WB
Kelompok 7 :
1. Heru Budi
2. R.M.R Erlangga
3. Rifky Akbar
4. Vina Anggraeni
PERANG ACEH
Perang Aceh ialah perang Kesultanan Aceh melawan
Belanda dimulai pada 1873 sampai 1904. Kesultanan Aceh
menyerah pada 1904, tapi perlawanan rakyat Aceh dengan
perang gerilya terus berlanjut. Pada tanggal 26 maret 1873
Belanda menyatakan perang kepada Aceh dan mulai
melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal
perang Citadel van Antwerpen.
Pada 8 aplril 1873, Belanda mendarat di pantai Ceureumen
di bawah pimpinan Johan Harmen Rudolf Kohler dan langsung
bisa menguasai Masjid Raya Baiturrahman. Kohler saat itu
membawa 3.198 tentara. Sebanyak 168 diantaranya para
perwira.
Latar Belakang Perlawanan Rakyat Aceh
Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat
perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil
hutan. Oleh karena itu, Belanda berambisi untuk mendudukinya. Sampai
dengan tahun 1871, Aceh masih mempunyai kebebasan sebagai kerajaan
yang merdeka.
Situasi ini mulai berubah dengan adanya Traktrat Sumatra yang
ditandatangani Inggris dengan Belanda pada tanggal 2 November 1871.
Isi dari Traktrat Sumatra 1871 itu adalah pemberian kebebasan bagi
Belanda untuk memperluas daerah kekuasaan di Sumatra, termasuk
Aceh.
Karena itu Aceh berusaha untuk memperkuat diri, yakni mengadakan
hubungan dengan Turki, Konsul Italia, bahkan dengan Konsul Amerika
Serikat di Singapura. Belanda memberikan ultimatum, namun Aceh tidak
menghiraukannya. Selanjutnya, pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda
memaklumkan perang kepada Aceh.
PROSES PERLAWANAN
A. Masa Permulaan (1873 -1884).
Belanda menyerang Kotaraja (Banda Aceh) dan menduduki daerah
sekitarnya, sehingga Sultan Aceh menyingkir ke pedalaman. Belanda
tidak memperoleh jawaban atas tuntutannya agar Aceh tidak
mengadakan hubungan dengan negara asing dan mengakui Belanda
sebagai yang dipertuan.
Oleh karena itu, Belanda menyatakan perang terhadap Aceh pada
tanggal 26 Maret 1873. Kemudian dilakukan serangan pertama dengan
kekuatan tiga ribu orang di bawah pimpinan Jenderal Kohler. Usaha
Belanda merebut istana sultan tidak berhasil, karena kehilangan
pimpinan dan beratnya perlawanan, sehingga akhirnya Belanda terpaksa
menarik kembali pasukannya. Serangan kedua diadakan dengan
kekuatan 7.000 orang di bawah pimpinan Letjen van Swieten pada bulan
Desember 1873.
Pasukan itu terdiri atas infanteri yaitu pasukan pejalan kaki,
pasukan kavaleri yaitu pasukan berkuda, dan pasukan zenie yaitu
pasukan pembangunan militer. Karena tidak memperoleh jawaban
mereka menyeberangi jembatan yang dibangun pasukan genie
menuju istana ditinggalkan, barulah Belanda dapat menduduki
tempat tersebut dan memberikan nama Kotaraja sebagai nama baru
untuk Banda Aceh.
Sultan Aceh yang menyingkir ke Pagar Aye wafat dan
digantikan oleh Tuanku Muhammad Dawotsyah. Pemimpin
peperangan dari Aceh ialah Panglima Polem. Tokoh lainnya ialah
Teuku Muda Ba'et dari Aceh Raya, tetapi ia cepat menyerah
kepada Belanda pada tahun 1878. Pasukan lain didaratkan ke
pantai timur, Samalanga dapat diduduki dan rajanya menyerah.
Sementara itu Belanda telah mengalami beberapa kali pergantian
panglima selama fase pertama.
B. Masa Konsentrasi Stelsel (1884 -1896).
Belanda hanya bertahan di daerah yang telah didudukinya karena
tidak memiliki biaya yang cukup untuk menyelesaikan Perang Aceh
dalam waktu singkat. Di daerah yang telah dikuasai itu dibentuk
pemerintahan sipil, yang dipertahankan dengan mengadakan pos-pos
yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan kendaraan.
Di luarnya diadakan tanah-tanah terbuka agar mudah mengetahui
apabila musuh menyerang. Teuku Umar berpura-pura menyerah kepada
Belanda dan memperoleh kepercayaan memimpin 250 orang pasukan
bersenjata lengkap. Sementara itu Cut Nya' Dien sebagai istrinya
bergerilya terus di daerah pedalaman.
Kemudian Teuku Umar dengan delapan ratus senjata
dari Belanda dan uang sebanyak $ 18.000 kembali
melawan Belanda dan menyatukan perlawanan dengan
Cut Nya' Dien. Oleh karena itu, Belanda belum juga bisa
menyelesaikan perang, maka didatangkan seorang Belanda
ahli agama Islam bernama Dr. C. Snouck Hurgronje untuk
dimintai nasehat dalam penyelesaian Perang Aceh.
Disarankan olehnya agar golongan Teuku bisa
dikesampingkan, sedangkan golongan teungku harus
dihadapi dengan kekerasan sampai kalah, dan
mengembalikan kepercayaan rakyat dengan memajukan
kesejahteraan penduduk.
C. Masa Akhir Perang (1896 - 1904).
Belanda bertekad menyelesaikan perang dengan menggunakan nasehat Dr.
Snouck Hurgronje. Untuk itu diangkat Letkol Van Heutz sebagai panglima,
kemudian menjadi gubernur militer dan sipil Aceh. Operasi militer
dilaksanakan di banyak wilayah.
Di Meulaboh perlawanan Aceh dilakukan oleh Teuku Umar, tetapi tokoh ini
dapat ditewaskan dalam suatu pertempuran. Van Heutz sendiri memimpin
operasi di daerah timur dan berhasil merebut Benteng Batee Ilie. Sementara
itu Sultan menyingkir ke daerah pedalaman tetapi akhirnya menyerah kepada
Belanda (1903).
Untuk melemahkan semangat perjuangan, Belanda mengadakan
penangkapan-penangkapan tehadap keluarga Panglima Polem. Sehingga
akhirnya Panglima Polem menyerah kepada Belanda di Lhokseumawe
(1903).
Raja-raja daerah yang menyerah kepada Belanda diwajibkan menandatangani
pekat pendek yang berisi beberapa hal di bawah ini :
• Pengakuan kedaulatan Belanda atas daerahnya.
• Berjanji tidak akan mengadakan hubungan dengan negara-negara asing.
• Patuh kepada Pemerintah Belanda.
Dampak Perang Aceh bagi Pemerintah Hindia Belanda dan Aceh
Perang aceh merupakan perang berat dan paling lama yang dihadapi oleh
pemerintah Hindia Belanda maupun pihak Aceh sendiri. Walaupun kekuatan
Aceh pada abad ke 19 tidak sehebat Aceh pada abad sebelum-sebelumnya, tetapi
semangat juang rakyat Aceh tidak pernah menyurut dan persatuan antar seluruh
lapisan masyarakat baik dari golongan ulama. Oleh karena itu perang Aceh
membawa dampak bagi Belanda maupun Kerajaan Aceh.
Dampak Perang Aceh bagi Belanda
a. Waktu perang Aceh yang sangat lama yakni sekitar tahun 1873-1904 sangat
menguras kas keuangan Belanda dan juga menimbulkan jatuhnya banyak
korban dari pihak Belanda.
b. Belanda dapat mengetahui kelemahan dari pertahanan rakyat Aceh. Yakni
lewat penyelidikan yang dilakukan oleh Dr. Snouck Hurgronje. Akhirnya dapat
diketahui bahwa peran ulama dan bangsawan sangat penting bagi persatuan
rakyat Aceh.
c. Walaupun Belanda harus berjuang bertahun-tahun dalam melakukan
penyerangan guna menakhlukkan Aceh, namun pada akhirnya Aceh berhasil
dikuasai oleh Belanda.
Dampak perang Aceh bagi kerajaan Aceh
WASSALAMUALAIKUM
WR.WB