kejadian yang di-skenario- pelaksanaan kegiatan.
kan. Apabila tidak memungkinkan, dapat diambil b. Inventarisasi dan pemeliharaan ketersediaan dan
sebagian dari luas yang sesungguhnya. kesiapan sumber daya, sarana dan prasarana yang
ada di tiap daerah dilakukan secara berkala.
c. Pertemuan-pertemuan berkala untuk kaji ulang dalam
rangka pemutakhiran data dan asumsi-asumsi
dampak bencana atau proyeksi kebutuhan
3. TRANSISI
sumberdaya.
Jenis bencana yang terjadi sama/sesuai dengan
d. Menyusun prosedur-prosedur tetap yang sifatnya
jenis ancaman sebagaimana diperkirakan
dapat mendukung pelaksanaan/aktivasi rencana
sebelumnya, maka rencana kontinjensi
kontinjensi yang telah disusun.
diaktivasi/diaplikasikan menjadi Rencana
Operasi Tanggap Darurat. Rencana operasi e. Melakukan pemantauan secara periodik terhadap
tersebut menjadi pedoman bagi POSKO untuk ancaman dan peringatan dini beserta diseminasinya.
penanganan darurat yang didahului dengan kaji
cepat untuk penyesuaian data dan kebutuhan
sumberdaya.
RE-ENTRY
Penyusunan rencana kontijensi merupakan
kegiatan yang dilakukan pada kondisi
darurat kesiapsiagaan. Re-entry adalah
proses kembali dari kondisi darurat
kesiapsiagaan ke kondisi normal. Dengan
demikian, setelah kedaruratan berakhir,
dapat diketahui kekurangan/kelemahan apa
yang terjadi pada saat melaksanakan
operasi tanggap darurat.

Anda mungkin juga menyukai