Anda di halaman 1dari 21

ANTIGEN

Oleh: Kelompok 3

Kelas: 7A

•Della Aprilia Orlanda 1701011212

•Ersan Darman Putra Laia 1701011454

•Ita Suriani Br Harianja 1701011121

•Putri Malahayati 1701011133


Pengertian Antigen
Antigen adalah molekul asing yang dapat
menginduksi adanya respons imun dan bereaksi
secara spesifik dengan produk yang dibentuk
dan induksi respons imun yang terjadi.

Definisi antigen yang sebenarnya adalah


senyawa asing yang dapat memicu
pembentukan senyawa antibodi dan bereaksi
secara spesifik dengan antibodi yang telah dipicu
pembentukannya.

Antigen yang masuk ke dalam tubuh belum


tentu dapat memicu terjadinya respons imun
oleh tubuh.
Klasifikasi Antigen
Antigen endogen
Antigen endogen diproduksi oleh bakteri intraseluler dan virus yang bereplikasi di dalam sel inang. Sel inang
menggunakan enzim untuk mencerna protein terkait virus, dan menampilkan potongan-potongan ini di permukaannya
menjadi T-cells dengan menggabungankannya ke MHC. Antigen endogen biasanya ditampilkan pada molekul MHC kelas
I, dan mengaktifkan sitotoksik CD3 + T-cells. Dengan pengecualian sel non-nukleasi (termasuk eritrosit), MHC kelas I
diekspresikan oleh semua sel inang .

Antigen eksogen
Antigen eksogen adalah antigen yang telah memasuki tubuh dan luar, misalnya dengan mengisap, menelan, atau injeksi.
Tanggapan sistem kekebalan tubuh untuk antigen eksogen sering subklinis. Oleh endositosis atau fagositosis, antigen
eksogen diambil ke dalam sel-sel antigen-presenting (APC) dan diolah menjadi fragmen. APC kemudian menyajikan
fragmen ke sel T helper (CD4 +) dengan rnenggunakan molekul histocompatability kelas II pada permukaannya. Beberapa
sel T yang spesifik untuk peptide seperti MHC kompleks. menjadi aktif dan mulai mengeluarkan sitokin. Sitokin adalah zat
yang dapat mengaktifkan limfosit T sitotoksik (CTL), mensekresi antibodi-sel B, makrofag, clan partikel lainnya.
Berdasarkan sumbernya terdapat 3 (tiga) macam
antigen, yaitu:

Homologous antigen
Autologous antigen
adalah antigen yang Heterologous antigen
berasal dan individu
berasal dan individu adalah antigen yang
yang sama dengan
lain tetapi masih dalam berasal dari individu
yang yang terkena
satu spesies yang yang berbeda juga.
antigen.
sama.
Berdasarkan
kemampuan Antigen bersifat multivalent, artinya adalah bahwa
berikatannya, antigen dapat dikenali oleh lebih dan satu antibodi
dikarenakan memiliki lebih dan satu macam titik
antigen pengenalan.
cenderung Antibodi cenderung bersifat bivalen, artinya suatu
memiliki sifat antibodi bersifat spesifik pada satu antigen saja. Dan
multivalent sifat-sifat antigen dan antibodi dapat diketahui bahwa
sedangkan satu antigen perlu dicoba untuk lebih dan satu antibodi
agar dapat dikenali dengan tepat dan dapat bereaksi
antibodi selalu dengan antibodi.
bersifat
bivalent
Urutan asam amino dalam rantai polipeptida
penyusun proteinnya
Faktor-
faktor yang
menentuka
Pelipatan rantai polipeptida dalam membentuk
struktur tiga dimensi suatu protein
n struktur
dan suatu
antigen
Konfigurasi dan molekul protein penyusun suatu
antigen. Konfigurasi protein berperan dalam
penyusunan senyawa sampingan yang khas dengan
antara lain:
ikatan disulfide.
Complete antigen adalah antigen yang dapat
menginduksi respons imun tubuh sehingga terjadi
pembentukan antibodi dan juga dapat bereaksi
dengan antibodi yang telah dibentuknya.

Antigen terbagi atas Incomplete antigen adalah antigen yang hanya


dapat bereaksi dengan antibodi tetapi tidak dapat
dua macam tipe, memicu terjadinya respons imun tubuh berupa
yaitu: pembentukan antibodi.

Perbedaan antara complete antigen dan


incomplete antigen adalah kemampuannya untuk
menginduksi respons imun dan tubuh.
Terdapat empat macam ikatan yang dapat mengikat
antigen dan antibodi, yakni:

Gaya
elektrostatik Gaya Van der
Ikatan hidrogen
adalah ikatan Walls adalah
adalah jembatan Ikatan hidrofobik
tarik-menarik interaksi antara
hidrogen adalah ikatan
yang terbentuk electron terluar
reversibel yang yang terbentuk
antara dua dan orbit antar
terbentuk antar antarmolekul
molekul ionic dua
dua molekul yang hidrofobik.
yang memiliki makromolekul
hidrofilik.
medan magnet yang berbeda
berbeda.
1. Karakteristik Antigen

Ukuran 2. Sifat- Sifat Antigen


Keasingan
Bentuk
Sifat-sifat fisik
Rigiditas Kompleksitas

Lokasi determinan Bentuk-bentuk


Karakteristik dan (comformation)
sifat-sifat antigen Struktur tersier Muatan (Charge)

Kemampuan masuk
Uji Reaksi Antigen

Uji Immunoassay diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu immunoassay tanpa label dan immunoassay berlabel

1. Immunoassay Tanpa Label


• Immunoassay tanpa label didasarkan pada reaksi imun sekunder, yaitu setelah ikatan antigen-antibodi, dilanjukan dengan ikatan
berangkai membentuk suatu lattice yang dapat dilihat, seperti aglutinasi dan presipitasi. Besarnya reaksi imun tersebut diukur dengan
cara pembiasan sinar/penghitungan partikel.

Uji presipitasi
• Presipitasi adalah hasil kombinasi antara antigen terlarut dengan antibodi terlarut yang menghasilkan suatu komplek antigen-antibodi
yang terlihat. Presipitasi terjadi antara molekul antigen dan antibodi solubel. Pada pengujian ini, antigen berbentuk koloidal. Laju
presipitasi sangat tergantung pada proporsi campuran antigen dan antibodi.
Beberapa macam pemeriksaan berdasarkan
prinsip presipitasi adalah berikut:
Turbidimetri

Nephelometri

Radial immunodiffusion

Ouchterlony double diffusion

Rocket immunoelectrophoresis

Uji tabung

Presipitasi cincin

Difusi gel
Uji Aglutinasi
Aglutinasi merupakan reaksi serologis
klasik yang menghasilkan gumpalan suspensi
sel oleh sebuah antibodi spesifik yang secara
tidak langsung menyerang spesifik antigen.
Beberapa contoh uji
Uji aglutinasi ini tidak hanya dapat
digunakan untuk mendiagnosis penyakit
aglutinasi adalah
menular tertentu, yang reaksi aglutinasi
antigen-antigennya telah diketahui oleh
sebagai berikut:
serum penderita, tetapi juga dapat
digunakan untuk mengetahui
mikroorganisme/ bakteri yang belum
• Uji widal
diketahui. • Uji Well-Felix
Hal ini dapat diketahui karena
kemampuan spesifik serum yang telah • Uji golongan darah tipe ABO
diketahui untuk menggumpalkan suspensi
sel-sel yang belum diketahui tersebut, • Uji golongan darah tipe Rh
sehingga mikroorganisme/bakteri yang
belum diketahui tersebut dapat (Rhesus)
diidentifikasi.
2. Immunoassay Berlabel

Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)


• ELISA adalah suatu teknik biokimia yang utamanya digunakan dalam bidang imunologi
dengan tujuan untuk mendeteksi keberadaan antigen atau antibodi dalam suatu sampel.
• Dalam pengertian sederhana, sejumlah antigen yang tidak dikenal ditempelkan pada suatu
permukaan, kemudian antibodi spesifik dicucikan pada permukaan tersebut, sehingga
akan berikatan dengan antigennya. Antibodi ini terikat dengan suatu enzim, dan pada
tahap terakhir, ditambahkan suatu substansi yang dapat diubah oleh enzim menjadi sinyal
yang dapat dideteksi.
• Oleh karena ELISA dapat mengevaluasi keberadaan antigen dan antibodi dalam suatu
sampel, maka metode ini bermanfaat untuk mendeterminasi konsentrasi antibodi dalam
serum (seperti dalam tes HIV) dan untuk mendeteksi keberadaan antigen (Antari, A.L,
2017).
Interaksi Antigen-antibodi

lnteraksi antigen-antibodi, atau reaksi antigen-antibodi, adalah interaksi kimiawi spesifik antara
antibodi yang diproduksi oleh sel B sel darah putih dan antigen selama reaksi imun.

Antigen dan antibodi bergabung dengan metode yang disebut aglutinasi. Ini adalah reaksi
fundamental dalam tubuh di mana tubuh dilindungi dan molekul asing complex, seperti yang
digambarkan oleh patogen dan racun kimianya.

Di dalam darah, antigen khususnya dan dengan afinitas tinggi terikat oleh antibodi untuk membentuk
antigen-antibodi complex. Imun complex kemudian diangkut ke sistem seluler di mana ia dapat
dihancurkan atau dinonaktifkan.
Interaksi antigen-antibodi in vitro merupakan dasar
imunokimia dapat dibagi dalam dua kategori yaitu:

a. Interaksi antigen-antibodi primer adalah permulaan reaksi dan merupakan


pengikatan antigen-antibodi tingkat molekuler. Biasanya reaksi ini tidak terlihat
dengan mata belaka tetapi memerlukan suatu indicator, misalnya dengan melabel
antigen atau antibodi dengan berbagai zat seperti radiouisotop, enzim atau zat
warna fluorescin dan lain-lain. Sesuai dengan label yang dipakai maka teknik
penetapan interaksi antigen-antibodi yang menggunakan label radio isotop
disebut teknik Radio Immuno Assay (RIA) dan teknik yang menggunakan label
enzim disebut teknik ELISA, sedangakn teknik yang menggunakan indicator
fluorescensi disebut teknik ImmunoFluorescenci. Teknik-teknik itu bermanfaat
untuk penetapan antigen-antibodi yang kadarnya rendah.
b. Interaksi antigen-antibodi sekunder dapat
mengakibatkan presipitasi atau aglutinasi

Bila antigen itu terikat pada suatu partikel, misalnya partikel


lateks, kuman, eritrosit, eritrosit maupun partikel lain, maka
interaksi antigen-antibodi tersebut menyebabkan terjadinya
gumpalan atau “AGLUTINASI “. lnteraksi antigen-antibodi
sekunder merupakan dasar berbagai jenis teknik uji invitro,
misalnya teknik imunodifusi, aglutinasi lateks, hemaglutinasi,
ujifiksasi komplemen, turbidimetri, nefelometri dan lain-lain.
Coronavirus
Virus SARS-CoV-2 terdiri dan
beberapa bagian. Yang terdalam
berupa RNA (ribonucleic acid/asam
ribonukleat), diselimuti oleh
protein yang kemudian ditutupi
membran lipid atau lemak. Virus
corona juga memiliki satu ciri khas
yaitu mahkota yang mengandung
protein, menancap dan selimut
menembus keluar membran lemak
yang terlihat bagai ujung runcing
paku.
Dan ilustrasi di samping, kita dapat
memahami bahwa tubuh
membutuhkan waktu untuk
mengenal antigen hingga
menghasilkan antibodi yang spesifik
dengan rata-rata rentang waktu
yang dibutuhkan adalah 5-7 hari.
Tentunya lama waktu dan banyaknya
antibodi yang dibentuk oleh masing-
masing orang akan berbeda
Hingga saat ini uji Covid-19 yang tersedia di
Indonesia adalah:
Pemeriksaan teknik polymerase chain reaction (PCR) untuk menemukan
antigen SARS C0V-2
• Pemeriksaan antigen dengan PCR merupakan standar diagnostik Covid-19 rekomendasi
WHO. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel antigen baik melalui
swab/apus hidung dan tenggorok, maupun dahak/cairan yang berasal dan paru.
• Penggunaan RT-PCR memerlukan protokol standar antara lain ribo nucleic acid (RNA)
harus diekstraksi dan adanya virus RNA dikonfirmasi dengan RT-PCR
• Ada beberapa gen target yang digunakan untuk mendeteksi SARS-CoV-2 yaitu gen E
(Envelope), gen N (nukleokapsid), gen S (Spike) dan gen RdRp.(3,4) Pasien disebut
terkonfirmasi COVID-19 bila pada deteksi dengan RT-PCR ditemukan urutan unik dari RNA
virus.
Pemeriksaan rapid test untuk menemukan
antibodi spesifik terhadap SARS-C0V-2

Pemeriksaan antibodi dengan rapid test dilakukan dengan mengambil sampel


darah dari ujung jari tangan. Tes rapid antibodi atau antigen hanya merupakan
tes awal dan hasil pemeriksaannya tetap harus dikonfirmasi dengan RT-PCR.

Pembacaan tes rapid antibodi harus disesuaikan dengan waktu yang tertera
pada kit insert masing-masing reagensi yang digunakan, walaupun hasil samar
tetap ditulis sebagai reaktif asal masih dalam rentang waktu pembacaan. Hasil
rapid tes antibodi dinyatakan dengan reaktif atau tidak reaktif.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai