Anda di halaman 1dari 14

OBAT – OBATAN YANG

SERING DIGUNAKAN DI
ANESTESI
Dexamethasone

■ Golongan : Kortikosteroid (long acting)


■ Mekanisme kerja : berikatan dengan cystolic glucocorticoid receptors --> upregulate anti-inflammatory,
downregulate pro- inflammatory --> supresi monosit dan eosinofil
■ Dosis : 0,75 mg/kgBB
■ Sediaan : 5mg/ml (1cc)

■ Indikasi : antiallergic , Antiemetic post opioid agonis dalam anesthesia dan sebagai antiinflamasi pada
radang yang bukan disebabkan oleh infeksi
■ Kontraindikasi : infeksi, wanita hamil, hipersensitif terhadap dexametason
■ Efek samping : peningkatan tekanan darah, gula darah, risiko infeksi (pneumonia, oral thrush), cushing
syndrome
Diphenhydramine HCL (iphadryl)

■ Golongan : antagonis reseptor H1


■ Mekanisme kerja : memblokade secara kompetitif reseptor histamine pada sel-sel radang dan
pembuluh darah, memiliki efek antiemetik dan hipnotik sedang
■ Dosis : 0.5 – 1.5 mg/kgBB atau 25-50 mg tid pada orang dewasa
■ Sediaan : 10 mg/ml (1cc), oral 25 mg

■ Indikasi : mencegah gejala alergi


■ Kontraindikasi : Usia < 2 tahun, serangan asma akut, glaucoma, retensi urin, hipertrofi prostat, ibu
hamil & menyusui
■ Efek Samping : Takikardi, erythema, anorexia, oliguria, anxiety, insomnia, halusinasi
Fentanyl
■ Golongan : analgesik opiod
■ Mekanisme kerja : agonis reseptor miu opioid
■ Dosis : 2-4 mcg/kbBB
■ Sediaan : 50 mcg/ml (2cc)

■ Indikasi : analgesik narkotik pada anestesi regional atau general


■ Kontraindikasi : depresi napas, cedera kepala, alkoholisme akut, asma akut, hamil, laktasi, alergi
fentanil, nyeri kolik bilier
■ Efek samping : diare, mual, konstipasi, mulut kering, somnolen, prolonged respiratory depression
Propofol (Recofol)

■ Golongan : Intravenous anesthetics, general


■ Mekanisme kerja : agonis pada receptor GABA sehingga menyebabkan hiperpolaritas
dari membran pada sel-sel neuron SSP
■ Dosis : 2-2.5 mg/kgBB
■ Sediaan : 10 mg/ml (20 cc)

■ Indikasi : induksi anestesi


■ Efek Samping : nyeri pada lokasi suntikan, hipotensi, aritmia, depresi pernapasan
Midazolam (Dormicum)

■ Golongan : benzodiazepin (short acting)


■ Mekanisme kerja : agonis reseptor GABA sehingga menyebabkan hiperpolarisasi membran
sel neuron pada SSP
■ Dosis : 0.1 mg/kgBB
■ Sediaan : 5mg/5ml dan 15 mg/3ml

■ Indikasi : induksi anestesi, sedasi


■ Kontraindikasi : hipersensitivitas, anak prematur, myasthenia gravis
■ Efek Samping : depresi pernapasan (tersering), mual, muntah, laringospasme,
Rocuronium bromida (Noveron,Roculax)
(aminosteroid : histamine↓)
■ Golongan : Nondepolarizing neuromuscular blocker (Muscle Relaxant)
■ Mekanisme Kerja : berikatan dengan reseptor kolinergik di motor end plate, antagonis asetilkolin
dan menyebabkan blokade transmisi neuromuscular
■ Dosis : 0.6 – 1.2 mg/kgBB
■ Sediaan : 50 mg/ 5 ml (5cc)

■ Indikasi : tambahan untuk anestesi umum, memfasilitasi rapid sequence dan trakeal intubasi rutin,
relaksan otot selama operasi atau pemasangan ventilasi mekanik
■ Kontraindikasi : myasthenia gravis dan kelemahan otot otot pernapasan
■ efek samping : takikardi, hipotensi, hipertensi, mual, muntah, alergi
Atracurium besylate (Tramus)
(benzylisoquinolines : histamine N/↑)
■ Golongan : Nondepolarizing neuromuscular blocker (Muscle Relaxant)
■ Mekanisme Kerja : berikatan dengan reseptor kolinergik di motor end plate, antagonis asetilkolin
dan menyebabkan blokade transmisi neuromuscular
■ Dosis : 0.4-0.5 mg/kgBB
■ Sediaan : 10 mg/ml (2.5cc dan 5cc)

■ Indikasi : tambahan untuk anestesi umum, memfasilitasi rapid sequence dan trakeal intubasi rutin,
relaksan otot selama operasi atau pemasangan ventilasi mekanik
■ Kontraindikasi : myasthenia gravis dan kelemahan otot otot pernapasan
■ efek samping : takikardi, hipotensi, hipertensi, mual, muntah, alergi
Ketorolac (Remopain)

■ Golongan : NSAID non selektif COX-2


■ Mekanisme Kerja : menghambat enzim cyclooxygenase-2 yang berperan dalam menghasilkan mediator
inflamasi
■ Dosis : 0.5 – 1 mg/kgBB atau 15-30 mg pada orang dewasa
■ Sediaan : oral FCT 10 mg, ampul (30 mg/ml [1cc] dan 10 mg/ml [1cc])

■ Indikasi : antiinflamasi
■ Kontraindikasi : alergi pada ketorolac, riwayat ulcus pepticum atau pendarahan saluran cerna bagian atas
■ Efek Samping : Dyspepsia, ulcus pepticum, pendarahan saluran cerna bagian atas, peningkatan enzim
hati
Ranitidine (Rantin)

■ Golongan obat : Antagonis H2


■ Mekanisme kerja : antagonis reseptor Histamine-2 pada sel parietal gaster sehingga
mengurangi sekresi asam lambung
■ Sediaan : Ampul 50 mg / 2 ml ( 25 mg / ml )
■ Dosis : 2-4mg/kgBB atau 150-300mg/hari pada orang dewasa

■ Indikasi : terapi dan prophylaxis dyspepsia


■ Kontraindikasi : pada kerusakan hepar berat, alergi pada ranitidine
■ Efek samping : hepatotoksik, nefritis interstitial, granulositopenia, trombositopenia
Ondansentron

■ Golongan : antagonis reseptor 5-HT3, antiemetik


■ Mekanisme kerja : ondansentron bekerja sebagai antagonis selektif dan bersifat kompetitif pada reseptor 5HT3, dengan cara
menghambat aktivasi aferen-aferen vagal sehingga menekan refleks muntah
■ Dosis : 0, 15 mg/ KgBB
■ Sediaan : tablet 4 dan 8 mg, injeksi 4 dan 8 mg, Narfoz  amp. 4mg/2 ml. 1 ampul = 2 ml, Vomceran  ampul 4mg/2ml dan
8mg/4ml.

■ Indikasi: mual dan muntah akibat kemoterapi dan radioterapi, pencegahan mual dan muntah pasca operasi.
■ Peringatan:  hipersensitivitas terhadap antagonis 5HT3 lainnya, obstruksi intestinal subakut, operasi adenotonsillar, kehamilan,
menyusui, gangguan hati sedang dan berat (maksimal 8 mg/hari).
■ Kontraindikasi: hipersensitivitas, sindroma perpanjangan interval QT bawaan.
■ Efek samping : konstipasi, sakit kepala, ruam kulit, flushing, peningkatan aminotransferase tanpa disertai gejala-gejala, reaksi
hipersensitivitas.
Granisentron (Granon)

■ Golongan : antagonis reseptor 5-HT3, antiemetik


■ Mekanisme kerja : ondansentron bekerja sebagai antagonis selektif dan bersifat kompetitif pada reseptor 5HT3, dengan
cara menghambat aktivasi aferen-aferen vagal sehingga menekan refleks muntah
■ Dosis : 0,01 mg/ KgBB
■ Sediaan : 1mg/ml (1cc), 0,1mg/ml (1cc), tablet 1mg

■ Indikasi: mual dan muntah akibat kemoterapi dan radioterapi, pencegahan mual dan muntah pasca operasi.
■ Peringatan:  hipersensitivitas terhadap antagonis 5HT3 lainnya, obstruksi intestinal subakut, operasi adenotonsillar,
kehamilan, menyusui, gangguan hati sedang dan berat (maksimal 8 mg/hari).
■ Kontraindikasi: hipersensitivitas, sindroma perpanjangan interval QT bawaan.
■ Efek samping : konstipasi, sakit kepala, ruam kulit, flushing, peningkatan aminotransferase tanpa disertai gejala-gejala,
reaksi hipersensitivitas.
Tramadol

■ Golongan : analgesik opioid


■ Mekanisme kerja: Menghambat reuptake NE dan serotonin, meningkatkan pelepasan serotonin.
Menghambat reseptor miu di CNS --> mengubah persepsi serta respon terhadap nyeri
■ Dosis: 1mg/kgBB
■ Sediaan : oral 50 mg (caps) dan 100 mg (tab), ampul 50mg/ml (2cc)

■ Indikasi : anagesik untuk nyeri berat


■ Kontraindikasi: intoksikasi alkohol akut, hipnotika, analgesik atau psikotropika
■ Efek samping: berkeringat, pusing, muntah, mulut kering, konstipasi, depresi pernapasan
Pethidine (Clopedin)

■ Golongan : analgesik opioid


■ Mekanisme kerja : agonis reseptor miu dan kappa opioid
■ Dosis : 1 mg/kgBB atau 50-100 mg iv/im pada orang dewasa
■ Sediaan : 50 mg/ml (2cc)

■ Indikasi : sebagai analgesik


■ Kontraindikasi : depresi napas, cedera kepala, alkoholisme akut, asma akut, hamil, laktasi ,
alergi pethidine dan nyeri kolik bilier
■ Efek Samping : depresi pernapasan dan hipotensi, euphoria, light-headedness

Anda mungkin juga menyukai