Anda di halaman 1dari 11

Evidence Based Kebidanan

“Tantangan dalam Penerapan Evidence Based Kebidanan”


(Dosen Pengajar Dainty Maternity, SST., M.Keb)

1. Herti Dwi Lestari Kelompok 2


2. Ita Udrotussaniah
3. Kadek Putriani 10. Maya Safitri
4. Kiki Supadmi 11. Nabela Gyandra Veniokha
5. Komala Sari 12. Ni Putu Fina Elyonasari
6. Komang Surtiani Dewi 13. Nyoman Dewi Lestari
7. Lely Evayanti 14. Putu Candrawati
8. Lisa Maharani 15. Rafika Oktaviani
9. Maya Marina 16. Risky Wulandari

DIV Kebidanan Konversi


Universitas Malahayati 2019
Evidence-based (EB) adalah suatu pendekatan medik
yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk
kepentingan pelayanan kesehatan penderita.

Dengan demikian, dalam prakteknya, EB memadukan


antara kemampuan dan pengalaman klinik dengan
bukti-bukti ilmiah terkini yang paling dapat
dipercaya.

Pengertian lain dari evidence based adalah proses yang


digunakan secara sistematik untuk menemukan,
menelaah/me-review, dan memanfaatkan hasil-hasil
studi sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik.
Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan
Evidence Base antara lain:
1)    Keamanan bagi nakes karena intervensi yang
dilakukan berdasarkan bukti ilmiah
2)    Meningkatkan kompetensi (kognitif)
3)    Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi
professional dalam memberikan asuhan bermutu
4)    Memenuhi kepuasan pelanggan yg mana dalam
asuhan kebidanan klien mengharapkan asuhan yg
benar, seseuai dengan bukti dan teori serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Evidence Based Practice (EBP)
adalah tindakan yang teliti dan
bertanggung jawab dengan
menggunakan bukti (berbasis bukti)
yang berhubungan dengan keahlian
klinis dan nilai-nilai pasien untuk
menuntun pengambilan keputusan
dalam proses perawatan
Terdapat tujuh langkah yang harus dilewati ketika akan
mengimplementasikan suatu Evidence Based Practice yaitu (Melnyk &
Fineout-Overholt, 2011):
1. Menumbuhkan semangat terhadap penelitian
2. Merumuskan pertanyaan klinis dalam format PICOT
P : Patient Population (kelompok / populasi pasien)
I : Intervention or Issue of Interest (intervensi atau issue yg menarik)
C : Comparison intervention of group (perbandingan intervensi dalam
populasi)
O : Outcome (tujuan)
T : Time frame (waktu)
3. Mencari dan mengumpulkan literatur evidence yang berhubungan
4. Melakukan telaah atau penilaian kritis terhadap evidence
5. Mengintegrasikan evidence terbaik dengan pengalaman klinis dan
rujukan serta nilai-nilai pasien didalam pengambilan keputusan atau
perubahan.
6. Mengevaluasi tujuan di dalam keputusan praktis berdasarkan
evidence.
7. Menyebarluaskan tujuan EBP baik yang sesuai ataupun yang tidak
sesuai, dengan cara melakukan oral atau poster presentation diwilayah
local, regional, nasional atau internasional.
Hambatan adalah usaha yang ada dan berasal dari
dalam diri sendiri yang memiliki sifat atau memiliki
tujuan untuk melemahkan dan menghalangi secara
tidak konsepsional.

Tantangan adalah suatu hal atau bentuk usaha yg


memiliki tujuan untuk menggugah kemampuan.
Hambatan Pelaksanaan EBP
1) Berkaitan dengan penggunaan waktu
2) Akses terhadap jurnal dan artikel.
3) Keterampilan untuk mencari.
4) Keterampilan dalam melakukan kritik riset.
5) Kurang paham atau kurang mengerti.
6) Kurangnya kemampuan penguasaan bahasa untuk
penggunaan hasil-hasil riset.
7) Salah pengertian tentang proses.
8) Kualitas dari fakta yang ditemukan.
9) Pentingnya pemahaman lebih lanjut tentang
bagaimana untuk menggunakan literatur hasil
penemuan untuk intervensi praktek yang terbaik untuk
diterapkan pada klien.
 
Tantangan dalam Pelaksanaan EBP

1. Pada umumnya masyarakat di daerah  pedesaan sangat kental dengan


adat istiadatnya,ini adalah salah satu tantangan bagi profesi bidan
dimana masyarakat pedesaan lebih percaya dukun desa untuk membantu
persalinan dibandingkan seorang bidan,hal ini dikarenakan banyak faktor
yang mempengaruhi, mulai dari mitos kepercayaan masyarakat  pada
dukun masih kuat, mitos masyarakat yang tersebar luas kalau dibantu
oleh bidan pasti dijahit sementara masyarakat pedesaan takut dengan
jahitan, aspek pendidikan masyarakat pedesaan yang belum memenuhi
dan aspek ekonomi dimana anggapan masyarakat jika persalinan  dibantu
oleh bidan maka akan mengeluarkan banyak biaya dibandingkan bersalin
pada seorang dukun
2. Konsep EBP kadang berbenturan dgn sikap klinisi yg cenderung
skeptis krn mereka enggan mengubah praktek kedokteran seperti
biasanya (terpaku pada metode kedokteran yg telah lama
digunakan)

3. Terbatasnya kemampuan praktisi dalam mempraktikan


teknologi terbaru, terbatasnya akses, sarana dan prasarana
terutama bagi praktisi yg tinggal di pedesaan atau daerah
tertinggal tentu akan lebih sulit dalam menerapkan EBP

4. Terbatasnya kemampuan klinisi dalam melakukan telaah kritis


sehingga EBM seolah menjadi ancaman bagi mereka
Berbagai cara pun dilakukan oleh seorang bidan untuk menjawab
tantangan budaya masyarakat setempat, mulai dari sosialisasi kepada
masyarakat tentang pentingnya persalinan dibantu oleh tenaga
kesehatan dan sosialisasi  program pemerintah tentang persalinanan
gratis untuk masyarakat kurang mampu.

Usaha – usaha telah dilakukan oleh tenaga kesehatan terkhususnya


profesi Bidan namun hal ini tidak semudah membalikkan telapak
tangan kebiasaan dan kepercayaan  masyarakat pedesaan begitu kental
sehingga menjadi tantagan tersendiri bagi profesi bidan.

Itulah Bidan dengan berbagai tantangan dan rintangan yang kami harus
hadapi dilapangan tidak membuat kami gentar sedikitpun, kami akan
berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat agar
keberadaan kami ditengah-tengah masyarakat luas bisa di terima
dengan baik.

Menjadi seorang bidan harus siap menerima berbagai resiko, mulai dari
resiko penularan penyakit, siap meninggalkan keluarga untuk di
tempatkan di wilayah pelosok terpencil di indonesia yang minim
fasilitas umum kesehatan dan pastinya jauh dari aspek modernisasi

Anda mungkin juga menyukai